Memberdayakan Peserta Didik dalam Membuat Apotek Hidup di Sekolah Dasar

Artikel Pendidikan – RA | Dalam mengurangi angka kesakitan dan angka kematian yang ditimbulkan oleh berbagai penyakit, perlunya upaya perbaikan kesehatan bagi masyarakat. Begitupun sekolah, karena sekolah merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang perlu adanya perhatian dari aspek kesehatan. Terdapat beberapa alasan dimana perlu adanya penyediaan upaya meningkatkan kesehatan seperti obat-obatan di lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun kali ini upaya yang dilakukan di SD Negeri Awilega khususnya di kelas 4, yakni memberdayakan peserta didik untuk membuat apotek hidup.

Menurut Cahyandari (2018) bahwa apotek hidup merupakan sebagian tanah atau lahan sisa untuk dimanafaatkan dan ditanami tanaman yang memiliki manfaat untuk kebutuhan sehari-hari. Hal yang sama dikemukakan oleh Widyawati (2015) bahwa apotek hidup merupakan istilah untuk lahan yang ditanami tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat untuk dimanfaatkan sebagai obat-obatan secara tradisional. Berdasarkan pendapat di atas, maka upaya penanaman apotek hidup di lingkungan sekolah merupakan upaya yang cukup efektif dalam mendukung perbaikan kesehatan masyarakat khususnya di lingkungan SD Negeri Awilega. 

Bacaan Lainnya

Metode kegiatan yang dilakukan memiliki beberapa tahapan, dari mulai sosialisasi rencana kegiatan, mempersiapkan alat dan bahan, menyediakan lahan, sampai melakukan penanaman berbagai jenis tanaman obat-obatan serta cara perawatan tanaman tersebut. Sehingga hasil dari kegiatan tersebut adalah tersedianya apotek hidup dilingkungan sekolah untuk dimanfaatkan oleh peserta didik itu sendiri.

Berbagai jenis tanaman yang ditanam dalam apotek hidup di sekolah, setiap tanaman dapat penanda yang ditandai supaya setiap peserta didik mudah mengenali jenis tanaman obat yang mereka tanam. Dalam melakukan kegitan ini, peserta didik dapat melatih kemandirian, tanggung jawab, berpartisipasi pada seluruh rangkaian kegiatan dan melakukan kreatifitas dalam penanaman apotek hidup di lingkungan sekolah. Beberapa jenis tanaman yang ditanam oleh peserta didik SD Negeri Awilega adalah tanaman yang biasa ditemukan di lingkungan rumah tempat ia tinggal, meliputi: Bawang merah, bawang putih, jahe, panglay, sereh, sirih, kumis kucing, lidah buaya, tempuyung, daun sembung, brotowali, dll.

Kegiatan penanaman apotek hidup melatih peserta didik untuk mencintai alam, menjaga dan melestarikan lingkungan dengan menanam dan merawat tanaman, khususnya tanaman yang berkhasiat untuk pengobatan atau kesehatan. Hal ini sependapat dengan hasil penelitian Cahyandari (2018) bahwa penanaman apotek hidup merupakan media untuk mengembangkan karakter tanggung jawab para peserta didik terhadap lingkungan. Kegiatan penanaman tanaman obat-obatan ini menunjukkan pentingnya pemberdayaan peserta didik dalam penanaman apotek hidup di lingkungan sekolah. Usia sekolah merupakan masa yang cukup aktif bagi anak dalam menerapkan berbagai pengalaman. Dengan demikian, perlunya upaya pembiasaan dalam hal yang bersifat positif untuk menumbuhkan kreatifitas serta meningkatkan kemandirian untuk selalu berkarya. 

 

Berikut adalah tahapan-tahapan dalam membuat apotek hidup di sekolah :

1. Tahapan Membuat Apotek Hidup

a. Sosialisasi rencana kegiatan

Merupakan sosialisasi rencana kegiatan kepada peserta didik dan pemberitahuan kepada kepala sekolah akan diadakannya pembuatan apotek hidup.

b. Menyiapkan alat dan bahan

Alat yang dipersiapkan untuk membuat apotek hidup ini adalah cangkul, serta bahan merupakan pupuk kandang dan jenis tanaman obat-batan yang dibawa oleh peserta didik dari rumahnya masing-masing. 

c. Memilih lahan

Setelah menyediakan alat dan bahan, hal yang dilakukan ialah memilih lahan di sekolah sekiranya cukup dan bisa dimanfaatkan untuk penanaman, dari penyedian lahan tersebut dipastikan lahan memiliki unsur tanah dan dapat dicampur dengan pupuk supaya tanah lebih gembur.

d. Menanam bibit tanaman

Tahap akhir, melakukan penanaman berbagai jenis tanaman obat-obatan hingga membekali peserta didik bagaimana cara perawatan tanaman tersebut.

