Oleh: Khaeriyah (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)
Sudah menjadi hal yang lumrah bahwa sebagai praktisi pendidik, kita diwajibkan untuk mengaktualkan diri dengan hal-hal yang informatif. Apalagi kecakapan menyisipkan infomasi terhadap peserta didik atas isu yang sedang marak atau hangat, akan menjadikan daya tarik pembelajaran menjadi kian mengasyikan. Hal tersebut bisa dilihat dari ruang lingkup pendidikan yang semakin maju akan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, di era reformasi-digitalisasi saat ini siswa lebih aktif dalam bereksplorasi dalam bertukar pikiran.
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang pemikiran siswa dalam mengeksplorasi pengetahuan. Perlu diketahui bahwa di zaman sekarang sangat penting untuk mengetahui pentingnya mempelajari serta menerapkan asesmen diagnostik khususnya bagi pengajar. Bukan hanya itu, akan tetapi asesmen diagnostik mengajarkan kita untuk mengetahui problematika siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pengajar bisa mengatasi masalah tersebut dengan baik dan terarah.
Asesmen Diagnostik merupakan penilaian/asesmen yang dilakukan secara spesifik dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan model belajar siswa sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi siswa yang beragam. Fungsi asesmen diagnostik yaitu untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi dalam belajar. Kegiatan Asesmen Diagnostik ini perlu dilakukan secara berkala pada awal pembelajaran.
Langkah-langkah Penilaian Asesmen Diagnostik Berkala sebagai berikut :
1. Chek list untuk memastikan semua prinsip asesmen terpenuhi
- Untuk siapa asesmen dibuat ?
Materi apa yang akan dinilai dalam asesmen ? - Kapan asesmen akan diberikan kepada siswa/mahasiswa?
- Dimana asesmen akan diberikan kepada siswa/mahasiswa?
- Dimana asesmen akan dilakukan, apakah di rumah atau di sekolah ?
- Bagaimana cara asesmen dilakukan ?
Jika dilakukan di rumah, bagaimana cara soal disampaikan kepada siswa/ mahasiswa? - Apa saja yang harus disiapkan apabila asesmen dilakukan di sekolah
2. Menyusun Instrumen Asesmen
- Topik atau materi apa saja yang perlu dipahami peserta didik sesuai jenjangnya
- Pengetahuan dan keterampilan apa yang perlu dikuasai peserta didik dari jenjang kelas sebelumnya sebagai prasyarat dasar pembelajaran di jenjang kelas saat ini
- Memastikan setiap soal yang dipilih akan memberikan informasi tingkat pemahaman siswa/mahasiswa
- Pertanyaan disusun membentuk lintasan kemampuan yang kontinum
- Menyiapkan media serta metode yang tepat digunakan untuk bahan pembelajaran
3. Rencanakan Tindak Lanjut
Tindak lanjut disesuaikan dengan aspek yang dinilai pada asesmen. Tindak lanjut pembelajaran mencerminkan tindakan yang relevan dengan kondisi setiap siswa/mahasiswa yang akomodatif, dan fleksibel.
4. Lakukan secara berkala
- Guru melakukan asesmen diagnostik kognitif secara berkala pada awal dan setiap akan berganti topik atau materi baru.
- Melakukan asesmen diagnostik untuk menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan kemampuan siswa, bukan untuk mengejar target kurikulum.
- Guru membentuk dan mengajar kelompok sesuai dengan tingkat pembelajaran. Dengan menyesuaikan aktivitas dan materi belajar di kelas dengan peningkatan rata-rata semua siswa/mahasiswa di kelas.
Dampak pandemi selama 2 tahun lebih ini sangat mempengaruhi problematika tumbuh kembang kemampuan siswa dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Pandemi ini membuat siswa malas untuk belajar sehingga waktunya lebih banyak digunakan untuk bermain di rumah dan asik dengan gawainya. Sehingga banyak sekali kejadian-kejadian yang sangat mengerikan akibat gawai tersebut contohnya seperti stress game online dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, dampak penutupan sekolah karena pandemi bagi siswa mengakibatkan perkembangan emosi dan kesehatan psikologis terganggu, rentan putus sekolah, dan dapat berdampak pada pendapatan siswa di kemudian hari. Dengan melihat banyaknya permasalahan disaat penutupan sekolah saat pandemi ini menjadi PR kita sebagai guru untuk membangkitkan semangat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, yaitu dengan cara melakukan tes diagnostik secara berkala.
Contoh sederhana yang telah dilakukan oleh saya sebagai guru BIPA di Lembaga Pusat Bahasa Universitas Muhammadiyah Tangerang. Perbedaan ketika mengajar mahasiswa Thailand secara luring dan mengajar mahasiswa dari Yaman secara daring sangat berbeda. Ketika mengajar mahasiswa yang berasal dari Thailand secara luring pembelajaran di kelas lebih asik. Guru mempersiapkan metode, materi, serta media mengajar pada saat di kelas. Seorang mahasiswa Thailand merasa senang ketika belajar dengan menampilkan media secara nyata sehingga proses pembelajaran lebih cepat dalam menangkap informasi yang diberikan oleh guru. Dengan belajar luring tampak memiliki kesiapan untuk belajar, selain itu mereka bisa tukar pikiran dan berdialog dengan teman sejawatnya. Guru juga bisa menilai secara langsung apakah mahasiswa tersebut sedang sedih, senang, atau barangkali sedang memiliki masalah.
Berbeda dengan mengajar seorang mahasiswa dari Yaman secara daring, mahasiswa tersebut terlihat lebih pasif dan hanya mengandalkan gawainya untuk menterjemahkan ketika diberikan tugas oleh guru. Jawaban mahasiswa tersebut 85% benar, dia menyimak dan bisa menulisnya ketika saya berikan tugas audio percakapan dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi ketika diberikan tugas berbicara bahkan berdialog dengan temannya, seorang mahasiswa dari Yaman ini masih kebingungan ketika ingin berbicara menggunakan Bahasa Indonesia. Sebagai guru, saya merasa kesulitan untuk mengetahui permasalahan apa yang terjadi pada mahasiswa ini, seorang mahasiswa yang berasal Yaman ini cenderung lebih tertutup untuk dan tidak mau menyalakan kameranya dari awal pertemuan sampai akhir perkuliahan.
Maka dari itu, dengan melihat permasalahan ini sangat penting bagi guru SD, SMP, SMA, maupun guru BIPA untuk mempelajari bahkan menerapkan asesmen diagnostik. Sebab, dengan mempelajari asesmen diagnostik ini guru dapat melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar sehingga guru akan lebih mudah memahami keinginan serta permasalahan pada siswa maupun mahasiswa.***