Artikel Pendidikan – RA | Dewasa ini, pendidikan karakter seringkali ditujukan untuk membangun sikap dan perilaku baik siswa kepada orang lain di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Akan tetapi, masih sangat sedikit yang membahas tentang pengaruh pembangunan karakter terhadap peningkatan kognitif siswa di sekolah. Bagaimana cara Pendidikan karakter membentuk intelektualitas siswa akan menjadi pertanyaan inti dari artikel ini. Saya berargumen bahwa pendidikan karakter berpengaruh signifikan terhadap peningkatan intelektualitas siswa di sekolah. Namun sebelum menjawab pertanyaan tersebut hal penting yang perlu saya tulis terlebih dahulu dalam artikel ini adalah pengenalan singkat tentang pendidikan karakter.
Pada dasarnya, pendidikan karakter menekankan pada pengenalan nilai-nilai kebaikan yang telah menjadi norma-norma sosial maupun agama di masyarakat. Menurut Zuchdi DKK (2015:3), pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai pada pribadi anak melalui pengetahuan kesadaran dan kemauan, dan pakteknya menekankan pada nilai-nilai positif untuk diri sendiri, Tuhan yang Maha Esa, lingkungan sekitar, bangsa dan negara, sehingga bisa menjadikan anak tersebut menjadi manusia yang paripurna. Untuk merealisasikan lahirnya siswa yang berkarakter baik, dibutuhkan kerjasama yang baik dan kuat dari berbagai kalangan seperti personil sekolah, orang tua dan anggota masyarkat (Daryanto, 2013). Pada umumnya, ada dua metode yang digunakan dalam melaksanakan Pendidikan karakter yaitu metode pembiasaan dan juga metode keteladanan (Hendriana & Jacobus, 2016). Jika metode pembiasaan dijalankan melalui serangkaian kegiatan dan program pembangunan karakter siswa secara berkelanjutan, maka metode keteladan diperoleh dari perilaku, sikap dan kebiasaan guru-guru di sekolah.
Lebih jauh lagi, inti dari artikel ini adalah melihat bagaimana afeksi siswa melalui pendidikan karakter mempengaruhi kemampuan kognitifnya. Artinya, pendidikan karakter tidak hanya bertujuan untuk mengentaskan permasalahan moralitas seperti kenakalan remaja di lingkungan sekolah dan masyarakat, melainkan juga melihat dampaknya kedalam prestasi akademik siswa. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk kedisiplinan, ketekunan dan tanggung jawab. Kedisiplinan akan membentuk kebiasaan siswa untuk tetap mengikuti semua rutinitas yang ada di sekolah baik itu kegiatan membaca buku di perpustakaan sekolah secara mandiri maupun kegiatan belajar di kelas. Sedangkan ketekunan mengarahkan siswa untuk fokus pada mata pelajaran-mata pelajaran yang ada di sekolah. Hal tersebut akan melatih dan memperkuat daya baca dan belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran. Dengan adanya sifat-sifat tersebut, saya sangat yakin siswa akan mampu meningkatkan pengetahuannya di sekolah, karena sebenarnya tingkat kepintaran seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh IQ yang tinggi melainkan juga usaha dan proses yang kuat. Serendah apapun IQ seseorang, jika dia terus mengasah dirinya dengan belajar maka dia akan menjadi pintar. Ibarat batu yang keras, jika dia terus ditetesi oleh air maka akan terkikis juga. Selanjutnya, sifat tanggung jawab akan mengarahkan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Mereka akan menganggap bahwa tugas-tugas tersebut adalah amanah yang harus dijaga dan diselesaikan. Siswa dengan karakter yang baik akan menganggap bahwa menyepelekan tugas adalah bagian dari pelanggaran terhadap nilai dan norma-norma yang berlaku.
Lebih jauh lagi, karakter-karakter lainnya yang saya soroti dalam pendidikan karakter misalnya sikap hormat dan jujur. Sikap hormat akan mampu meningkatkan kepatuhan siswa terhadap guru. Konsekuensinya, siswa akan lebih memperhatikan penjelasan-penjelasan guru di kelas sebagai bentuk penghormatan murid pada mereka. Hal ini akan menjadikan mata pelajaran dapat diserap dengan baik oleh siswa, sehingga mereka menjadi lebih berpengetahuan. Akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa penghormatan juga berbanding lurus dengan kewibawaan. Artinya, guru juga memiliki peranan penting untuk membangun karisma dan kewibawaannya dengan mencontohkan kebiasaan-kebiasaan dan perilaku yang baik kepada murid di sekolah. Sebagai tambahan, sifat jujur akan menghindari perilaku siswa dari mencontek. Mereka akan jujur mengerjakan ujian-ujian yang diberikan di sekolah. Mereka akan terhindari dari perbuatan yang terlalu berorientasi terhadap nilai sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapat nilai tinggi salah satunya dengan mencontek. Perbuatan mencontek tidak hanya menciderai nilai-nilai kejujuran, melainkan juga menjadikan siswa menjadi bodoh. Oleh karena itu, membentuk karakter siswa yang jujur akan sangat berpengaruh signifikan dalam mencerdaskan siswa, karena siswa akan belajar lebih giat untuk mendapatkan nilai yang bagus.
Sebagai penutup, saya percaya bahwa sifat-sifat disiplin, tekun, tanggung jawa dan juga jujur yang diajarkan di dalam pendidikan karakter memiliki peranan penting dalam membangun kemampuan akademik siswa di sekolah.
Daftar Pustaka
Daryanto, d. (2013). Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Gava Media. Hendriana, E. C., & Jacobus, A. (2017). Implementasi pendidikan karakter di sekolah melalui keteladanan dan pembiasaan. JPDI (Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia), 1(2), 25-29.
Zuchdi, Darmiyati, Dkk. (2015). Pendidikan Karakter Konsep Dasar dan Implementasi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press.