2. Cara Merawat Tanaman Apotek Hidup

Merawat tanaman/tumbuhan merupakan salah satu bentuk pengamalan Sila ke-4, yaitu “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan”. Hal ini berkaitan dengan kepedulian kita terhadap alam dan lingkungan sekitar kita, termasuk dalam menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan. Merawat tumbuhan juga mencerminkan kepedulian kita terhadap kehidupan dan ekosistem yang ada di sekitar kita, sehingga termasuk dalam prinsip kerakyatan yang menjunjung nilai kebaikan dan keberlanjutan.

Merawat tumbuhan juga merupakan salah satu bentuk kepedulian dan penghargaan terhadap ciptaan Tuhan. Melalui merawat tanaman, kita menjaga kehidupan, keindahan, serta keberlanjutan alam yang telah diciptakan oleh Tuhan. Dalam agama-agama tertentu, merawat alam juga dihubungkan dengan kegiatan yang merujuk pada spiritualitas dan konsep kehidupan yang lebih luas.

Dengan merawat tanaman, kita menunjukkan kepedulian dan rasa terima kasih terhadap kehidupan yang diberikan oleh alam. Tanaman memberikan udara segar, menghasilkan oksigen, menyerap karbon dioksida, memperbaiki kualitas udara, memberikan tempat tinggal untuk berbagai makhluk hidup, serta menjadi sumber pangan dan obat-obatan bagi manusia. Dengan merawat tanaman, kita menjaga keseimbangan ekosistem dan memperkuat hubungan kita dengan alam.

Berikut adalah beberapa cara perawatan tanaman yang dapat dilakukan:

1. Penyiraman

Tumbuhan perlu disiram secara teratur, terutama saat musim panas atau ketika tanahnya kering. Pastikan tanah terhidrasi dengan baik tanpa terlalu basah atau terlalu kering.

2. Pemberian pupuk

Memberikan pupuk secara teratur dapat membantu tumbuhan tumbuh subur. Gunakan pupuk organik atau pupuk kimia sesuai panduan yang tertera pada kemasan. Pastikan tidak memberikan terlalu banyak pupuk agar tidak merusak tumbuhan.

3. Pemangkasan

Jika tumbuhan tumbuh terlalu panjang atau tidak rapi, pemangkasan dapat membantu menjaga bentuk dan pertumbuhan yang sehat. Pemangkasan juga membantu membuang bagian yang sakit atau mati.

4. Pengecekan hama dan penyakit

Periksa tumbuhan secara teratur untuk memastikan tidak ada tanda-tanda serangan hama atau penyakit. Jika ada, segera ambil langkah-langkah untuk mengendalikan dan mengobatinya.

Secara kesimpulannya, keberadaan tanaman apotek hidup di lingkungan sekolah tidak hanya dapat digunakan sebagai alternatif obat-obatan saja, melainkan dapat menjaga keindahan dan kelestarian lingkungan sekolah. Pentingnya obat-obatan dari apotek hidup karena obat-obatan tersebut sangat ramah lingkungan dan tidak memiliki efek samping yang membahayakan tubuh, begitu juga dapat memudahkan peserta didik dalam mengakses obat-obatan tanpa harus memikirkan biaya pengobatan ketika terjadi masalah kesehatan di lingkungan sekolah seperti luka akibat kecelakaan atau jatuh saat bermain dan penyakit yang biasa dialami peserta didik di sekolah seperti diare, penyakit kulit, dan lain-lain. 

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Cahyandari (2018) bahwa apotek hidup tidak hanya berkhasiat sebagai bahan rempah masakan saja, tetapi tanaman-tanaman tersebut dapat dijadikan alternatif untuk merawat dan menjaga kesehatan yang alami tanpa adanya efek samping yang membahayakan dapat kita kenal sebagai bahan obat tradisional.

Berdasarkan hasil kegiatan praktik mempersiapkan apotek hidup di sekolah peserta didik berperan aktif dalam kegiatan, mereka saling bergotong royong atas tugas yang diberikan. Selain itu, peserta didik dapat melakukan kegiatan tersebut sesuai arahan dari pendidik sehingga kegiatan dapat tercapai sebagaimana mestinya.

 

Daftar Pustaka:

– Cahyandari, M.M.P. (2018). Pemanfaatan taman apotik hidup sebagai upaya mengoptimalkan karakter tanggung jawab siswa kelas atas di SD Negeri Tegalmuncar. Karya Ilmiah Universitas Muhammadiyah Surakarta, diakses pada https://eprints.ums.ac.id.

– Widyawati. (2015). Upaya pemberdayaan apotek hidup di perkotaan melalui deskripsi dan manfaat tanaman obat. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. 1(8): 1890-1895

 

Penulis :

Ai Suryati, S.Pd.SD ( Guru Kelas 3 SDN Awilega ,Desa Awilega, Kec. Tanjungkerta, Kab. Sumedang)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *