Cerita Membaca Kolam Alusi

Ruangatas.com | Di sebuah malam yang dingin dengan kondisi cuaca yang sudah tidak lagi menentu; hujan dan panas tak konsekuen lagi datangnya. Namun inilah hidup. sejatinya hidup kita di bumi bukanlah pilihan, tetapi kehidupan begitu banyak menyuguhkan pilihan. Tetapi ada kalanya kenyataan tak bisa dilawan, bahwa hidup punya aturan yang tak bisa dilanggar.

Rinai gerimis yang turun begitu lembutnya, serbuk-serbuk rintiknya mulai menjengkali lingkar bumi. Barangkali inilah yang bernama rindu itu tak bisa dibendung? Entahlah! Selagi asyik menikmati suguhan Tuhan, dari kejauhan saya melihat seorang yang berjalan ke arah saya yang berdiri, tepat di bawah payung merah. Dalam memori ingatan, saya tahu siapa dia, tapi saya ragu sebab raut mukanya tak jelas terlihat. Temaram lampu jalanan membuat sedikit kabur penglihatan.

Bacaan Lainnya

Ya, lampu trafigh light nya sudah mulai meredup, terkadang padam sendiri kemudian menyala lagi pun kap lampunya dipenuhi sepasukan laron di dalamnya. Barangkali, ini semua disebabkan kesibukan PLN, bukan berarti lupa tak terawat. Coba bayangkan saja berapa banyak lampu di kota ini yang sejenis? Artinya menunggu giliran itu penting untuk dilakonkan. Jangan gerusuh dalam segala hal. Sabar kunci sukses perjuangan. Seperti sabar ini yang ingin menerka siapa dia yang datang ke mari.

Benar saja, saya punya praduga, ternyata saya benar-benar mengenalinya. Ya, seorang sahabat dari dunia sastra datang mengunjungi kediaman saya. Singkat ceritanya, ia membawa kabar, bahwa ada empat media online yang mengangkat berita dengan format pers liris. Dalam berita tersebut ada nama saya. Ya, nama saya, katanya! Terang saja saya menjadi penasaran, kemudian ia menyodorkan gawainya untuk saya buka. Ternyata benar apa yang ia katakan. Nama saya ada di empat media online.

Media tersebut yakusa.id dengan judul berita Kelas Sastra “Melintasi Waktu” Cara LSMI HMI Tasikmalaya Wadahi Semua Kalangan Perdalam Dunia Sastra, unews.id dengan judul berita LSMI HMI TASIKMALAYA GELAR KELAS SASTRA “MELINTASI WAKTU” BERSAMA LINTANG ISMAYA, soearakeadilannews.id dengan judul berita LSMI HMI TASIKMALAYA GELAR KELAS SASTRA, MELINTASI WAKTU BERSAMA LINTANG ISMAYA dan radartasik.id dengan judul berita LSMI HMI Tasikmalaya Hidupkan Sastra Lewat Kelas “Melintasi Waktu”. Tiga media bertanggal 04 Januari 2024 dan satu media bertanggal 05 januari 2024. Simpulannya, semua Bahasa dalam pemberitaan tersebut identik dengan satu orang pewarta dengan hanya sedikit dikoreksi oleh tim editor atawa redaktur masing-masing media online, mungkin.

Ya, namanya juga rilis pers dengan format ajuan ke meja redaksi yang sudah berupa teks (mungkin), jadi sangatlah wajar kalau beritanya bisa sama, baik secara pemberitaan dan dalam gaya bahasa. Secara jujur, hal itu baik dalam pemberitaan bagi lembaga tersebut yang mengajukannya, sebab hal itu benar adanya dalam pemberitaan, tetapi ada satu paraghraf yang mengganjal dalam hati, pikir dan rasa dalam alir napas saya, yang mana saya sebagai salah satu objek pemberitaan. Begini redaksinya:

“Dalam kelas ini, kang Doni M Noor berbagi pengalaman dan ilmu seputar dunia sastra, mulai dari teknik menulis puisi dan prosa hingga eksplorasi tema-tema kreatif. Kita diajak untuk tidak hanya belajar teori, tetapi juga prektek langsung menulis dengan bimbingan sang maestro.” yakusa.id

“Dalam kelas ini, kang Doni M Noor berbagi pengalaman dan ilmu seputar dunia sastra, mulai dari teknik menulis puisi dan prosa hingga eksplorasi tema-tema kreatif.”

