Permainan Sambung Pesan

Penulis: Yayat Rahmat Hidayat, S.Pd (Guru SDN 2 Purbaratu Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya)

Proses pembentukan karakter bukan semudah membalik telapak tangan tetapi melalui proses yang meliputi pemberian informasi, penanaman kepribadian, dan pembiasaan (Munif Chatif:2008). Dalam kaitan ini pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan perlu menampilkan contoh-contoh kepribadian yang baik pada akhirnya peserta didik akan meniru, dan menjadi suatu keyakinan dalam pola hidup, kemudian menjadi suatu kebiasaan dalam sikap dan tingkah laku.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan konsep tersebut perlu adanya pola pikir baru yang diterapkan dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara lain : misi pembentukan karakter peserta didik harus dijadikan dasar dan semangat dari setiap kebijakan, peraturan, program, maupun perilaku keseharian institusi sekolah, guru harus menjadi contoh teladan bagi pengembangan moralitas-spiritualitas di lingkungan sekolah, mata pelajaran harus didesain sedemikian rupa sehingga bermuatan pencerdasan spiritual, emosional, dan intelektual sekaligus, sekolah harus menjadi tempat pergaulan sosial yang nyata untuk membiasakan atau membudayakan nilai-nilai spiritual, emosional dan intelektual. Sikap dan perilaku serta hubungan antara guru, murid, dan karyawan mencerminkan spiritualitas-emosionalitas-intelektualitas semua warga sekolah.

Karena mengemban misi besar sebagai garda terdepan dalam pembentukan karakter, maka guru harus memilih metode, pendekatan atau strategi pembelajaran yang dapat membentuk karakteristik peserta didik, pembelajaran selain menegdepankan sisi pengetahuan tetapi hendaknya didapat melalui upaya-upaya peseta didik yang dilandasi oleh kerja keras, jujur bekerja sama dll.

Pembelajaran yang mengedepankan penguatan karakter dirancang sedemikian rupa sehingga tampil menyenangkan, partisipasi dan kreatif, sehingga pembelajaran selain dapat memperoleh hasil yang baik sekaligus dapat membentuk karakter siswa lebih baik.

Kenyataan yang terjadi, di sebagian sekolah dasar, rata-rata guru kesulitan menerapkan metode, pendekaan strategi pembelajaran pada pembelajaran PKn. Materi PKn memang lebih banyak bersifat kognitif, hapalan-hapalan mengenai peristiwa, tokoh waktu dll, disamping penekanan afektif mengenai sikap-sikap kebangsaan, cinta tanah air maupun keteladanan yang ditampilkan oleh tokoh-tokoh nasional.

Khusus di SDN 2 Purbaratu, guru mengalami kesulitan untuk mengajarkan PKn melalui pembelajaran-pembelajaran menyenangkan dan partisipasi , guru terpaksa harus memilih metode lama, ceramah atau tanya ajwab karena materi pelajaran yang dirasakan “menoton”.

Hal ini disebabkan antara lain, minimnya kreatifitas dan inovasi dari dari guru dalam pembelajaran. Fakta lain yang sangat menonjol adalah kurangya fasilitas pembelajaran PKn seperti media dan alat peraga yang menarik, sehingga tidak dapat optimal dalam mendukung pembelajaran.

Hal lain yang membuat siswa menemui kesulitan dalam pembelajaran materi tentang Peraturan perundang-undangan adalah, banyaknya materi yang memerlukan ketekunan dalam membaca dan mengingat, sedangkan motivasi siswa untuk membaca materi sangat kurang, sehingga materi tersebut menjadi kurang terserap oleh siswa.

Dari hasil diskusi dengan rekan guru, dan memahami karakter siswa yang senang dengan berbagai permainan, guru berupaya mengembangkan ide kreatif untuk menciptakan sebuah metode belajar yang menyenangkan dan melibatkan secara aktif siswa, salah satu metode yang dapat melibatkan partisipasi siswa dan juga menyenangkan bagi siswa adalah metode permainan. Metode permainan seringkali digunakan dalam pembelajaran, karena permainan merupakan dunia yang sangat dekat dengan anak, tetapi permainan juga mengandung beberapa manfaat dalam tumbuh kembang anak, seperti halnya yang dijelaskan Joan Freeman dan Utami munandar (dalam Andang Ismail, 2009: 27) mendefinisikan prmainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.

Kreatifitas model belajar yang diupayakan guru adalah metode permainan sambung pesan, sebenarnya permainan ini tidaklah asing bagi anak-anak, dan juga mudah dilakukan, dan cukup menantang. Permainan ini sederhana, permainan ini dalam setiap langkahnya, memfasiltasi kegiatan membaca berulang, kegiatan membaca tresebut dibungkus sedemikian rupa sehingga tidak membosankan bagi anak, lebih jelas langkah-langkah permainan sambung pesan diuaraikan sebagai berikut :

  1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, satu kelompok maksimal beranggotakan 6 orang;
  2. Permainan ini memerlukan tempat yang cukup luas, sebaiknya dilakanakan di luar kelas, sekaligus menghilangkan kejenuhan siswa belajar di dalam kelas;
  3. Setiap kelompok mendapat sebuah kartu yang bertuliskan materi pelajaran sebanyak 5 nomor;
  4. Seluruh siswa dalam kelompok diminta untuk mengahafal dengan cara membaca berulang-ulang dari materi yang ada pada kartu;
  5. Guru menentukan waktu untuk menghafal kartu, misalnya 5 menit;
  6. Setiap kelompok mengumpulkan kartu tersebut pada guru;
  7. Permianan dimulai dengan setiap kelompok berbaris memanjang dengan jarak yang sudah diatur, kira-kira satu setengah meter setiap siswa. Untuk berkumpul di depan guru, untuk menerima pesan yang akan disampaikan kepada teman lainya;
  8. Siswa yang berkumpul diperlihatkan kartu yang tadi diberikan kepada setiap kelompok, dan guru menentukan kalimat mana yang akan dibisikan kepada teman dalam kelompoknya., untuk membaca siswa diberi waktu 10 detik;
  9. Setelah siap ssiwa dipersilakan untuk membisikan kalimat pada kartu itu pada teman d depanya dan terus disambung ke teman lainya;
  10. Siswa yang berada di barisan paling belakang diminta untuk mendekati guru dan meneriakan pesan yang diterimanya, kelompok yang benar menyebutkan sesuai pesan pertama mendapat skor 2 dan yang salah medapat skor 0;
  11. Permainan dilanjutkan dengan nomor yang berbeda dari kartu yang sama.

Permainan sambung pesan, selain menyenangkan dan menantang bagi anak, juga dapat membangun semangat kebersamaan, sprotifitas, kejujuran dan rasa percaya diri. Permainan ini merupakan permainan berkelompok, di mana kerja sama dan strategi sangat menentukan, selain itu rasa percaya diri setiap individu dibutuhkan ketika menjadi orang pertama yang menerima pesan dan orang terakhir menyebutkan pesan memiliki andil dalam menentukan pemenang permainan. Selain itu jiwa sportivitas dan kejujuran terlihat dari kepatuhan dan kedisiplinan siswa menaati aturan saat harus menyambungkan pesan kepada temannya.

Daftar Pustaka :

Turmudhi, Audith. M. 2003. “Membalik Paradigma Pendidikan” Kedaulatan Rakyat, 10 Juni 2003.

Andang Ismail. 2009. Education Games Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif. Yogyakarta : Pilar Media

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *