Opini Lintang Ismaya | Ruangatas.com
Kenapa setiap makhluk hidup yang bernyawa khususnya manusia dan binatang menyusui, paska lahir hanya bisa mengkonsumsi susu? Jika dalam dunia tumbuhan diwakili oleh kelapa sebelum ia menjadi tunas, di dalam daging kelapa membuat lingkaran di ujung kian membesar berwarna putih di dalam daging kelapa yang mana ketika kita membelahnya paska jadi tunas warna airnya seperti air cucian beras, meski tak seputih air susu. Bundaran itu bernama kentos atau tombong, cikal bakal tunas kelapa.
Ada banyak mitologi tentang air susu, diantaranya: Dalam mitologi Yunani, kemarahan Dewi Hera bahkan sampai menciptakan galaksi Milky Way atau sering kita sebut galaksi Bima Sakti yang terbentuk dari air susu Dewi Hera yang muncrat. Kemarahan Dewi Hera inilah yang kemudian menjadi cerita terkenal Dewi Hera dan Heracles, dengan inti kisahnya adalah Dewi Hera marah besar karena telah ditipu harus menyusui Heracles, anak Dewa Zeus dari selingkuhannya yang merupakan manusia biasa. Sementara di India, susu dipersembahkan kepada Dewa Siwa dalam bentuk penyucian diri (Abhishekam) atau dicampur dengan bahan lain untuk membuat Kshirabhisheka.
Umat Hindu mempersembahkan susu dan produk-produknya untuk keperluan keagamaan karena diyakini memiliki kualitas pemurnian. Persembahan susu ini dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih dan memohon berkat-Nya. Dan dalam agama Islam, air susu ibu merupakan rezeki dari Allah dan makanan terbaik untuk bayi. Hal ini dipertegas dalam QS. Al-Baqarah ayat 233 menganjurkan ibu menyusui bayinya selama dua tahun penuh. Serta diperkuat oleh QS. Al-Ahqaf ayat 46 menganjurkan menyapih setelah 30 bulan.
Jika berbicara makna putih dalam lambang warna, maka warna putih melambangkan kesucian, kebenaran, dan kemurnian, dan dunia menyepakati ini. Jauhnya dijadikan lambang perdamaian dan menyerah. Kembali ke pokok bahasan: kenapa tidak bisa mengkonsumsi makanan langsung yang lunak, semisal? Kenapa harus melewati minum air susu dulu sebelum bisa menkonsumsi makanan yang lain?
Secara tadabbur bisa jadi hal ini sebagai salah satu ayat yang tersurat dan tersirat dari telinga, mata dan hati: Bermula dari mendengarkan tangisan ketika seorang bayi terlahir, lalu kita ingin melihatnya dan tanpa disadari, pandangan kita senantiasa langsung tertuju pada matanya, laju hati mencuatkan rasa. Bisa rasa bahagia saja, bahagia dan turun tangis saja. Bahagia, turun tangis dan senyum saja. Bahagia, turun tangis, senyum dan sujud syukur, kompleks. Dan tanpa di sadari kita merasakan kehadiran Tuhan dengan laku diri kita yang langsung mengingatNya dalam puji dan syukur meski sesungguhnya puji dan syukur itu untuk bayi. Artinya via bayi yang baru terlahir kita bisa merasakan betapa agungnya kuasa Tuhan.
Kembali ke makna warna putih air susu. Di sebalik warna putih air susu ada warna bening, sebagaimana air cucian beras yang nampak terlihat putih bak air susu menyimpan warna bening. Sebagaimana warna beras pasca dicuci dari warnanya putih bak warna susu menjadi bening. Artinya di dalam putih menyimpan bening. Didalam kebeningan menyimpan transparansi. Di dalam transparansi menyimpan kilau. Di dalam kilau menyimpan cahaya. Di dalam cahaya menyimpan sinar. Di dalam sinar menyimpan putih, sebagaimana mayornya cahaya bintang.
Laju, makna apakah yang di dapat? Manusia terlahir ke bumi sepakat semuanya suci, meski terlahir dari hasil perzinahan sebab itu hanya sekadar wasilah saja. Kala manusia tumbuh dan besar serta sudah mengenal ragam makanan dan ragam ilmu pengetahuan, maka warna putih air susu itu jadi berubah warnanya bak di kedai-kedai air susu murni yang mana kita bisa memesannya menjadi warna pink dengan rasa strawbery, jadi warna coklat dengan rasa vanila dan berbagai rasa lainnya.
Kenapa harus jadi berubah warnanya? Hidup bukan pilihan, tapi hidup menyuguhkan banyak pilihan. Sebagaimana _ayak-ayak beas_ yang berubah menjadi _pindah cai pindah tampian._ Secara hakikat memang apa pun putusan kita merupakan mutlak inginnya Tuhan. Namun yang harus di ingat adalah ketika laku kita lupa pada Tuhan dalam tiap alur langkah; di situlah letaknya Rahman-RahimNya Allah, meski sudah melupakan dirinya dalam segenap laku hidup dalam menjalankan alur hidup dan kehidupan di bumiNya itu kian terlena dengan begitu banyaknya suguhan dalam pilihan, hingga lupalah siapa kita?
Namun Allah tetap mengabulkan inginnya kita dengan tak pernah putus untuk tetap mengingatkan kita tanpa mengenal lelah sampai tutup usia kita guna kembali ke jalan yang diridhoi-Nya. Sebagaimana peribahasa tak pernah salah: gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga. [Li]
***
Tulisan lianna yasana Rakean Wanen Ismaya, bisa diakses di
https://whatsapp.com/channel/0029Vb56zYQ6hENqDuqTHc3j