“Kita diajak untuk tidak hanya belajar teori, tetapi juga prektek langsung menulis dengan bimbingan sang maestro.” unews.id

“Dalam kelas ini, kang Doni M Noor berbagi pengalaman dan ilmu seputar dunia sastra, mulai dari teknik menulis puisi dan prosa hingga eksplorasi tema-tema kreatif. Kita diajak untuk tidak hanya belajar teori, tetapi juga prektek langsung menulis dengan bimbingan sang maestro.” soearakeadilan.id

“Dalam kelas ini, Doni M Noor berbagi pengalaman dan ilmu tentang dunia sastra, termasuk teknik menulis puisi dan prosa serta eksplorasi tema kreatif. Para peserta tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga mempraktrikan langsung di bawah bimbingan maestro tersebut.” radartasik.id

Ada pun yang mengganggu pikiran saya itu pertama pada diksi maestro. Apakah semudah itu seorang bisa mendapatkan baiat atawa julukan maestro? Memang saya pernah mewakili Indonesia dalam forum sastra yang bertajuk MASTERA (Majelis Sastra Asia Tenggara) dengan kontingen yang hadir, tentu saja se Asia Tenggara. Ya, salah satunya di forum tersebut, saya pernah mewakili Indonesia. Lantas imbasnya bisakah se-serta merta itu sehingga saya bisa atawa menjadi seorang maestro? Tentu tidak demikian adanya. Mengapa? Sebagaimana seorang bisa dikatakan mufasir(in), tentulah harus memiliki atau melewati tahapan pada syarat-syarat yang harus dimiliki atau dikuasainya secara kafah.

Ke dua, yang semestinya menjadi poin pertama, pers liris tersebut dibuat tanpa memberi kabar kepada saya terlebih dahulu. Mereka (Cepi Sultoni dan rekan sejawatnya dari atawa mengatas namakan LSMI HMI Tasikmalaya) awalnya datang ke kediaman saya menjelang senja pada tanggal 02 Januari 2025 pukul 18.29 wib., dengan tujuan utamanya meminta kelas khusus, untuk belajar sastra pada saya, tidak lebih. Tidak ada menyangkut pemberitaan untuk rilis pers.

Kepada dunia sastra, saya mohon maaf atas ketidak nyamanan pemberitaan rilis pers tersebut. Kepada pihak LSMI (Lembaga Seni Mahasiwa Islam) HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Tasikmalaya, saya paham sekali atas pemberitaan ini sebagai soft launcing program unggulannya, saya juga sangat mengapresiasi perhatian media terhadap kegiatan ini. Namun (pertama) yang saya sayangkan, kenapa tidak konfirmasi terlebih dahulu kepada saya sebagai pihak terkait untuk membuat rilis pers?

Ya, di sisi lain memang saya tidak punya hak untuk diberitahu, tapi ketika ada nama saya di dalamnya? Setidaknya saya bisa membaca terlebih dahulu, sebelum diapungkan. Begitu pun dengan redaksi pemberitaan yang hemat saya begitu berlebihan ketika ada diksi maestro, sehingga saya merasa perlu meluruskan penggunaan istilah “maestro”, yang dalam konteks ini kurang tepat untuk saya, salah satunya. Dan yang keduanya itu ketika rilis pers tersebut terbit di empat media online, kenapa saya tahunya dari pihak lain?

Sebelum sunyi mekar di liang kubur, inilah pernyataan saya paling terdalam, sejatinya saya hanyalah seorang manusia biasa. Bagi saya ketika saya menekuni dunia kepenulisan, tulisan-tulisan saya hanyalah tulisan biasa sebagaiman fungsinya pun sekadar mencatatkan kenangan dalam alur perjalanan hidup saya yang saya temukan. Sebagaimana rakib dan atid yang menuliskan biografi lengkap kita semua.

Sekali lagi; kepada semua pihak yang merasa tidak nyaman, termasuk saya pribadi tentunya, saya mohon maaf atas ketidak nyamanan pemberitaan rilis pers tersebut. Sungguh, hal ini mutlak di luar sepengetahuan saya. Terima kasih atas mafhum-nya.

Penulis : Doni M Noor

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *