Oleh: Nanda Zulu, Teknologi Pangan Universitas Padjadjaran
Standar Nasional Indonesia 8664-2018 mendefinisikan madu sebagai cairan alami yang dihasilkan oleh lebah liar maupun budidaya dari sari bunga tanman (floral nektar) atau bagian lain tanaman (ekstra floral) yang umumnya memiliki rasa yang manis. Madu disintesesis dari nektar, sekret bunga dan bagian lain tumbuhan, serta senyawa spesifik lain dari lebah yang kemudian disimpan dalam sarang untuk proses pematangan (Khan et al., 2018). Madu merupakan salah satu bahan alami yang dimanfaatkan sebagai pemanis sejak lama, penduduk kuno dari China, Yunani, Babilona, dan Maya mengkonsumsi madu untuk tujuan nutrisi dan khasiatnya.
Gula atau karbohidrat dan air adalah komponen utama pada madu. Gula disebutkan bertanggung jawab atas viskositas, nilai energi, granulasi, dan higroskopitas pada madu. Monosakarida (fruktosa dan glukosa) disebutkan sebagai komponen gula paling penting yang berkontribusi besar terhadap karakteristik fisik dan nilai nutrisi madu. Banyak jenis gula yang juga teridentifikasi dalam madu seperti disakarida (sukrosa, galaktosa, trehalulosa), trisakarida (maltotriosa, isomaltosa glukosa, panosa), dan oligosakarida. Madu juga mengandung komponen lain seperti enzim, mineral, protein, asam organik, karotenoid, vitamin, serbuk pollen, wax, serta komponen fitokimia lainnya (Agussalim et al., 2019; de Sousa et al., 2016).
Lebah tanpa sengat atau Meliponini merupakan spesies lebah yang hidup berkelompok dan biasa ditemukan pada daerah tropis dan subtropis seperti Australia, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan. Lebah tanpa sengat disebutkan telah menghuni wilayah tropis di Bumi jauh lebih lama dibanding lebah bersengat. Budaya meliponiculture atau budidaya lebah tanpa sengat di Indonesia mulai ramai dilakukan pada tahun 2010 di salah satu desa di Sulawesi Selatan. Lebah tanpa sengat di Indonesia dikenal dengan berbagai sebutan berbeda seperti lebah trigona, lebah teuweul, lebah klanceng, lebah linot, lebah galo galo. Lebah tanpa sengat menghasilkan madu dengan karakteristik yang unik yaitu memiliki tingkat keasaman, dan kadar air yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan madu lebah bersengat. Sebutan untuk madu lebah tanpa sengat di beberapa tempat juga berbeda seperti madu Meliponini, madu sugarbag di Australia, dan disebut sebagai madu kelulut di Malaysia (Fletcher et al., 2020; Pimentel et al., 2022; Syafrizal, Kusuma, et al., 2020; Syafrizal, Ramadhan, et al., 2020; Ummu Harmain et al., 2023).
Madu lebah tanpa sengat mendapat perhatian karena potensinya dalam dunia kesehatan, sebagai pangan fungsional dan nutrasetikal. Madu lebah tanpa sengat telah dimanfaatkan karena klaim kesahatannya, seperti aktivitas antidiabetes, antiinflamasi, antikanker, dan antioksidan (Shamsudin et al., 2019; Yaacob et al., 2018). Beberapa keunikan madu lebah tanpa sengat adalah memiliki tingkat keasaman dan kadar air yang lebih tinggi, dan memiliki komponen utama disakarida yaitu trehalulosa, berbeda dengan madu lebah madu dengan glukosa dan fruktosa sebagai komponen utamanya. Trehalulosa adalah disakarida langka yang merupakan isomer sukrosa terdiri dari glukosa-fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan α-1,1 glikosidik. Trehalulosa disebutkan hanya terdapat dalam jumlah sangat kecil di alam, senyawa ini terbentuk secara alami dan memiliki tingkat laju yang lebih lambat dalam melepas monosakarida pada aliran darah. Trehalulosa disebutkan dapat mencegah karies gigi, memiliki kadar antioksidan aktif yang tinggi, dan tingkat insulinemik serta indeks glikemik yang rendah. Tingkat indeks glikemik yang rendah pada trehalulosa menandakan potensi menjanjikan madu lebah tanpa sengat sebagai antidiabetes maupun dalam mengatur masalah metabolisme seperti obesitas (Agarwal & Singh, 2021; Bae et al., 2022; Fletcher et al., 2020; Muhammad & Sarbon, 2023; Ramli et al., 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, N., & Singh, S. P. (2021). A Novel Trehalose Synthase for the Production of Trehalose and Trehalulose. Microbiology Spectrum, 9(3), 1–14. https://doi.org/10.1128/spectrum.01333-21
Agussalim, A., Agus, A., Nurliyani, N., & Umami, N. (2019). The sugar content profile of honey produced by the Indonesian Stingless bee, Tetragonula laeviceps, from different regions. Livestock Research for Rural Development, 31(6).
Bae, J., Jun, S. J., Chang, P. S., & Yoo, S. H. (2022). A unique biochemical reaction pathway towards trehalulose synthesis by an amylosucrase isolated from Deinococcus deserti. New Biotechnology, 70(February), 1–8. https://doi.org/10.1016/j.nbt.2022.03.004
de Sousa, J. M. B., de Souza, E. L., Marques, G., Benassi, M. de T., Gullón, B., Pintado, M. M., & Magnani, M. (2016). Sugar profile, physicochemical and sensory aspects of monofloral honeys produced by different stingless bee species in Brazilian semi-arid region. Lwt, 65, 645–651. https://doi.org/10.1016/j.lwt.2015.08.058
Fletcher, M. T., Hungerford, N. L., Webber, D., Carpinelli de Jesus, M., Zhang, J., Stone, I. S. J., Blanchfield, J. T., & Zawawi, N. (2020). Stingless bee honey, a novel source of trehalulose: a biologically active disaccharide with health benefits. Scientific Reports, 10(1), 1–8. https://doi.org/10.1038/s41598-020-68940-0
Khan, S. U., Anjum, S. I., Rahman, K., Ansari, M. J., Khan, W. U., Kamal, S., Khattak, B., Muhammad, A., & Khan, H. U. (2018). Honey: Single food stuff comprises many drugs. Saudi Journal of Biological Sciences, 25(2), 320–325. https://doi.org/10.1016/j.sjbs.2017.08.004
Muhammad, N. I. I., & Sarbon, N. M. (2023). Physicochemical profile, antioxidant activity and mineral contents of honey from stingless bee and honey bee species. Journal of Apicultural Research, 62(2), 394–401. https://doi.org/10.1080/00218839.2021.1896214
Pimentel, T. C., Rosset, M., de Sousa, J. M. B., de Oliveira, L. I. G., Mafaldo, I. M., Pintado, M. M. E., de Souza, E. L., & Magnani, M. (2022). Stingless bee honey: An overview of health benefits and main market challenges. Journal of Food Biochemistry, 46(3), 1–21. https://doi.org/10.1111/jfbc.13883
Ramli, N. Z., Chin, K. Y., Zarkasi, K. A., & Ahmad, F. (2019). The beneficial effects of stingless bee honey from Heterotrigona itama against metabolic changes in rats fed with high-carbohydrate and high-fat diet. International Journal of Environmental Research and Public Health, 16(24), 1–17. https://doi.org/10.3390/ijerph16244987
Shamsudin, S., Selamat, J., Sanny, M., Abd. Razak, S. B., Jambari, N. N., Mian, Z., & Khatib, A. (2019). Influence of origins and bee species on physicochemical, antioxidant properties and botanical discrimination of stingless bee honey. International Journal of Food Properties, 22(1), 238–263. https://doi.org/10.1080/10942912.2019.1576730
Syafrizal, Kusuma, I. W., Saud, O. R., Wiandany, R., Yahya, M. F., & Harmonis. (2020). Conservation of kelulut (stingless bee) in East and North Kalimantan, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 591(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/591/1/012047
Ummu Harmain, Saragih, J. R., Simarmata, M. M., & Pasaribu, M. P. J. (2023). Sosialisasi Budidaya Lebah Madu Tanpa Sengat (Stingless Bee) Dan Manfaatnya. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sapangambei Manoktok Hitei, 2(2), 159–165. https://doi.org/10.36985/jpmsm.v2i2.517
Yaacob, M., Rajab, N. F., Shahar, S., & Sharif, R. (2018). Stingless bee honey and its potential value: A systematic review. Food Research, 2(2), 124–133. https://doi.org/10.26656/fr.2017.2(2).212