Materi : Mengurutkan Prioritas Kebutuhan Manusia dengan Tepat
Oleh : Heni Rismawati, S.Pd (Guru Kelas IV SD Negeri Angkasa 03 Kab. Bandung)
Mata pelajaran dalam Kurikulum Merdeka di Indonesia cenderung mengalami penyederhanaan dan penyesuaian untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah dan guru dalam menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan kebutuhan lokal dan keunikan siswa. Termasuk mata pelajaran IPAS mencakup dua bidang ilmu yang berbeda, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kedua bidang ilmu ini memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman siswa tentang dunia di sekitar mereka, baik dari segi aspek fisik maupun sosialnya.
Dalam konteks pembelajaran, IPAS membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan ilmiah. Mereka belajar untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis data, serta membuat kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan. Selain itu, IPAS juga membantu peserta didik dalam memahami interaksi kompleks antara manusia dan lingkungannya serta dalam memahami proses-proses sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Dalam kurikulum Merdeka, penekanan pada pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti keterampilan berpikir kritis, keterampilan kolaborasi, dan literasi digital. Pendekatan pembelajaran yang aktif dan berbasis proyek mungkin akan diperkuat untuk memungkinkan peserta didik lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan pengembangan pemahaman mereka.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis ingin berbagi pengalaman kepada seluruh guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir HOTS pada mata pelajaran IPAS dengan materi mengurutkan prioritas kebutuhan manusia dengan tepat menggunakan model Problem Based Learning (PBL) di kelas IV SD Negeri Angkasa 03 Kab. Bandung. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui aktivitas belajar peserta didik dan peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL).
Menurut pendapat Eggen & Kauchak (2012, hlm. 307) mengemukakan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan seperangkat model mengajar untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengetahuan diri dengan menggunakan masalah sebagai fokusnya. Sependapat dengan pernyataan tersebut, maka dalam materi prioritas kebutuhan manusia peserta didik ditekan untuk berpikir dalam mencari jawaban terkait kebutuhannya masing-masing. Hal ini, merupakan proses berpikir kritis peserta didik untuk menganalisis dan mengevaluasi suatu masalah berdasarkan pemikiran yang logis untuk memilih keputusan. Dikuatkan dengan pendapat Desmita, (2012, hlm. 153) mengemukakan bahwa “Berpikir kritis berarti merefleksikan permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber (lisan atau tulisan), serta berpikir secara reflektif ketimbang hanya menerima ide-ide dari luar tanpa adanya pemahaman dan evaluasi yang signifikan.”
Berorientasi pada HOTS (Higher Order Thinking Skills) disarankan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL). PBL merupakan model pembelajaran yang mengedepankan strategi pemecahan masalah dan berpikir kritis yang dapat disesuaikan dengan kehidupan nyata. Sehingga peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan konsep mendasar dari materi yang dipelajarinya.
Dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berdasarkan masalah, terdapat sejumlah karakteristik yang diuraikan oleh Arends, sebagaimana dikutip oleh Trianto (2009). Berikut adalah karakteristik tersebut:
1. Memiliki Landasan Masalah (Problem-Centered)
– Pembelajaran didasarkan pada sebuah masalah atau situasi yang kompleks yang menantang peserta didik untuk mencari solusi.
– Masalah tersebut merangsang minat dan motivasi peserta didik untuk belajar.
2. Orientasi pada Proses (Process-Oriented)
– Fokus utama dari pembelajaran adalah proses pencarian solusi terhadap masalah yang diberikan.
– Peserta didik diberi kebebasan untuk menemukan cara penyelesaian masalah yang mereka anggap paling tepat.
3. Keterlibatan Aktif Peserta Didik (Active Involvement)
– Peserta didik terlibat secara aktif dalam mencari informasi, menganalisis data, dan menghasilkan solusi terhadap masalah yang diberikan.
– Pembelajaran tidak bersifat pasif, melainkan melibatkan partisipasi aktif dari peserta didik.
4. Berpusat pada Pembelajar (Learner-Centered)
– Pembelajaran berfokus pada peserta didik sebagai subjek utama, di mana mereka memiliki peran sentral dalam proses pembelajaran.
– Guru atau fasilitator bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator dalam mendukung peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
5. Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif (Critical and Creative Thinking Skills)
– PBL mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif peserta didik dalam mencari solusi terhadap masalah yang kompleks.
– Peserta didik diajak untuk mengevaluasi informasi, mengidentifikasi masalah, dan menghasilkan ide-ide baru dalam proses pembelajaran.
6. Kolaborasi dan Komunikasi (Collaboration and Communication)
– Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sering melibatkan kerja sama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencari solusi bersama.
– Komunikasi antar anggota kelompok, serta dengan guru atau fasilitator, menjadi aspek penting dalam proses pembelajaran.
7. Pembelajaran Holistik (Holistic Learning)
– Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) cenderung menekankan pada pengembangan pemahaman yang holistik terhadap konsep atau topik yang dipelajari.
– Peserta didik diajak untuk melihat hubungan antara berbagai aspek dan konteks yang terkait dengan masalah yang dihadapi.
Karakteristik-karakteristik ini membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis, menantang, dan memberdayakan peserta didik untuk mengembangkan berbagai keterampilan dan pemahaman yang mendalam tentang materi pelajaran.
Mengurutkan Prioritas Kebutuhan Manusia dengan Tepat Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Mengurutkan prioritas kebutuhan manusia dengan tepat menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat menjadi pendekatan yang sangat efektif untuk memahami konsep tersebut secara mendalam. Berikut adalah contoh materi dan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk mengajarkan pengurutan prioritas kebutuhan manusia.
Deskripsi Materi: Materi ini akan membahas konsep prioritas kebutuhan manusia dan bagaimana memprioritaskan kebutuhan berdasarkan tingkatannya.
Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning (PBL):
1. Orientasi Peserta Didik pada Masalah
– Mulailah dengan memperkenalkan konsep hierarki kebutuhan manusia.
– Berikan sebuah situasi atau masalah yang melibatkan beberapa kebutuhan manusia yang berbeda.
2. Mengorganisasi untuk Belajar
– Bagi peserta didik ke dalam kelompok kecil.
– Berikan arahan kepada setiap kelompok untuk merencanakan langkah-langkah yang akan mereka ambil untuk mengurutkan prioritas kebutuhan dalam situasi yang diberikan.
3. Membimbing Penyelidikan Individual dan Kelompok
– Berikan waktu bagi setiap kelompok untuk melakukan penelitian tentang konsep hierarki kebutuhan manusia dan mempelajari contoh kebutuhan dalam situasi yang diberikan.
– Guru sebagai fasilitator memberikan bimbingan dan mendukung peserta didik dalam mencari informasi yang relevan.
4. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
– Setelah melakukan penyelidikan, masing-masing kelompok mengembangkan daftar prioritas kebutuhan manusia dalam situasi yang diberikan.
– Mereka juga merumuskan alasan mengapa mereka memilih urutan tertentu.
5. Menganalisis
– Setiap kelompok menyajikan hasil kerja mereka kepada seluruh kelas.
– Diskusikan dengan kelas tentang alasan di balik pilihan prioritas mereka dan apakah mereka setuju atau tidak setuju dengan alasan tersebut.
– Guru sebagai fasilitator memandu diskusi untuk merangsang pemikiran kritis dan analisis peserta didik.
6. Refleksi
– Akhiri pembelajaran dengan sesi refleksi di mana peserta didik merenungkan apa yang telah dipelajari dari proses ini.
– Mereka dapat mengidentifikasi kesulitan yang mereka alami, pemahaman baru yang mereka peroleh, dan bagaimana pembelajaran ini dapat diterapkan dalam konteks kehidupan nyata.
7. Penilaian
Penilaian dapat dilakukan berdasarkan kemampuan peserta didik dalam:
– Mengidentifikasi dan memahami konsep prioritas kebutuhan manusia.
– Mengurutkan prioritas kebutuhan manusia dalam situasi yang diberikan.
– Mengemukakan alasan dan argumen untuk pilihan prioritas mereka.
– Berpartisipasi dalam diskusi dan refleksi dengan kontribusi yang berarti.
Maka demikian dapat kita simpulkan, dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL), peserta didik tidak hanya memahami konsep teoritis, tetapi juga dapat mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, kerja tim, berpikir kritis, dan refleksi yang sangat berharga. Mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Mereka tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga harus mencari, menganalisis, dan menghasilkan solusi untuk masalah yang diberikan.
Melalui model Problem Based Learning (PBL), peserta didik diajak untuk menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang kompleks. Mereka belajar untuk mengevaluasi informasi, mengidentifikasi masalah, menghasilkan ide-ide baru, memperkuat kolaborasi, komunikasi, meningkatkan motivasi, dan mengembangkan berbagai keterampilan, serta pemahaman yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam menghadapi tantangan di dunia modern. Jadi, berdasarkan hasil observasi dan penilaian penulis bahwa aktivitas belajar peserta didik lebih terlihat aktif, dalam penggunaan model Problem Based Learning (PBL) ini dapat meingkatkan kemampuan berfikir HOTS pada mata pelajaran IPAS berdasarkan materi mengurutkan prioritas kebutuhan manusia di kelas IV SD Negeri Angkasa 03 Kab. Bandung.
Daftar Pustaka
– Desmita. (2012). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
– Eggen, P & Kauchak, D. (2012). Strategi dan model pembelajaran. Jakarta Barat: Indeks.
– Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.