Oleh : Arif Fathur
Masih ada pertemuan diantara terciptanya alam semesta pertanda masih banyak kesempatan untuk meramu perjalanan, meski sangat sederhana menjalani kehidupan walau hanya melintasi alam dan menyusuri sungai beralaskan bebatuan. Sekiranya masih ada ruang dekat yang membuat kita bahagia, kenapa harus mencari tempat yang jauh untuk sekedar bertepi, minum kopi, atau bahkan sekedar mencari inspirasi. Toh, pada akhirnya kita tetap sama-sama akan merasakan kesunyian di alam keabadian.
Menyikapi kehidupan manusia saat ini, seringkali menemukan berbagai langkah manusia dalam menjalankan egonya sendiri. Seringkali kita menerjemahkannya dengan cara kurang hormat, tanpa mengetahui alasan yang tepat. Padahal, pepatah telah menyatakan; Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, dan manusia selalu saja tergesa-gesa untuk menafsirkan keburukan.
Sebagai refleksi, dengan menyusuri sungai Ciloseh ibarat memembuka ruang rindu, anak-anak asyik berfantasi disela datangnya hari libur tahun baru. Seketika kebahagiaan itu membuka memori masa lalu di usia yang sama seperti mereka. Bersorak-sorai seakan tiada lagi tanda bahaya, yang dipikirkannya hanyalah fantasi semata.
Lantas, apakah masih ada pertemuan diantara terciptanya alam, anak-anak bermain di sungai dengan penuh kegembiraan?!
Mungkin saja ada, ataukah sudah tiada. Karena bisa saja anak-anak saat ini lebih asyik bermain game online ketimbang bermain di sungai. Maka, jangan menyalahkan anak jika orang tuanya tidak memberi kontrol kehidupan, lambat laun kepekaan terhadap alam akan semakin runtuh dan alam tidak terselamatkan. Jangan pernah juga menyalahkan kita sebagai manusia, karena apapun yang terjadi di dunia ini telah diatur dalam ketetapan-Nya dari sejak lahir sampai saat manusia kembali pada af’al-Nya. Tuhan Maha adil bukan!
Apakah masih ada ihsan dibalik nurani, burung-burung seakan bernyanyi di ranting pohon tinggi seraya bersyukur pada sang Illahi?!
Mungkin saja ada, ataukah sudah tidak terpikirkan. Karena, bisa saja manusia saat ini lebih asyik membaca chattan, facebookan, atau igean, dibanding membaca fenomena kehidupan. Lambat laun, dirinya terjebak dalam pola hidup yang tertaut dengan tekhnologi kekinian. Saking terlena dengan teknologi yang semakin memanusia, secara sadar dan tidak sadar manusialah yang sebenarnya bertransformasi layaknya teknologi itu sendiri.
Masih adakah perjalanan diantara terciptanya kehidupan, manusia saling memberi pengakuan dan meramu perjalanan untuk dikisahkan?!
Mungkin saja ada, ataukah serupa amnesia. Karena, bisa saja manusia saat ini lebih asyik melakukan perjalanannya sendiri, mengunci pintunya sendiri, membatasi dirinya sendiri, bahkan sampai membunuh dirinya sendiri. Banyak sekali kejadian diluar nalar, mengacu pada peristiwa atau situasi yang sulit dipahami untuk dijelaskan secara rasional menggunakan logika atau akal sehat. Setiap perjalanan manusia memiliki fantasi yang berbeda-beda. Manusia saat ini semakin manja dan menjelma raja, raja yang tidak memiliki kontrol rasa dan sukanya main semena-mena. Semakin sini, manusia semakin emosian. Mungkin dipikirannya bumi manusia diciptakan hanya sebagai tempat candaan.
Bumi manusia saat ini sedang sakit, harus segera dirawat intensif
Salah satu bagian dari ritus yang saat ini mulai manusia lupakan ialah tradisi, dimana manusia saat ini sedang disibukan dengan revolusi industri dan menjalani kehidupan barunya untuk memperkaya dirinya sendiri. Secara global manusia telah memasuki gelombang kecerdasan buatan yang berasal dari negeri matahari terbit, di kemudian hari lambat laun sebagian besar manusia akan mengalami kemunduran dalam meperlakukan hidup yang serba modern sehingga manusia lupa untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan lamanya.
Hakikatnya kita sedang tawadhu, memupuk kesadaran diri atas diberikannya kehidupan. Perlu kita sadari, tidak harus menyalahkan kondisi dan keadaan. Dimana pun dan siapa pun, karena kondisi saat ini semakin memaksa kita untuk hidup selalu senang, mengolah dan mengalihkan prasangka supaya kerja otak dan otot merasa bahagia. Sudahlah, kita sama-sama dikerjakan. Akui saja tidak ada yang salah, tidak ada juga yang benar, semuanya seimbang dan sejajar.
Menanggapi fenomena seluruhnya, dari reka cipta deskriftif yang kita baca dari awal, sudah saatnya pengendalian segera dicanangkan. Pengendalian dan perencanaan pembangunan ruang publik yang lebih estetik dan berdaya guna memang menjadi kebutuhan penting dalam pengembangan perkotaan. Dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat serta menjaga nilai estetika dan fungsionalitasnya, ruang publik dapat menjadi tempat yang lebih nyaman dan menarik bagi semua orang. Langkah-langkah pengendalian dan perencanaan ini bisa melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga swasta, komunitas lokal, dan ahli perencanaan.
Pemerintah dapat mengambil peran penting dalam menyusun regulasi yang mengatur pembangunan ruang publik agar memenuhi standar estetika dan fungsionalitas tertentu. Ini bisa meliputi pedoman desain, pembatasan tertentu pada jenis bangunan atau reklame, dan penegakan hukum terhadap pelanggaran. Lembaga swasta juga dapat berkontribusi dengan menyediakan dana atau sumber daya untuk membangun atau memperbaiki ruang publik, serta berpartisipasi dalam proses perencanaan dan desain. Penting juga untuk melibatkan masyarakat dalam proses pengendalian dan perencanaan ini, karena mereka adalah pengguna utama ruang publik tersebut. Pendapat dan kebutuhan masyarakat harus didengarkan dan dipertimbangkan dalam setiap tahap pembangunan. Dengan demikian, ruang publik dapat menjadi tempat yang membanggakan bagi masyarakatnya dan memberikan manfaat maksimal bagi semua orang.
Pemanfaatan tepi sungai sebagai destinasi wisata multifungsi adalah ide yang menarik dan berpotensi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar. Dengan menyediakan beragam kegiatan dan fasilitas yang menarik, seperti tempat nongkrong, mabar game online, minum kopi dan diskusi, serta edukasi berbasis teknologi, tepi sungai dapat menjadi pusat aktivitas yang ramai dan bermanfaat bagi masyarakat. Selain memberikan tempat untuk bersantai dan berinteraksi sosial, pengembangan destinasi wisata di tepi sungai juga bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat setempat. Misalnya, dengan memungkinkan mereka untuk menjalankan usaha kuliner atau menyediakan layanan lain yang berkaitan dengan pariwisata. Pendekatan ini dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Selain itu, mengintegrasikan edukasi berbasis teknologi dalam konsep wisata di tepi sungai juga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sungai dan ekosistemnya. Contohnya, dengan menyediakan informasi interaktif tentang ekologi sungai, konservasi air, atau pemulihan habitat bagi spesies-spesies yang terancam punah. Ini tidak hanya memberikan pengalaman wisata yang menarik, tetapi juga memberdayakan pengunjung untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar mereka. Pengalaman sukses dalam memanfaatkan tepi sungai sebagai destinasi wisata dapat menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain yang memiliki sungai sebagai aset alam. Dengan mengadopsi pendekatan yang serupa, mereka juga dapat memanfaatkan potensi alam mereka secara berkelanjutan dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat setempat dan lingkungannya.
Siapkah Tasikmalaya kedepannya? “Wallohu A’lam Bishawab”.