Oleh : Hely Oliyah, S.Pd (Guru Kelas 1 SDN 3 Cibunigeulis)
Membaca dan menulis permulaan merupakan tahapan awal dalam proses belajar membaca dan menulis. Tahapan ini biasanya dilakukan oleh anak-anak pada usia pra-sekolah atau awal sekolah dasar, meskipun ada juga orang dewasa yang memulai proses belajar membaca dan menulis. Pada tahapan ini, anak belajar mengenal huruf dan suara masing-masing huruf, membaca kata-kata sederhana, dan menulis dengan mengikuti pola penulisan huruf dan kata. Tujuan utama dari tahapan ini adalah untuk membantu individu membangun dasar kemampuan membaca dan menulis yang baik sehingga mereka dapat memperluas pemahaman dan pengetahuan mereka di masa depan.
Selain itu, pada tahapan ini juga diajarkan keterampilan membaca dengan memahami arti dari kata-kata dan kalimat sederhana, serta keterampilan menulis dengan cara menggambarkan kata-kata dan ide-ide mereka dalam tulisan. Dengan demikian, tahapan ini merupakan fondasi penting dalam membangun keterampilan membaca dan menulis yang lebih kompleks di masa depan.
Adapun menurut Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca guna memperoleh pesan atau informasi yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa lisan. Dengan demikian membaca memiliki peran yang sangat penting bagi setiap manusia sehingga membaca perlu dijadikan budaya yang baik. Belajar membaca yang menyenangkan dibutuhkan karena pembelajaran membaca di sekolah dasar semestinya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa akan pengetahuan dan memenuhi rasa keingintahuan mereka. Salah satu cara yang dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa ini adalah dengan kegiatan membaca. Kegiatan membaca yang dilakukan oleh siswa merupakan bagian dari kegiatan pencarian siswa untuk menjawab berbagai pertanyaan yang muncul di dalam pikirannya.
Demikian pula pada keterampilan menulis. Menulis merupakan suatu keterampilan yang menyertai kemampuan membaca. Ketika seorang siswa lancar menulis juga secara otomatis menunjukkan kemampuannya dalam mengeja huruf meskipun pada awal mula siswa mungkin saja sudah dapat menulis akan tetapi belum mengerti makna simbol yang dituliskan.
Meskipun membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar akademis yang penting, ternyata ada sebagian siswa yang belum menguasainya terutama di kelas 1 SDN 3 Cibunigeulis. Berdasarkan temuan penulis, sebagian siswa kelas satu belum mampu membaca dan menulis dengan lancar. Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan, sering dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan bunyi huruf, suku kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan siswa memahami isi bacaan.
Mengajar anak untuk dapat membaca dan menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan. Apalagi untuk mengajar membaca dan menulis pada anak-anak usia kelas rendah yang masih berada dalam usia bermain atau masa peralihan dan belum memungkinkan untuk menghadapkan mereka pada situasi pembelajaran yang serius.
Maka dihadapkan dengan temuan-temuan tersebut, penulis mencoba mengungkapkan pengalamannya untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis secara metode dalam upaya meningkatkan membaca dan menulis permulaan di kelas satu.
Metode Membaca Permulaan
Pembelajaran membaca permulaan di kelas I SDN 3 Cibunigeulis menggunakan beberapa metode, diantaranya 1) metode bunyi, 2) metode abjad, 3) metode suku kata, dan 4) metode kata lembaga.
1. Metode bunyi digunakan oleh guru untuk mengenal huruf a sampai dengan z serta cara pengucapannya. Dalam pelaksanaannya, metode bunyi melalui proses latihan terus menerus. Contoh metode bunyi: misalnya kata “baju” huruf /b/ dilafalkan (eb) huruf /j/ dilafalkan (ej). Dengan demikian, kata baju dieja menjadi: /eb-a/(ba)/ej-u/ (ju) dibaca (ba-ju).
2. Pembelajaran membaca permulaan dengan metode abjad dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Pada huruf-huruf tertentu yang ada kemiripan bentuk, guru membedakan huruf-huruf /b-d/, /p-q/, /n-u/, dan /mw-v/ dengan cara memberi warna yang berbeda pada kartu abjad atau ditulis di papan bor, kemudian dilatih secara berulang-ulang sampai mengerti.
3. Metode suku kata, diawali dengan langkah guru mengenalkan suku kata seperti ba, bi bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, da, di, du, de, do, dan seterusnya. Kemudian suku-suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kata-kata yang bermakna, misalnya: /ba – ca/, /cu – ci/, /da – du/. Lalu, dari suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kalimat sederhana yang dimaksud dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana, misal : da-di ba-ca bu-ku / dadi baca buku.
4. Metode kata lembaga merupakan metode peralihan antara metode bunyi dengan metode global. Guru memulai materi ajar dari kata yang dekat dengan anak, dipahami, dan sering didengar. Karena dalam konsep seperti ini, maka materi ajar itu dalam bentuk gambar dan nama gambar di bawahnya.
Misalnya gambar seorang anak laki-laki bernama Dadi atau gambar bola dan gambar-gambar yang lain. Di bawah gambar anak tersebut tersebut ditulis nama Dadi. Di bawah gambar bola ditulis kata bola. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) kata yang telah dipilih diuraikan menjadi suku kata; 2) suku kata diuraikan menjadi huruf-huruf; 3) huruf-huruf itu kemudian dirangkaikan menjadi suku kata kembali; 4) suku kata itu dirangkaikan menjadi kata; dan 5) kata dirangkaikan menjadi kalimat.
Metode Menulis Permulaan
Metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis permulaan di kelas I SD adalah 1) metode struktural analitik sintetik (SAS), 2) metode kupas rangkai suku kata (KRSK), dan 3) metode abjad.
1. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pembelajarannya dimulai dengan menampilkan struktur kalimat secara utuh dahulu. Hal inilah yang menjadi landasan utama metode ini, kalimat utuh itu kemudian dianalisis menjadi kata. Kata dianalisis menjadi suku kata. Selanjutnya suku kata dianalisis menjadi huruf atau bunyi. Bunyi disintesiskan menjadi suku kata. Suku kata disintesiskan menjadi kata. Kata disintesiskan menjadi kalimat kembali bentuk semula. Berkaitan dengan pendekatan struktural, Slamet (2014) mengatakan pendekatan struktural yakni pendekatan yang berasumsi bahasa seperangkat kaidah.
2. Metode Kupas Rangkai Suku Kata (KRSK) adalah metode yang mendasarkan kepada pendekatan harfiah. Guru mengajarkan menulis dimulai dari mengenalkan huruf-huruf yang dirankaikan menjadi suku kata kemudian menjadi kata. Langkah-langkah dimulai dari guru mengenalkan huruf lepas, kemudian merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata. Lalu, merangkaikan suku kata menjadi kata, (Slamet, 2014).
3. Metode abjad disebut juga metode sintetis karena mempelajari aksara dengan cara merangkai huruf-huruf yang dilafalkan dalam abjad. Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis permulaan dengan metode abjad sebagai berikut:1) guru mengenalkan bentuk huruf dari a sampai z satu persatu; 2) guru secara berulang-ulang menuliskan abjad secara berurutan sampai siswa mengenal abjad demi abjad; dan 3) setelah siswa mengenal semua abjad tersebut, kemudian guru merangkaikannya menjadi suku kata.
Setelah beberapa tahapan dilakukan dalam pengunaan metode menulis dan membaca permulaan, dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran di sekolah dasar kelas rendah bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitung (calistung) yang merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat dagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Membaca dan menulis merupakan bagian penting dalam melaksanakan proses pembelajaran, oleh sebab itu anak harus memahami materi pembelajaran dalam buku-buku bacaan, secara tidak langsung anak juga harus bisa membaca dan menulis supaya mengerti dengan pembelajaran yang guru sampaikan.
Metode-metode yang penulis gunakan dalam peningkatan membaca dan menulis merupakan salah satu bentuk perhatian kepada siswa terutama kelas I SDN 3 Cibunigeulis yang merupakan tindak lanjut dari program pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan. Maka dari itu, melalui metode tersebut merupakan cara efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan untuk siswa kelas rendah.
Daftar Pustaka :
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Slamet, St. Y. 2014. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah dan Kelas Tinggi. Surakarta: UNS Press.