Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi, Menjadi Tantangan Tersendiri

Oleh: Ika Kurniati (Praktisi Pendidikan) Mahasiswa Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Salah satu filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah sistem “among”, guru harus dapat menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya, hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu tujuannya adalah menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid, yaitu pembelajaran yang memerdekakan pemikiran dan potensi murid.

Bacaan Lainnya

Salah satu tujuan kurikulum merdeka adalah mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila, untuk mewujudkan visi tersebut salah satu caranya adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Budaya positif juga harus kita bangun agar dapat mendukung pembelajaran berdiferensiasi.

Dunia pendidikan kita sedang marak dengan kurikulum merdeka, yang dicanangkan oleh pemerintah pusat dan secara bertahap harus diterapkan oleh para praktisi pendidikan di daerah-daerah. Sebagai praktisi pendidikan, saya tertarik mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Apa itu pembelajaran berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama.

Tantangan pembelajaran berdiferensiasi

Pada prakteknya, pembelajaran berdiferensiasi tidaklah semudah membalikkan tangan, implementasinya menjadi tantangan tersendiri. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi tidaklah mudah. Guru harus menyiapkan beberapa materi dan instumen penilaian sekaligus. Misalnya ketika saya menerapkan diferensiasi konten, saya harus menyiapkan materi lebih dari satu. Disinilah tantangan untuk guru karena hai ini akan menguntungkan murid dalam memaksimalkan potensi mereka.

Memahami karakteristik murid

Cara pertama untuk memahami karakteristik murid adalah dengan mengamati cara belajar mereka, misalnya ada murid yang lebih tertarik dengan hal-hal yang bersifat visual, auditori atau kenestetik. Cara yang lain dengan melihat dan mengamati tugas-tugas yang telah mereka kerjakan.

Memancing murid lebih aktif

Melalui pembelajaran berdiferensiasi, sikap toleransi dapat muncul dengan pemberian keleluasaan pada murid untuk lebih mengembangkan diri. Guru tidak membatasi proses, materi atau produk yang di hasilkan murid.

Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.

Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru terlebih dahulu harus melakukan hal-hal berikut:

  1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Pemetaan ini bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau angket.
  2. Membuat rencana pembelajaran(RPP) berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan dengan berbagai pilihan baik materi, strategi dan cara belajar.
  3. Mengevaluasi dan melakukan refleksi atau tindak lanjut dari pembejaran yang sudah berlangsung.

Pembelajaran berdiferensiasi berfokus pada tiga hal, yaitu:

1. Diferensiasi konten.

Jika fokus pada konten/materi, maka murid mempunyai kebebasan untuk menentukan sumber daya alam di sekitarnya untyuk diolah menjadi bahan makanan. Guru akam memberi lembar kerja berisi tabel panduan dan contoh langkahlangkah yang harus dilakukan murid ketika ingin membuat makanan berdasarkan,

2. Diferensiasi proses.

Guru dapat memberi kebebasan murid untuk mengolah sumber daya alam yang telah dipilihnya. Murid dapat menggoreng, mengukus, merebus atau proses lainnya untuk mengubahnya menjadi makanan.

3. Diferensiasi produk.

Diferensiasi produk akan tampat dari produk yang dihasilkan murid, Produk ini beragam jenisnya karena perbedaan bahan dan proses yang digunakan.

Ada lima prinsip dasar yang membantu guru dalam menerapkan pembelajaran berdeferensiasi ini, antara lain:

1. Lingkungan belajar, meliputi lingkungan fisik sekolah dan kelas dimana peserta didik memanfaatkan waktunya untuk belajar. Guru perlu memiliki koneksi dengan peserta didiknya agar nyambung.

Hal hal yang dilakukan guru agar murid merasa nyaman belajar:

  • memberikan respek yang benar terhadap nilai, kemampuan dan tanggung jawab dari murid
  • memberikan optimisme kepada murid bahwa mereka mempunyai kemampuan yang besar untuk mempelajari materi yang diberikan.
  • aktif dan mendukung murid secara nyata agar mereka dapat sukses.

2. Kurikulum yang berkualitas, tentunya memiliki tujuan pembelajaran yang jelas. Guru harus tau apa yang akan dituju di akhir pembelajaran.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru adalah bagaimana kurikulum yang ada dapat menantang semua murid, baik yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, yang sedang, maupun yang di bawah rata-rata.

3. Asesmen berkelanjutan, adalah guru terus menerus melakukan formatif asesmen dalam pembelajaran agar dapat memperbaiki pembelajarannya dan juga mengetahui apakah murid mengerti tentang materi yang sedang dibahas?

4. Pengajaran yang responsif, artinya guru dapat mengetahui apa kekurangan kekurangan dalam pembelajarannya, lalu guru dapat memodifikasi rpp yang sudah dibuat dengan kondisi dan situasi lapangan saat itu, sesuai dengan hasil asesmen akhir yang dilakukan sebelumnya. Karena sesungguhnya pembelajaran lebih penting daripada kurikulum itu sendiri.

5. Kepemimpinan dan rutinitas di kelas. Guru yang baik, adalah guru yang dapat mengatur kelasnya dengan baik. Kepemimpinan, diartikan sebagai kemampuan guru memimpin muridnya dalam pembelajaran. Rutinitas di kelas mengacu pada keterampilan guru dalam mengelola dan mengatur kelasnya dengan baik sehingga pembelajaran berjalan efektif dan efesien. Hal-hal yang dapat guru lakukan adalah:

  • meletakkan materi yang dibutuhkan murid dapat dengan mudah dijangkau.
  • memberikan arahan yang jelas dalam setiap tugas yang harus dikerjakan murid karena tidak semua murid mengerjakan tugas yang sama.
  • menjaga kondisi kelas agar tetap kondusif.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *