Oleh Arfian Reza Pratama Mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Padjadjaran
Daun kemangi sudahlah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Daun ini biasa dijadikan sebagai lalap bagi masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa Barat. Aroma daunnya khas, kuat namun lembut dengan sentuhan aroma limau.
Kemangi merupakan hibrida antarspesies antara dua spesies selasih, Ocimum basilicum dan O. americanum. Ia dikenal juga sebagai O. basilicum var. anisatum Benth. Aroma khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan bunganya.
Tanaman ini berasal dari berbagai negara tropis dan tumbuh secara alami di seluruh bagian Afrika, Amerika, dan Asia. Kultivasi tanaman ini dilakukan terutama di Afrika, Eropa, dan barat daya Asia. Di Indonesia, terdapat berbagai macam jenis kemangi, diantaranya serawung dan selasih putih. Habitat dari tanaman ini umumnya pada tanah terpelihara, tanah buncah, tanah rawan banjir, dan tanah berumput. Tinggi tanaman ini sangat bervariasi dimulai dari 45 hingga 75 cm dengan warna batang hijau dan warna tangkai hijau sampai ungu pucat. Daunnya berwarna hijau dengan bentuk lenset (lanceolate) hingga bundar telur (ovate) dengan permukaan rata atau berombak. Panjang daunnya 4-6 cm, lebarnya kurang lebih 4,49 cm dengan luas 4-13 cm. Cabangnya berjumlah dari 25 hingga 75 cabang. Umumnya, bunganya berwarna putih hingga merah muda (Agarwal et al, 2013).
Daun dari tanaman ini sudah dapat dipanen 50 hari setelah kemangi ditanam. Teknik yang digunakan dalam memetik kemangi mirip dengan cara pemetikan daun teh. Pemetikan dari daun kemangi dapat merangsang tanaman tersebut untuk menumbuhkan tunas-tunas baru. Pucuk kemangi dipanen hingga tanaman sudah berumur tua. Umumnya, tanaman kemangi tidak dibiarkan berbunga dan berbuah agar tanaman tersebut dapat berumur panjang. Kemangi dipetik dengan panjang 15 cm dan disatukan dalam ikatan kecil berisi 5-10 batang apabila dijual dipasaran.
Tanaman Kemangi jarang dilakukan penyemprotan insektisida ataupun pestisida karena tanaman ini jarang diserang hama dan penyakit. Namun, apabila ditemukan hama seperti ulat biasanya dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida Azodrin atau Diazinon 60 EC.
Komposisi kimia dari kemangi didominasi oleh minyak atsiri Berbagai kandungan tersebut tentunya memberikan dampak positif untuk kesehatan bagi siapa saja yang mengkonsumsinya. Kandungan eugenol pada kemangi memiliki fungsi sebagai anti bakteri. Eugenol dapat mengganggu quorum sensing bakteri tersebut sehingga menimbulkan aktivitas antibiofilm (Susanto et al, 2013).
Kemangi juga banyak mengandung linalool dan estragole. Banyaknya mikroorganisme yang dapat dihambat oleh keduanya diduga akibat mekanisme penghambatannya yang berbeda. Mekanismenya bisa berupa koagulasi sel inti mikroba, sifat hidrofobisitasnya yang menyebabkan gangguan pada membran sitoplasma bakteri, gangguan perubahan gradien pH atau mekanisme lainnya (Sakkas et al, 2017).
Ekstrak etanol 95% dari daun kemangi mampu memberikan efek analgesic secara aktif. Efek analgesic, anti-inflamasi, dan sedative juga ditimbulkan dari kandungan senyawa. β-Caryophyllene yang mampu berinteraksi secara spesifik dengan reseptor cannabinoid (CB2). Reseptor CB2 adalah reseptor yang bertanggungjawab atas aktivitas psikoaktif dan inhibisi pre-sinaptik.
Ekstrak etanol 96% dari daun kemangi dapat memberikan efek antioksidan yang disebabkan senyawa non-fenolik dan fenolik dari minyak atsirinya. Asam rosmarin dan Asam kafeat diduga sebagai senyawa fenolik yang berperan dalam aktivitas antioksidan ini.
Berbagai manfaat ini membuat daun kemangi dapat diolah menjadi berbagai produk kesehatan seperti handsanitizer untuk sanitasi dan ekstrak minyak atsirinyanya yang digunakan untuk berbagai obat herbal.
REFERENSI
Agarwal, C., Sharma, N., Gaurav, S. An Analysis of Basil (Ocimum sp.) to Study the Morphological Variability. Indian Journal of Fundamental and Applied Life Science. 2013; 3(3): 521- 525.
Pandey, A., Pooja, S. Nijendra, N. Chemistry and bioactivities of essential oils of some Ocimum species: an overview. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 2014;4(9):682-694.
Susanto, L., Archadian, N., Ivan, A. Efek Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Sebagai Agen Penghambat Pembentukan Streptococcus mutans. IDJ. 2013; 2(1); 38-41.
Sakkas, H., Chrissanthy, P. Antimicrobial Activity of Basil, Oregano and Thyme Essential Oils. Journal of Microbiology and Biotechnology. 2017; 27(3): 429-438.
Zahra, S., Iskandar, Y. Review Artikel: Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas Ocimum Basilicum L. Farmaka Volume 15 Nomor 3.