Kisah tentang Nyi Ageng Serang. Seorang pejuang wanita yang berjuang langsung di garda terdepan medan pertempuran melawan pasukan Belanda bersama pasukan Pangeran Diponegoro.
Nama keraton Nyi Ageng Serang ini adalah Kustinah Wulaningsing Retna Endi. Ada kisah unik ketika Beliau meninggal dan akan dimakamkan. Awalnya pihak keraton berencana memakamkannya di Jimatan-Imogiri.
Namun ketika peti jenazahnya yang disemayamkan di ndalem Nataprajan (Jogjakarta) hendak diangkut ke kereta, sama sekali tidak bisa terangkat. Sudah dicoba puluhan orang untuk mengangkatnya, namun peti itu tidak bergeser sedikit pun.
Tiba-tiba seorang pembantu wanita yang sangat setia teringat yang pernah diucapkan Nyi Ageng Serang ketika masih dalam pertempuran, Beliau ingin di makamkan di Beku. Beku adalah suatu daerah bekas wilayah medan tempur pasukan Dipanegaran.
Nyi Ageng sangat terkesan dengan tempat ini. Pegunungan Beku dulunya bekas guguran batu-batu alam yang disebut batu meteor. Nyi Ageng suka beristirahat di bawah pohon trenggulun di desa Porangan sehabis bertempur. Dan Ia berkeinginan dikubur di bawah pohon tersebut.
Mendengar keterangan pembantu wanita tersebut, segera beberapa orang pergi untuk mengecek tempat yang dimaksud. Dan ditemukanlah sebuah tempat yang tertinggi, datar dan rindang di Beku di mana dari tempat itu dapat melihat pegunungan Merapi, Mendut dan laut Selatan dan jika pandangan diarahkan ke bawah tampak jelas wilayah Magelang, Muntilan, Wates dan Yogyakarta.
Sekembalinya utusan ke ndalem Natapraja dari Beku, mereka berbisik ke arah peti jenazah, sambil mohon maaf bahwa Nyi Ageng tidak jadi dimakamkan di Jimatan, melainkan akan dibawa ke Beku.
Bendera Merah putih, bendera pusaka pertempuran dan selendang pusakanya diletakkan melebar di atas peti. Dan apa yang terjadi, peti itu hanya dengan 4 orang saja bisa terangkat.
Nyi Ageng Serang wafat pada hari Minggu, Kliwon, pada usia 65 tahun (1769-1834). Berdasarkan keputusan presiden no. 063-TK-Tahun 1974 tertanggal: Jakarta 13 Desember 1974 Nyi Ageng Serang dianugrahi gelar: Pahlawan Nasional.
Sumber: Berita Buana, 7-2-1977. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team)