Penulis: Ani Mulyani, S.Pd (Guru SDN Cicariu Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya)
Dalam proses pembelajaran ada dua unsur yang dapat mempengaruhi keberhasilannya yaitu unsur internal dan eksternal. Unsur internal yaitu dari pembelajaran itu sendiri sedangkan unsur eksternal meliputi hal-hal di luar pembelajaran yang dapat mempengaruhi sebuah proses pembelajaran diri sendiri.
Guru merupakan salah satu pemeran penting keberhasilan pembelajaran, selalu berupaya menampilkan pembelajaran yang efektif, mereka menyusun rencana pembelajaran secara terukur, melaksanakan pembelajaran dengan variasi model dan media, melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan pembelajaran serta melakukan refleksi untuk memotivasi diri agar selalu menampilkan performa terbaik di kelas.
Selain guru sebagai faktor internal keberhasilan pembelajaran, faktor lainnya adalah faktor siswa. Beberapa faktor siswa yang menentukan keberhasilan belajar diantaranya kondisi psikologis, minat untuk belajar, kecerdasan dan motivasi. Kondisi siswa seperti disebutkan tentu beragam dalam satu kelas. Setiap siswa memiliki karakter yang berbeda dan memerlukan perhatian yang berbeda pula. Begitu pun masalah belajar, tidak jarang faktor-faktor tersebut justru menjadi penyebab siswa kurang berhasil dalam belajar.
Permasalahan belajar siswa kerap muncul tidak terduga oleh guru. Salah satu faktor yang cukup sering terjadi adalah motivasi belajar, motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan situasi belajar siswa, beberapa permasalahan motivasi belajar yang pernah penulis alami adalah kurang harmonisnya hubungan sesama teman, kadar ketidak harmonisan tersebut bermacam-macam, tetapi apabila sudah cukup berat, dapat menyebabkan anak “mogok” pergi ke sekolah.
Upaya yang lazim dilakukan oleh guru ketika menyelesaikan permasalahan mogok sekolah adalah melakukan komunikasi dengan orang tua siswa, lebih jauh melakukan home visit, hal ini juga yang dilakukan penulis ketika menghadapi masalah siswa mogok sekolah.
Penulis beberapa kali melakukan home visit untuk membujuk anak tersebut kembali ke sekolah. Home visit pun dimanfaatkan untuk menggali alasan anak mogok sekolah. Selain itu penulis sebagai guru pun melakukan investigasi menggali infomrasi dari siswa lainnya mengenai alsan anak tersebut mogok sekolah. Informasi tersebut, dijadikan sebuah bahan bagi guru untuk meramu obat berupa tindakan yang tepat mengatasi permasalahan anak tersebut mogok sekolah.
Dalam melakukan home visit, penulis melakukan beberapa ”suplemen” yang diharapkan menarik anak tersebut kembali masuk sekolah. Hasil investigasi sebelumnya, bahwa anak tersebut minder atau kurang percaya diri dalam bergaul di sekolah, salah satu sebabnya karena anak tersebut sering kesiangan, anak tersebut memang tinggal cukup jauh dari sekolah, dia harus naik angkutan umum untuk sampaibke sekolah, jadwal angkot yang tidak teratur menyebabkan anak tersebut terlambat datang. Beberapa gurauan teman atau teguran guru ditanggapi berlebihan oleh anak tersebut sehingga membuat dia sering risih, takut dan malu dalam bergaul dengan temannya.
Suplemen yang dimaksud oleh penulis adalah variasi media yang digunakan dalam home visit, akar masalah anak tersebut adalah krisis percaya diri dalam bergaul dengan teman, menurut penulis rasa minder tersebut perlu dihilangkan dengan komunikasi yang lebih baik dengan teman. Komunikasi yang dijalin berupaya menampilkan wajah teman dan guru adalah “keluarga” yang selalu menunggu di sekolah.
Media yang guru gunakan untuk itu adalah dengan merekam video berisi ajakan dan rasa rindu teman-temannya kepada anak tersebut, selain itu beberapa teman menitip surat khusus kepada anak tersebut, guru juga meminta kepala sekolah, guru PAI dan PJOK untuk menyampaikan rasa rindu mereka akan kehadiran anak tersebut kembali ke sekolah, intinya, rasa minder anak tersebut, berusaha dihapus oleh ajakan, bujukan dan kerinduan seluruh warga sekolah melalui media video dan surat. Suplemen berupa Video diputar melalui HP oleh guru saat melakukan home visit, begitu pun surat, dibacakan oleh guru.
Upaya guru cukup berhasil. Melalui perencanaan matang, video yang diputar dan surat yang dibacakan sedikit demi sedikit menggugah rasa percaya diri anak. Setelah melakukan beberapa kali kunjungan, anak tersebut terlihat mulai termotivasi kembali ke sekolah. Untuk kebiasaan kesiangan yang menjadi akar masalah tidak terulang lagi, secara hati-hati guru berbicara dengan anak dan orang tuanya. Kebiasaan kesiangan harus dihilangkan, dengan cara mempersiapkan diri lebih awal, hal-hal yang menyebabkan kesiangan misalnya tidur terlalu larut, sehingga bangun kesiangan harus dihentikan.
Guru pun memberi pemahaman kepada siswa dan orang tua, bahwa sikap disiplin anak dan perhatian orang tua sangat dibutuhkan mengatasi permasalahan tersebut.
Respon positif dari anak tersebut terus dimanfaatkan oleh guru untuk memberi arahan mengenai perlunya disiplin, menghilangkan rasa minder dalam bergaul, meumbuhkan rasa percaya diri dan karakter penting lainnya dalam belajar.
Upaya guru menggunakan suplemen home visit cukup berhasil, media video pada HP dan surat dari teman menjadi media efektif dalam melakukan komunikasi itensif yang bersahabat. Pengalaman penulis ini pun menguatkan penulis, untuk selalu berinovasi dalam mengatasi permasalahan belajar demi keberhasilan tujuan pembelajaran.***