Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar

Penulis: N Ooh, S. Pd. (Guru SDN 2 Purbaratu
Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya)

Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, ini perlu adanya hubungan yang dinamis di lingkungan kelas antar berbagai unsur. Unsur-unsur tersebut meliputi : tujuan pembelajaran, bahan ajar, suasana belajar, cara/ metode dan media pembelajaran. Unsur-unsur tersebut memungkinkan tercipatanya partisipasi belajar siswa.

Bacaan Lainnya

Dalam pembelajaran, partisipasi belajar menurut Suryosubroto (2002:71) ditunjukkan dengan berbagai situasi, yaitu :

  1. Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan;
  2. Mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan;
  3. Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya;
  4. Belajar dalam kelompok; Mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu; Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penelitian.

Pada pelaksanaan pembelajaran, banyak kendala yang menjadi sebab kurangnya partisipasi belajar siswa, dan biasanya hal tersebut berkaitan dengan metode atau teknik belajar yang dilakukan oleh guru, guru cenderung lebih mengandalkan penjelasan langsung secara verbal kepada siswa ketimbang memberi kesempatan siswa untuk berbuat sesuatu sebagai bentuk partisipasi belajar. Kurangnya partisipasi jelas berdampak pada hasil belajar. Oleh karena itu guru harus berupaya meningkatkan partisipasi, salah satunya melalui penggunaan metode yang tepat.

Salah satu metode yang tepat untuk meningkatkan partisipasi adalah menggunakan metode “Mind Maping”. Mind mapping sangat cocok digunakan pada pembelajaran yang cenderung menguraikan materi-materi atau hafalan-hafalan, contohnya pada pembelajaran IPS, Pembelajaran IPS lebih banyak diisi oleh materi hafalan terhadap kejadian, foneoma, tanggal, tokoh dan sebagainya.

Pengalaman penulis metode mind mapping cocok dengan karakter pelajaran IPS, Pendapat tersebut diperkuat oleh Tony Buzan (2006: 5) yang menyatakan bahwa dengan mind map, daftar informasi yang panjang dapat dialihkan menjadi diagram berwarna-warni, teratur dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan sesuatu.

Dengan metode mind mapping, siswa akan mempelajari materi secara sistematis. Mulai dari hal-hal yang bersifat umum hingga hal-hal yang sifatnya khusus. Mind mapping juga dapat menarik krativitas siswa, selain itu mind mapping menyuguhkan artistik dalam pembuatannya, sehingga selain melakukan analisis pembelajaran siswa dapat berkreasi membuat mind mapping seindah mungkin, seperti yang diuaraikan Muhammad Musrofi (2008: 193) yang menyatakan bahwa buatlah mind map lebih indah, artistik, berwarna-warni, imajinatif, dan memiliki berbagai bentuk sehingga mata dan otak menjadi tertarik dan akan memudahkan untuk mengingatnya.

Muculnya “kegiatan” lain selain hanya mendengarkan penjelasan guru pada metode mind mapping terbukti dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa. Siswa lebih termotivasi berkreasi membuat mind mapping, tetapi guru tetap memberi arahan kepada siswa mengenai konten mind map itu sendiri, selain keindahan analisis materi yang ditampilkan pada mind map harus tepat dan sesuai dengan konteks, selain itu siswa diharuskan melakukan presentasi untuk menjelaskan maind map yang mereka buat. Kesempatan berekspresi membuat mind map dan keberhasilan guru mengarahkan isi mind map memberikan dampak positif terhadap partisipasi belajar yang berujung pada keberhasilan belajar siswa.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *