Penulis : Imas Siti Saharah, S.Pd (Guru SDN 2 Cikalang Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya)
Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan. Adapun yang termasuk dalam sikap sosial di sekolah dasar berdasarkan kurikulum 2013 yaitu:
- Jujur
- Disiplin,
- Bertanggungjawab,
- Toleransi,
- Gotong royong,
- Santun atau sopan, dan
- Percaya diri.
Upaya menerapkan sikap sosial biasanya diterapkan dalam pembelajaran, dalam penyusunan RPP, guru bisanya sudah merencanakan langkah-langkah pembelajaran yang di dalamnya terintegrasi dengan sikap-sikap tersebut, guru melakukan itegrasi pada kegaitan kerja kelompok, dan kegiatan pembelajaran lainnya.
Sikap sosial pada saat pembelajaran lebih mudah dikontrol oleh guru, karena pada saat pembelajaran guru ada di dalamnya, tetapi sikap-sikap tersebut juga harus menjadi kepribadian siswa, tidak hanya saat berada di dalam kelas tetapi di luar kelas dan di lingkungan di mana pun mereka berada. Predikat sebagai “seorang pelajar yang terpelajarar” harus kembali digaungkan dan menjadi ciri dalam kehidupan sehari-hari.
Harus diakui memang sikap sosial siswa saat ini terintegrasi cukup dalam, hal tesebut disebabkan oleh lingkungan yang kurang mendukung dan adanya serbuan pengaruh negatif dari internet, anak-anak saat ini cenderung kurang sopan dalam berbicara maupun bersikap, kurang memiliki rasa empati, tidak disiplin, enggan bergotong royong dan sebagainya.
Penulis sebagai guru, cukup memberikan perhatian pada situasi tersebut, penulis menyadari bahwa integrasi sikap sosial pada pembelajaran tampaknya kurang berhasil “membekas” pada diri siswa, ketika berada di luar kelas, masih terlihat sikap-sikap kurang baik dilakukan siswa, begitu juga dalam pergaulan di rumah atau lingkungan, masih terdapat keluhan-keluhan atau laporan tentang perilaku siswa yang tidak baik meskipun tidak setiap hari. Untuk mengatasi permasalahan tersebut guru berupaya melakukan sebuah cara yang diharapkan dapat meningkatkan sikap sosial siswa.
Cara yang digunakan guru adalah dengan menyisipkan pembiasan mengajak siswa menonton film-film inspiratif tentang kehidupan , film-film tersebut menampilkan kejadian-kejadian sehari-hari yang menggugah sisi-sisi kemanusiaan, persahabatan, perjuangan orang tua demi anak-anaknya, atau perjuangan anak-anak tidak mampu dalam mencapai cita-citanya.
Film pendek inspiratif dipilih, karena siswa sangat senang apabila belajar menggunakan media IT, khususnya film. Film pendek juga sangat banyak dan mudah didapatkan dari youtube atau chanel lainnya, guru mendownload film-film tersebut dan menyajikannya pada siswa. Karena durasi film tersebut pendek, maksimal 15 menit, guru biasa memutarnya selesai pembelajaran sebelum mereka pulang, atau sebelum pembelajaran tergantung situasi dan kondisi. Apabila masih memiliki waktu guru membawa suasana film tersebut untuk mengetuk rasa mereka, dengan melakukan tanya jawab, mengajak mereka merenungkan film tersebut, memberi nasihat sesuai film.
Cara tersebut ternyata cukup berhasil, tidak jarang banyak siswa yang terbawa emosi dari cerita film tersebut, beberapa anak terlihat tercenung, terharu bahkan tidak jarang menangis melihat cerita film, situasi tersebut dimanfaatkan oleh guru, apabila isinya tentang persahabatan, guru meminta mereka saling meminta maaf apabila pernah berbuat salah kepada temannya, apabila film menceritakan tentanag perjuangan orang tua, guru meminta mereka untuk bersimpuh meminta maaf kepada orang tua ketika sampai di rumah.
“Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok” sebuah peribahasa Sunda yang artinya usaha kecil yang dilakukan terus menerus akan menemukan hasil pada waktunya, upaya kecil guru yang dilakukan terus menerus memberi hasil yang menggembirakan, siswa terlihat lebih tenang dalam bergaul, jarang sekali ada laporan siswa yang berkelahi atau berbuat yang tidak baik, yang menggembirakan, orang tua pun melaporkan bahwa siswa siswinya lebih mudah diarahkan.
Memang upaya ini belum berhasil secara sempurna, tetapi guru percaya bahwa anak-anak usia sekolah dasar masih sangat mungkin dibentuk menjadi pribadi-pribadi unggul yang tidak hanya menonjol prestasinya tetapi sangat tinggi sikap sosial dalam kesehariannya. Semoga.***