Materi : Kalor dan Perpindahannya
Oleh : Eti Rohayati, S.Pd.SD (Guru Kelas V SD Negeri 1 Mekarsari Kab. Lebak – Banten)
Pembelajaran merupakan inti dari perkembangan manusia. Dengan setiap pengalaman belajar, akan membuka pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar kita dan diri kita sendiri. Dalam ranah pendidikan formal, pembelajaran tidak hanya tentang pengajaran materi, tetapi juga tentang mengembangkan keterampilan, memperluas wawasan, dan membentuk karakter. Pembelajaran bukanlah proses pasif, tetapi melibatkan upaya aktif untuk memahami, menerapkan, dan memanfaatkan informasi yang diterima. Pembelajaran adalah proses yang berkelanjutan, di mana setiap langkah membawa kita lebih dekat ke arah pemahaman yang lebih besar. Dalam era globalisasi dan kencangnya digitalisasi saat ini, akses terhadap sumber daya pembelajaran tidak terbatas telah memungkinkan pembelajaran menjadi lebih dinamis.
Pembelajaran modern bukan hanya tentang penyerapan fakta-fakta, tetapi juga tentang pengembangan keterampilan kritis seperti pemecahan masalah, berpikir kreatif, dan kolaborasi. Ini menciptakan generasi yang tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga mampu menghadapi tantangan yang kompleks dan beradaptasi dengan perubahan yang cepat. Salah satu aspek penting dari pembelajaran adalah penerapan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks pembelajar. Dalam ranah perjalanan kurikulum, diperkenalkannya pendekatan ilmiah telah menggeser paradigma pembelajaran dari sekadar menghafal menjadi memahami konsep secara mendalam. Ini memungkinkan peserta didik untuk menjadi pembuat pengetahuan, bukan hanya penerima informasi.
Selain itu dalam konteks kurikulum merdeka guru dituntut untuk terus melakukan inovasi dalam pembelajaran. Penerapan model ataupun metode pembelajaran terus dikembangkan dalam hal mendidik anak di sekolah. Namun, beberapa hal yang sering terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran, seringkali menemukan anak yang tidak terpusat perhatiannya dalam pembelajaran. Selain itu, penulis menyadari bahwa penggunaan metode atau model pembelajaran pada pemberian materi yang diberikan guru masih menggunakan metode konvensional. Sehingga, hasil belajar peserta didik masih banyak dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Maka dari itu, pada kesempatan kali ini penulis akan berbagi pengalaman dalam melakukan eksperimen pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Collaborative Learning dalam materi perubahan kalor dan perpindahannya di kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kab. Lebak – Banten.
Menurut Barkley, dkk (1998), mengemukakan bahwa konsep dasar dari Collaborative Learning adalah menyediakan panduan, referensi, atau sumber daya yang diperlukan untuk pembelajaran. Tujuannya adalah agar pembelajaran dapat dengan cepat terintegrasi dalam lingkungan pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang jelas tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih dari itu, hal ini memastikan bahwa peserta didik memiliki akses ke kunci-kunci utama dari materi pembelajaran. Konsep ini tidak harus terlalu terperinci, yang terpenting adalah menyajikannya secara garis besar sehingga peserta didik dapat mengembangkan pemahaman mereka sendiri secara mandiri dan mendalam.
Maka, menurut pemahaman penulis secara pendalaman teori di atas yakni, Collaborative Learning merupakan pendekatan pembelajaran di mana peserta didik dapat bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Kegiatan tersebut melibatkan pertukaran ide, diskusi, dan kerja sama antara peserta didik untuk memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Dengan kolaborasi, peserta didik dapat saling mendukung, belajar satu sama lain, dan memperluas pemahaman mereka melalui interaksi sosial yang aktif. Hal demikian sejalan dengan pendapat Darmodjo (2002), bahwa Model Collaborative Learning adalah bentuk pembelajaran di mana peserta didik belajar dengan cara berkolaborasi dengan teman sejawatnya. Ini melibatkan pembelajaran dalam kelompok, pertukaran pengetahuan antar peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terhadap pemahaman mereka. Dalam model ini, peserta didik dapat memperbaiki dan melengkapi konsep pengetahuan yang belum mereka pahami dengan baik, sehingga memperkaya pengalaman belajar mereka secara keseluruhan.
Proses Pembelajaran Melalui Metode Collaborative Learning
Dalam proses pembelajaran, seperti biasa guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk dijadikan acuan selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung. Seperti yang telah penulis lakukan secara garis besar diantaranya:
1. Tujuan Pembelajaran
a. Memahami konsep perubahan kalor dan perpindahannya.
b. Menerapkan konsep tersebut dalam konteks situasi nyata.
c. Meningkatkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
2. Langkah-langkah Kegiatan:
a. Pendahuluan
– Guru memperkenalkan topik perubahan kalor dan perpindahannya dengan menggunakan contoh sederhana yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti membakar kayu atau mencairkan es.
– Guru menjelaskan bahwa suhu adalah ukuran dari panas atau dingin suatu benda.
b. Diskusi Kelompok
– Peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.
– Setiap kelompok diberikan beberapa pertanyaan tentang situasi yang melibatkan perubahan suhu, seperti menghangatkan makanan atau mendinginkan minuman.
– Peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.
c. Eksperimen Sederhana
– Setiap kelompok diberikan beberapa bahan untuk melakukan eksperimen sederhana yang berkaitan dengan perubahan suhu, misalnya mencoba melelehkan es dengan cara yang berbeda.
– Peserta didik bekerja sama dalam kelompok untuk melakukan eksperimen dan mencatat hasilnya.
d. Presentasi dan Diskusi
– Setiap kelompok mempresentasikan hasil eksperimen mereka kepada seluruh kelas.
– Setelah setiap kelompok presentasi, kelas berdiskusi tentang apa dan bagaimana yang mereka pelajari dari hasil eksperimen tersebut terkait dengan konsep perubahan kalor dan perpindahannya.
e. Penutup
– Guru merangkum pembelajaran yang telah dilakukan.
– Peserta didik diminta untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana mereka dapat menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Dengan kegiatan ini, peserta didik tidak hanya akan memahami konsep dasar perubahan kalor dan perpindahannya, tetapi juga mengembangkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi melalui eksperimen sederhana dan diskusi kelompok sehingga harapannya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia pendidikan, guru memiliki peran yang sangat penting dalam mengajarkan konsep kalor dan perpindahannya kepada peserta didik. Dengan metode pengajaran yang kreatif dan memadukan teori dengan aplikasi praktis di kehidupan sehari-hari, diharapkan peserta didik dapat lebih mudah memahami konsep tersebut. Melalui metode Collaborative Learning juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, serta meningkatkan minat dan motivasi belajar dalam bidang sains dan teknologi sehingga dapat berpengaruh dalam hasil belajarnya.
Maka dapat kita simpulkan bahawa, selama pengalaman penulis dalam proses pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran dalam penerapan metode Collaborative Learning dinyatakan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dilihat dari hasil pre test peserta didik cenderung mengalami peningkatan yang signifikan. Selain itu, metode ini juga dapat mendorong keterlibatan aktif peserta didik dalam bekerja sama kelompok, secara aktif terlibat dalam pembelajaran, mengajukan pertanyaan, berbagi ide, dan mencari solusi bersama-sama. Melalui kerja sama dalam kelompok, peserta didik belajar untuk mendengarkan, berkomunikasi dengan orang lain, yang merupakan keterampilan penting dalam kehidupan sehari-hari dalam pengembangan keterampilan sosialnya.
Memfasilitasi pemahaman yang lebih mendalam dari hasil diskusi dan kolaborasi dalam kelompok memungkinkan peserta didik untuk melihat konsep dari berbagai sudut pandang, memperdalam pemahaman mereka, dan mengaitkan konsep-konsep dengan situasi nyata. Collaborative learning juga menempatkan peserta didik sebagai pembuat pengetahuan, memungkinkan untuk mengembangkan pemahaman mereka melalui interaksi dengan teman sebayanya. Dengan memberikan kesempatan bagi setiap peserta didik untuk berpartisipasi dalam kelompok, Collaborative Learning menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif di mana setiap peserta didik akan merasa dihargai dan didukung.
Maka demikian, pembelajaran melalui Colaborative Learning ini cocok digunakan di kelas tinggi. Terutama yang telah diimplementasikan oleh penulis, Collaborative Learning telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar, interaksi antar peserta didik, memperdalam pemahaman konsep, dan mengembangkan keterampilan sosial mereka. Dengan adanya kolaborasi dalam pembelajaran, peserta didik tidak hanya belajar dari guru tetapi juga belajar satu sama lain. Hal ini sesuai dengan perkembangan kognitif dan sosial peserta didik di kelas tinggi, di mana mereka semakin mampu untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan mengambil tanggung jawab dalam pembelajaran mereka. Dengan demikian, Collaborative Learning menjadi salah satu metode yang efektif untuk mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan akademik dan kehidupan di masa depan.
Daftar Pustaka :
– Barkley, E. Elizabert, K. Patricia Crooss, Claire Howell M. 2016. Collaborative Learning Techniques. Terjemahan Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.
– Darmodjo, H., & Jenny., R. E. (2002). Pendidikan IPA II. Jakarta : Depdikbud, Dirjend Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.