Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Cerita Pendek di Sekolah Dasar

Materi : Mengidentifikasi Cerita Pendek “Fabel”
Oleh : Iwan, S.Pd (Guru kelas 5 SD Negeri Hanjuang Kab. Subang – Jawa Barat)

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam sistem pendidikan di Indonesia. Sebagai bahasa resmi negara dan bahasa nasional, Bahasa Indonesia memiliki peran yang krusial dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk komunikasi, budaya, dan identitas nasional. Dalam kurikulum merdeka inovasi pembelajaran Bahasa Indonesia belajar mewujudkan profil pelajar Pancasila.

Bacaan Lainnya

Dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, mata pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan sepanjang jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar (SD/MI) hingga tingkat menengah atas (SMA/SMK/MA) dan bahkan tingkat perguruan tinggi. Mata pelajaran ini tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan peserta didik tentang tata bahasa, kosakata, dan keterampilan berbahasa, tetapi juga untuk membangun pemahaman mereka tentang nilai-nilai budaya dan kebangsaan yang terkandung dalam bahasa tersebut.

Dengan demikian, mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk komunikasi sehari-hari, tetapi juga sebagai instrumen untuk membangun identitas kebangsaan dan meningkatkan pemahaman peserta didik tentang budaya dan sastra Indonesia. Namun pada kenyataannya, pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar masih banyak guru yang menggunakan teknik, model dan metode pembelajaran yang konvensional, sehingga kegiatan pembelajaran cenderung kaku, monoton, dan terkesan membosankan. Maka dari itu, penulis mencoba berbagi pengalaman dalam melakukan pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah atau dapat kita kenal dengan model Problem Based Learning (PBL) dalam mengidentifikasi cerita pendek “Fabel” pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri Hanjuang – Subang.

Menurut Tung, (2015, hlm. 228) mengemukakan bahwa “pembelajaran Problem Based Learning (PBL) melibatkan peserta didik untuk memecahkan sebuah masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah, sehingga mereka dapat memiliki keterampilan memecahkan masalah setelah mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah. Ada 5 (lima) langkah untuk penerapan model Problem Based Learning (PBL) yaitu: “1). Orientasi peserta didik pada masalah; 2). Mengorganisasi untuk belajar; 3). Membimbing penyelidikan individual dan kelompok; 4). Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; 5) Menganalisis.

Maka dapat kita jelaskan, bahwa langkah-langkah penerapan model Problem Based Learning (PBL) yang disebutkan diatas adalah sebagai berikut:
1. Orientasi Peserta Didik pada Masalah
Tahap ini melibatkan penyajian sebuah masalah atau situasi yang kompleks kepada peserta didik. Masalah tersebut dirancang untuk memicu minat dan motivasinya, serta merangsang mereka untuk mulai mempertimbangkan solusi atau pendekatan yang mungkin dilakukan oleh peserta didik.

2. Mengorganisasi untuk Belajar
Setelah peserta didik diperkenalkan pada masalah, tahap ini melibatkan penyusunan rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru secara terstruktur. Guru atau fasilitator perlu membantu peserta didik dalam merencanakan langkah-langkah yang akan diambil untuk memecahkan masalah, termasuk sumber daya yang diperlukan dan peran masing-masing anggota kelompok.

3. Membimbing Penyelidikan Individual dan Kelompok
Peserta didik kemudian melakukan penyelidikan atau penelitian untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Proses ini dapat melibatkan diskusi kelompok, wawancara, observasi, atau pencarian literatur. Fasilitator atau guru berperan sebagai pembimbing yang membantu peserta didik dalam menemukan dan mengevaluasi informasi yang diperlukan.

4. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
Setelah melakukan penyelidikan, peserta didik bekerja sama untuk mengembangkan solusi atau pendekatan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tahap ini melibatkan pemecahan masalah kreatif, pemilihan strategi yang tepat. Peserta didik juga perlu menyajikan hasil karya mereka kepada kelompok atau kelas secara keseluruhan melalui diskusi.

5. Menganalisis
Tahap terakhir dari PBL melibatkan refleksi dan analisis terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Peserta didik diminta untuk mengevaluasi solusi yang mereka temukan, mempertimbangkan keberhasilan mereka dalam memecahkan masalah, dan merenungkan pembelajaran yang diperoleh dari proses ini. Analisis ini membantu peserta didik dalam memperkuat pemahaman mereka tentang materi pelajaran dan keterampilan pemecahan masalah.

Menganalisis dan Mengidentifikasi Cerita Pendek untuk Peserta Didik

Kemampuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi cerita pendek melibatkan beberapa elemen, termasuk pemahaman struktur naratif, pengenalan elemen-elemen cerita, dan kemampuan menganalisis tema serta karakter. Sebelum masuk ke tahap pembelajaran yang dipusatkan kepada peserta didik guru atau fasilitator terlebih dahulu menjelaskan terkait materi yang akan diajarkan.

Berikut elemen-elemen yang harus dipahami oleh peserta didik dalam mengidentifikasi cerita pendek:
1. Pemahaman Struktur Naratif
Kenalkan struktur umum sebuah cerita pendek, yang biasanya mencakup pengenalan (eksposisi), konflik, klimaks, dan penyelesaian (resolusi). Pahami bagaimana bagian-bagian ini berinteraksi untuk membentuk alur cerita.

2. Elemen-elemen Cerita
Kenalkan pada peserta didik elemen-elemen penting seperti tokoh (karakter), setting (tempat dan waktu), plot (alur cerita), tema, dan gaya bahasa yang digunakan. Identifikasi bagaimana elemen-elemen ini saling berhubungan untuk membentuk cerita secara keseluruhan.

3. Analisis Karakter
Perhatikan perkembangan karakter dalam cerita. Beri peserta didik pertanyaan dasar. Misalnya, Siapa saja tokoh dalam cerita? Bagaimana tokoh-tokoh sepanjang cerita? Apakah ada konflik internal yang mereka hadapi? Bagaimana interaksi antar karakter dalam cerita?, dan lainnya.

4. Analisis Tema
Beri kesempatan peserta didik untuk menanggapi cerita, Berikan cara memukan tema atau pesan yang diungkapkan oleh penulis melalui cerita tersebut. Pertimbangkan pesan moral, makna simbolis, atau komentar sosial yang mungkin tersirat.

Setelah memahami elemen-elemen di atas, lakukan penilaian keseluruhan terhadap cerita. Apa yang membuat cerita ini menarik? Bagaimana penulis menggunakan elemen-elemen cerita untuk menghasilkan dampak emosional atau intelektual pada pembaca? Kemudian, ajukan pertanyaan kritis tentang cerita, seperti mengapa penulis memilih setting tertentu, bagaimana konflik dipecahkan, atau apa pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Dengan mempraktikkan langkah-langkah tersebut, peserta didik dapat meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis cerita pendek dengan lebih baik. Ingatlah bahwa praktik dan pengalaman membaca yang luas juga akan membantu peserta didik mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang sebuah tulisan.

Maka dapat kita simpulkan, dengan fokus pada pemecahan masalah, Problem Based Learning (PBL) membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah yang kompleks. Ini adalah keterampilan yang sangat berharga dalam kehidupan sehari-hari mereka, di mana solusi kreatif dan inovatif sering kali dibutuhkan. Melalui Problem Based Learning (PBL), peserta didik diajak untuk mempertanyakan informasi, mempertimbangkan berbagai sudut pandang, dan mengevaluasi solusi yang diajukan. Ini membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis yang penting dalam memahami konten pelajaran dan membuat keputusan yang baik. Sejalan dengan pendapat Riyanto (2009), model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir memecahkan masalah, aktif dan mandiri dalam melalui pencarian data sehingga membantu peserta didik memperoleh solusi dengan rasional dan autentik.

Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah sering kali lebih menarik dan relevan bagi peserta didik karena mereka diajak untuk menghadapi tantangan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi mereka untuk belajar dan mendorong keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran, pengembangan kemampuan kerja tim, peningkatan keterampilan komunikasi, dan lain-lain. Melalui pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tidak hanya membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran, tetapi juga dalam mengembangkan berbagai keterampilan dan sikap yang penting untuk sukses dalam kehidupan pribadi yang lebih unggul.

Daftar Pustaka
– Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada.
– Tung, K.Y. (2015). Pembelajaran dan perkembangan belajar. Jakarta Barat: Indeks.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *