Inovasi Guru dalam Melestarikan Kearifan Lokal Kota Tasikmalaya Melalui Kegiatan Melukis Payung Geulis

Oleh : Selvi Noviyani, S.Pd.SD.,M.Pd
Kepala SDN Syekh Tubagus Abdullah Kota Tasikmalaya

Upaya pewarisan kearifan lokal dari generasi ke generasi tidak menjamin bahwa kearifan lokal akan tetap kukuh menghadapi globalisasi dan modernisasi yang menawarkan gaya hidup pragmatis. Dalam realitas di Indonesia dapat dikatakan bahwa kearifan lokal yang kita miliki mirip benda pusaka yang kita warisi dari leluhur yang kita simpan dan kita pelihara tetapi kita tidak mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata sehingga pusaka tersebut menjadi kurang berfaedah merespon tantangan zaman yang telah berubah.

Bacaan Lainnya

Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan, serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Apriyanto Y. dkk (2008) kearifan lokal adalah sekumpulan nilai yang diciptakan, dikembangkan dan dipertahankan oleh masyarakat yang menjadi pedoman hidup merek, pedoman ini bisa tergolong kaidah sosial baik secara tertulis maupun tidak tertulis akan tetapi yang pasti setiap masyarakat akan mencoba mentaatinya.

Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa begitu juga dengan payung geulis yang merupakan Ikon kearifan lokal kota Tasikmalaya yang memiliki nilai kultural, ekonomis, dan estetis yang cukup tinggi sehingga keberadaannya perlu dilestarikan.di samping itu untuk mewujudkan sekolah yang berbudaya lingkungan yang dilandasi oleh kesadaran dan pemahaman atas kondisi lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar dalam rangka mengembangkan cipta, rasa, karsa dan karya untuk memelihara, memperbaiki dan meningkatkan lingkungan hidup saat ini dan masa yang akan datang.

Kearifan lokal hanya akan abadi jika saja kearifan lokal terimplementasikan dalam kehidupan konkret sehari-hari sehingga mampu merespon dan menjawab arus zaman yang telah berubah. Guru inovatif dan kreatif menjawab tantangan pendidikan di era digital bagaimana Peranan guru amatlah penting dalam merespon dan memadukan antara kearifan lokal dan pembelajaran seni rupa di satuan pendidikan yang semakin monoton. Namun dalam konteks guru inovatif tidak hanya sekedar bersedia belajar lebih, berbuat lebih dan kreatif, namun juga moderat dan inspiratif, sehingga bisa menyesuaikan dengan karakteristik siswa saat ini dan mampu memberikan kebermaknaan pengalaman belajar bagi siswa. Tidak harus saat pandemic untuk menjadi inovatif tetapi setiap saat.

Guru inovatif akan memberikan ruang gerak bebas bertanggung jawab kepada siswa untuk mengeksplorasi diri terhadap keunggulannya yang akan membuat siswa menjadi pemain utamanya di setiap pembelajaran bukan malah menjadikan siswa sebagai penonton pasif. Siswa ditangan guru inovatif akan difasilitasi untuk terlibat aktif dalam menunjukkan kelebihannya, yang tentunya akan dapat menciptakan ekosistem belajar yang positif, kolaboratif dan tanpa kompetisi negatif untuk bertumbuhnya siswa secara bersama berdasarkan kelebihannya masing-masing.

Guru inovatif adalah guru yang mampu menjadi inspirasi bagi siswa atau lingkungan. Entah melalui tutur kata, bahasa, pembawaan, etika, karya, cara mengajar, semangat atau yang tak kalah penting adalah bagaimana cara guru berinteraksi dalam memberikan respon pada siswa sebab guru adalah role model yang selalu dilihat siswa, guru inovatif akan selalu memberikan label positif pada siswa dan juga mampu menggunakan bahasa positif dalam menghadapi permasalahan siswa. Label positif ini akan membuat siswa tumbuh menjadi pribadi yang saling menghormati, penuh rasa percaya diri dan empati.

Pengertian inovasi menurut UU No.19 Tahun 2002 merupakan suatu kegiatan atau aktivitas penelitian, pengembangan serta atau perekayasaan yang dilakukan untuk dapat mengembangkan penerapan praktis nilai serta juga konteks ilmu pengetahuan yang baru atau juga cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan serta teknologi yang sudah ada ke dalam produk atau juga proses produksinya.

Inovasi melukis pada payung geulis dianggap unik dan menarik bagi siswa dikarenakan pembelajaran seni rupa khususnya di sekolah dasar kebanyakan dilakukan dengan media buku gambar dan alat lukis seadanya terkadang tidak diberikan contoh atau teknik melukis yang benar sehingga siswa tidak terarah dalam menghasilkan karya. Hal demikian terjadi memang bukan sepenuhnya kesalahan guru tetapi untuk seni rupa tidak ada kualifikasi khusus guru seni rupa untuk di sekolah dasar semuanya guru kelas yang merangkap banyak mata pelajaran adapun guru bidang adalah guru agama dan PJOK. Seiring perkembangan zaman dan teknologi guru inovatif dapat mempelajari teknik melalui internet. Hal itu menjadi bekal untuk mengajarkan kembali pada peserta didik.

Media pembelajaran adalah sarana penyampaian pesan pembelajaran kaitannya dengan model pembelajaran langsung, yaitu dengan cara guru berperan sebagai penyampai informasi dan dalam hal ini guru seyogyannya menggunakan berbagai media yang sesuai. Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar Menurut Heinich yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2014:4), media pembelajaran adalah perantara yang membawa pesan atau informasi bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran antara sumber dan penerima.

Tujuan dari kegiatan melukis pada media payung geulis yang dilaksanakan oleh para guru adalah untuk menumbuhkan cinta budaya lokal dan mengembangkan kreativitas guru dengan kegiatan tersebut diharapkan guru bisa mencintai budaya lokal dan menularkannya pada siswa ditengah budaya yang kian tergerus oleh globalisasi dan modernisasi di sinilah peranan guru untuk berpikir inovatif mengenalkan budaya lokal yang serta merta tidak menarik bagi peserta didik zaman era digital ini.

Media payung geulis dapat dijadikan media pembelajaran dalam mata pelajaran seni rupa sekaligus media penyampaian pesan agar siswa dapat mencintai budaya lokal. Kegiatan melukis pada payung geulis sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yaitu;

  1. Senang bergerak, siswa sekolah dasar dapat duduk dengan tenang maksimal sekitar 30 menit, setelah itu mereka cenderung melakukan gerakan-gerakan baik disadari atau tidak maka guru harus memfasilitasi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bergerak bebas seperti bergerak sebagai bentuk ice breaking, mencoba memeragakan dan lain-lain.
  2. Senang bermain, siswa sekolah dasar akan termotivasi untuk belajar ketika pembelajaran di fasilitasi dengan permainan karena dunia mereka adalah dunia bermain yang penuh kegembiraan. Guru harus memfasilitasi pembeljaran yang memungkinkan siswa untuk bermain yang relevan dengan materi pembelajaran yang hendak dikuasai siswa.
  3. Senang berimajinasi dan berkarya,siswa sekolah dasar cenderung senang berimajinasi dan membuat sesuatu sesuai apa yang dibayangkannya. Guru harus memfasilitasi pembelajaran yang dapat mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas siswa, Misalnya memfasilitasi siswa untuk menghasilkan sebuah karya yang relevan dengan materi pembelajaran. Guru sellau mengklarifikasi hasil karya siswa Misalnya tentang maksud dari karyanya dan memberikan penghargaan terhadap hasil karya siswa.
  4. Senang melakukan sesuatu secara langsung, siswa sekolah dasar masih berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret sehingga materi pembelajaran procedural yang biasanya disampaikan oleh guru melalui ceramah akan dapat lebih mudah dipahami oleh siswa jika mereka mempraktikan sendiri secara langsung materi pembelajaran tersebut. Guru harus menjadi model saat siswa mempraktikan pengetahuan procedural Misalnya melalui demonstrasi sehingga siswa dapat melakukannya dengan aman dan benar.
  5. Senang bekerja dalam kelompok, siswa sekolah dasar mulai intens bersosialisasi, mencari teman bermain bersama teman-temannya. Pembelajaran harus mefasilitasi siswa untuk bekerja sama, bergotong royong dalam kelompok Misalnya dengan menerapkan pendekatan kooperatif.

Dan terakhir menjadi guru moderat terhadap segala hal pun menjadi syarat seorang guru inovatif di masa sekarang ini. Berpikiran terbuka, luas, dan penuh toleransi terhadap perbedaan, sehingga tidak akan muncul indoktrinasi dalam kegiatan pembelajaran. Guru akan bersedia belajar dari siapa saja, dan bahkan tidak bisa dipungkiri guru dapat belajar dari siswa. Seorang guru inovatif akan selalu bersedia menuangkan gelasnya dalam artian selalu bersedia berbagi ilmu, pemahaman, dan pandangan kepada siswa dan rekan guru lainnya.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *