Oleh : Vivin Ervina, S.Pd (Guru Kelas VI SD Negeri Sarimulya – Kab. Subang – Jawa Barat)
Pendidikan berperan penting dalam membentuk individu menjadi anggota yang produktif dan bermakna dalam masyarakat. Standar proses pendidikan yang diatur dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 menekankan pentingnya menciptakan suasana belajar yang memungkinkan peserta didik untuk aktif dalam pengembangan potensi mereka. Pendidikan tidak hanya tentang pemberian informasi, tetapi juga tentang memberdayakan individu untuk menjadi manusia yang utuh, baik dari segi kecerdasan, kepribadian, spiritual, maupun keterampilan.
Dalam konteks perubahan kurikulum yang terjadi dari waktu ke waktu, penting bagi pendidik untuk terus beradaptasi dan menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan proses pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan.
Berdasarkan Kurikulum Merdeka di Indonesia, terdapat penyederhanaan dan penyesuaian mata pelajaran untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah dan guru dalam menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan keunikan siswa. Salah satu mata pelajaran yang mengalami penyederhanaan adalah IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial). Mata pelajaran IPAS mencakup dua bidang ilmu yang berbeda namun saling terkait, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kedua bidang ilmu ini memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman siswa tentang dunia di sekitar mereka, baik dari segi aspek fisik maupun sosialnya.
Berdasarkan hasil observasi di kelas VI SD Negeri Sarimulya – Subang terdapat masalah yang sering muncul dalam pembelajaran IPAS. Masalah tersebut diantaranya kurangnya ketersediaan media, penggunaan metode atau model pembelajaran yang masih konvensional sehingga perhatian peserta didik tidak terpusat pada pemberian materi yang diberikan guru. Selain itu, kurangnya keaktifan peserta didik dalam pembelajaran kiranya dapat mempengaruhi terhadap hasil belajarnya.
Menurut Sardiman (2011:100), keaktifan belajar adalah kegiatan fisik atau mental dalam berpikir dan bertindak dalam suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Ini mengacu pada proses belajar yang melibatkan tidak hanya aktivitas mental, seperti berpikir, mengingat, dan memahami, tetapi juga aktivitas fisik, seperti menulis, membaca, dan berbicara. Dengan kata lain, keaktifan belajar melibatkan keterlibatan penuh dari peserta didik dalam proses belajar, baik secara mental maupun fisik.
Konsep ini menekankan pentingnya peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, bukan hanya sebagai penerima pasif informasi. Ketika peserta didik aktif secara mental, mereka lebih cenderung untuk memahami materi dengan lebih baik, mengingat informasi tersebut, dan menerapkannya dalam situasi yang relevan. Sedangkan keaktifan fisik, seperti menulis atau berdiskusi, juga dapat membantu peserta didik untuk lebih memperdalam pemahaman mereka dan menginternalisasi konsep yang dipelajari.
Dengan demikian, penting bagi pendidik untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang merangsang keaktifan baik secara mental maupun fisik. Berbagai strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung, seperti diskusi kelompok, proyek kolaboratif, atau eksperimen praktis, dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dan membantu mereka mencapai pemahaman yang lebih mendalam dan berkelanjutan.
Maka dari itu, sebagai guru yang merupakan pasilitator dan berwawasan tinggi, mencoba untuk menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) pada materi kegiatan ekonomi masyarakat dalam mata pelajaran IPAS di kelas VI SD Negeri Sarimulya – Subang. Harapannya, melalui media tersebut, peserta didik mudah memahami materi dan berperan aktif dalam pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Dalam konteks Kurikulum 2013 model pembelajaran berbasis masalah, termasuk Problem Based Learning (PBL), adalah salah satu model pembelajaran yang tepat dalam menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran dan menekankan pada pemecahan masalah yang relevan dengan kehidupan nyata.
Arends (2012:411) yang menyatakan bahwa untuk melaksanakan model Problem Based Learning (PBL) secara maksimal, penting untuk mengikuti setiap langkah pembelajaran yang telah ditetapkan. Berikut adalah penjelasan singkat tentang setiap fase dalam model PBL:
1. Orientasi Peserta Didik pada Masalah
– Fase ini melibatkan pengenalan masalah kepada peserta didik.
– Peserta didik diperkenalkan dengan konteks masalah, tujuan pembelajaran, dan harapan yang diharapkan dari proses pembelajaran.
– Tujuan dari fase ini adalah untuk memotivasi siswa, memperjelas pemahaman mereka tentang masalah yang akan dipecahkan, dan menetapkan arah pembelajaran.
2. Mengorganisir Peserta Didik untuk Belajar
– Di fase ini, peserta didik diberikan arahan tentang bagaimana mereka akan bekerja, baik secara mandiri maupun dalam kelompok.
– Pembagian tugas dan peran dalam kelompok dapat dilakukan di sini.
– Fase ini juga melibatkan pemberian sumber daya dan bahan yang diperlukan untuk memulai investigasi.
3. Membantu Investigasi Mandiri dan Kelompok
– Peserta didik mulai melakukan investigasi tentang masalah yang diberikan, baik secara mandiri maupun dalam kelompok.
– Guru memberikan bimbingan, dukungan, dan umpan balik saat siswa melakukan investigasi.
– Sumber daya yang tersedia diintegrasikan untuk mendukung proses investigasi.
4. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
– Peserta didik menggunakan informasi yang dikumpulkan selama investigasi untuk mengembangkan solusi atau jawaban terhadap masalah.
– Mereka merancang dan menyajikan hasil karya mereka, baik dalam bentuk presentasi, laporan, atau produk lain yang relevan.
– Pada tahap ini, siswa juga belajar untuk menyusun argumen yang kuat untuk mendukung solusi atau jawaban mereka.
5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
– Peserta didik melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang mereka alami.
– Mereka mengevaluasi keefektifan strategi yang mereka gunakan dalam memecahkan masalah.
– Guru juga dapat melakukan evaluasi terhadap kemajuan siswa dan memberikan umpan balik untuk perbaikan di masa depan.
Penerapan Pembelajaran Melalui Model Problem Based Learning (PBL)
Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) dalam konteks mata pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial) untuk materi kegiatan ekonomi masyarakat bisa menjadi pendekatan yang efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa. Berikut adalah langkah-langkah dan manfaat yang terkait dengan penerapan PBL.
Langkah-langkah Penerapan Model Problem Based Learning (PBL):
1. Identifikasi Masalah
Tentukan masalah ekonomi masyarakat yang relevan dan menarik bagi Peserta didik. Misalnya, masalah pengangguran, ketimpangan ekonomi, atau perubahan harga barang.
2. Perencanaan Proyek
Peserta didik dapat diberi tugas untuk merencanakan proyek solusi terhadap masalah yang diidentifikasi. Misalnya, mengusulkan program pelatihan keterampilan untuk mengatasi pengangguran.
3. Pendalaman Materi
Peserta didik belajar tentang konsep ekonomi masyarakat yang relevan, seperti penawaran dan permintaan, distribusi pendapatan, dan faktor-faktor yang memengaruhi kegiatan ekonomi.
4. Pembelajaran Kolaboratif
Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk menganalisis masalah dan mengembangkan solusi. Mereka dapat menggunakan penelitian, diskusi, dan pemodelan untuk memahami masalah secara lebih mendalam.
5. Pembuatan Solusi
Peserta didik menghasilkan solusi konkret untuk masalah yang diidentifikasi. Ini bisa berupa proposal kebijakan, rencana aksi, atau presentasi proyek.
6. Presentasi dan Evaluasi
Setiap kelompok mempresentasikan solusi mereka kepada kelas dan mendapatkan umpan balik dari guru dan rekan-rekan mereka. Ini memungkinkan refleksi dan perbaikan.
Manfaat Penerapan Model PBL:
1. Meningkatkan Keterlibatan Peserta Didik
Peserta didik lebih terlibat karena mereka harus mencari solusi atas masalah nyata yang relevan bagi mereka.
2. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis
Peserta didik belajar untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyusun solusi atas masalah ekonomi masyarakat.
3. Pembelajaran Kolaboratif
Model Problem Based Learning (PBL) mendorong kerja tim dan komunikasi antar peserta didik, membangun keterampilan sosial dan kolaboratif.
4. Relevansi Materi
Melalui pendekatan ini, peserta didik dapat melihat keterkaitan antara konsep-konsep akademis dengan kehidupan sehari-hari, sehingga meningkatkan motivasi belajar.
5. Pengalaman Praktis
Peserta didik mendapatkan pengalaman nyata dalam merancang solusi untuk masalah ekonomi masyarakat, yang dapat mempersiapkan mereka untuk situasi dunia nyata di masa depan.
Pengukuran Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan mengukur keaktifan peserta didik dan hasil belajarnya. Keaktifan diukur dengan menggunakan rubrik dengan cara mencentang indikator yang tersedia yaitu skor sangat tinggi (4), tinggi (3), sedang (2) dan rendah (1). Selain itu, pengukuran hasil belajar peserta didik diukur menggunakan soal tes dengan pilihan ganda agar mempermudah peserta didik dan hasil yang didapatkan lebih akurat.
1. Pengukuran Keaktifan Peserta Didik
a. Penggunaan Rubrik
Gunakan rubrik untuk mengukur keaktifan peserta didik dengan mencentang indikator yang tersedia, seperti yang dijelaskan sebelumnya, dengan skor yang telah ditentukan (sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah).
b. Teknik Pengolahan Data
Gunakan teknik pengolahan data, seperti PAP tipe 1, untuk menghitung rata-rata skor keaktifan peserta didik di kelas.
c. Pengamatan Guru
Lakukan pengamatan langsung oleh guru menggunakan lembar observasi untuk memantau keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran.
2. Pengukuran Hasil Belajar Peserta Didik
a. Penyusunan Soal Tes
Susunlah soal tes berbentuk pilihan ganda yang relevan dengan materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Pemberian Tes
Berikan tes kepada peserta didik setelah mereka menyelesaikan proyek atau masalah yang diberikan.
c. Penilaian dan Analisis Hasil
Evaluasi hasil tes untuk setiap peserta didik dan analisis hasilnya untuk melihat sejauh mana mereka telah mencapai tujuan pembelajaran.
Maka dari itu, dapat kita simpulkan dengan menggabungkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan materi kegiatan ekonomi masyarakat dalam mata pelajaran IPAS, dapat menciptakan pengalaman belajar yang menyeluruh dan relevan bagi peserta didik, serta meningkatkan keaktifan dan pemahaman mereka tentang konsep-konsep ekonomi yang kompleks sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Dikuatkan juga dengan hasil penelitian Normala Rahmadani (2017) dimana dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat untuk meningkatkan keaktifan siswa. Problem based learning juga digunakan oleh Riana Rahmasari (2016) dalam penelitiannya membuktikan bahwa Problem Based Learning (PBL) dapat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan penelitian diatas membuktikan bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Saran yang penulis dapat sampaikan adalah diharapkan kepada guru bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu pilihan yang efektif dalam pembelajaran. Guru dapat mempertimbangkan untuk menggunakan PBL sebagai alternatif dalam merancang pembelajaran yang bervariasi dan menarik bagi peserta didik. Materi yang dipilih untuk pembelajaran menggunakan PBL sebaiknya dapat dihubungkan dengan kejadian nyata di sekitar 0eserta didik. Hal ini akan membuat peserta didik lebih tertarik dan terlibat aktif dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. PBL juga membantu peserta didik melatih keterampilan pemecahan masalah yang sangat penting untuk kehidupan mereka di masa depan. Oleh karena itu, model ini perlu terus dikembangkan dalam pembelajaran untuk membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis bagi peserta didik. Model PBL sangat cocok diterapkan pada peserta didik kelas atas karena dapat membantu mereka dalam pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan mempersiapkan mereka untuk tantangan yang lebih kompleks di masa depan.
Dengan demikian, melalui penggunaan model PBL dan kesadaran akan manfaatnya, guru dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi peserta didik, serta membantu mereka mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang lebih mendalam.
Daftar Pustaka
– Arends, R.I. (2012). Learning to Teach (9th ed). New York: Mc. Graw-Hill Companies Inc.
– Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
– Rahmasari, R. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD. Basic Education, 5(36), 3-456.
– Rahmadani, N., & Anugraheni, I. (2017). Peningkatan aktivitas belajar matematika melalui pendekatan problem based learning bagi siswa kelas 4 SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 7(3), 241-250.
– Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.