Merumuskan Visi Misi Sekolah

Penulis: Titin Supriatin, S.Pd  (Kepala SDN Saripin Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya)

Tantangan kemajuan jaman yang semakin “melek” teknologi dan digitaslisasi, sudah semakin dirasakan oleh masyarakat dalam segi kehidupan. Istilah-istilah IT tiddak lagi asing, masyarakat semakin terbiasa dengan istliah-istilah IT, download, upload, scan, QPR, barcode dan sebagainya sudah menjadi objek pembicaraan, tidak lagi hanya ada di seminar-seminar di Hotel berbintang, tetapi telah tersebar bahkans arempai pembicaraan di warung kopi. Saat inipun hampir seluruh lapisan masayarakat bersahabat dengan media sosial, yang sangat cepat meskipun akurasinya tidak sealu dapat dipercaya. Melaui media sosial pada aplikasi-palikasi di smartphone, seakan tidak ada lagi jarak dan waktu untuk mengetahui sebuah kejadian atau fenomena. Fenomena ini mau tidak mau mengubah tatanan kehiduan masyarakat yang harus diantisipasi secara tepat oleh pemangku kebijakan. Termasuk pemangku kebijakan pendidikan.

Bacaan Lainnya

Subjek pendidikan di sekolah yaitu siswa-siswi, adalah pelaku-pelaku aktif bahkan sangat responsif dengan perkembangan IT dan media sosial. Bagaimana anak-anak kita sangat mahir menggunakan aplikasi-aplikasi yang tersedia, amati pula keterampilan dan kegeseitan mereka dalam mengoprerasikan fitur-fitur game pada smartphone mereka, seringkali mereka tenggelam dalam permainan seakan tidak peduli situasi sekelilingnya. Kecederungan tersebut tidak berhenti di situ, konten-konten negatif pada media sosial dan aplikasi-aplikasi jahat, dengan mulus mereka terima, pornografi, kekerasan, perundungan, dan konten negatif lainnya, celakanya tidak sedikit konten-konten tersebut ditiru sehingga menimbulkan permasaahan yang menjerat dirinya.

Sekolah sebagai garda terdepan dalam pendidikan, memang tidak bisa berbuat segalanya, tetapi sekolah bisa menjadi benteng pertama untuk berbuat. Sekolah cukup melakukan apa yang sekolah bisa, dekat, cepat dan tepat. Dekat, artinya melakukan kebiasaan yang dekat dengan perilaku sehari-hari anak, misalnya etika bersikap , berucap maupun bercakap-cakap kepada orang tua, guru, teman dan orang lain ada umumnya. Cepat, artinya sekolah merespon dengan cepat perubahan yang terjadi pada perilaku anak melalui pendekatan dan edukasi yang benar. Tepat artinya melakukan pendekatan, menjadi tauladan dan idola yang tepat pada anak sehingga anak memiliki panutan yang patut mereka tiru dalam bersikap.

Upaya-upaya sekolah tersebut dapat dtuangkan pada visi-misi sekolah dan tentu saja dengan sungguh-sungguh diaplikasikan melalui program-porgram nyata di sekolah. Visi-misi sekolah haruslah seimbang antara pemenuhan ilmu dan penerapan akhlak. Pembiasaan-pembiasaan kerohanian, Shalat berjamaah, berdoa bersama, penting diberi “insentif” sehingga tidak hanya menjadi kebiasaan rutin yang hampa makna. Penekanan-penekanan tentang tujuan-tujuan pembiasaan tersebut harus dapat diserap pada sanubari sehingga menjadi sebuah kebutuhan yang disadari.

Upaya lain yan banyak dilupakan adalah mengefektifkan buku penghubung, buku pengubung sebenarnya sangat penting untuk mengontrol perilaku siswa, komunikasi yang terjalin efektif antara guru dan orang tua melalui buku penghubung akan sangat berguna dalam memantau tidak saja kemampuan kongnitif siswa, tetapi juga perkembangan afektif siswa. Kejujuran dan keterbukaan dalam komunikasi sangat menentukan keberhasilan penggunaan buku penghubung ini. Komunikasi, evaluasi bahkan refleksi melalui buku penghubung dapat menciptkakan parnertship yang hebat dalam tumbuh kembang anak baik secara pedagogis maupun psikologis.

Tetapi dari kesemua itu, untuk memberikan keunggulan ilmu dan keluhuran akhlak siswa, tetnu saja butuh figur sebagai tauladan siswa. Fgur tersebut ada pada guru dan orang tua. Khusus di sekolah, cta-cita luhur untuk membentuk pribadi ssiwa dicantumkan pada visi misi sekolah. Hubungan dengan kebutuhan figur tadi, visi misi sekolah sejatinya adalah refleksi warga sekolah terutama guru dan kepala sekolah dalam menata dirinya sehingga menjadi figur yang pantas diteladani oleh siswa. Peribahasa “Guru kencing berdiri, siswa kencing berlari”, sebutan bahwa anak adalah The most duplicated, atau anak adalah peniru terbaik kiranya benar adanya. Kita harus mulai waspada, bahwa segala gerak gerik, ucapan dan tutur kata kita menjadi contoh bagi mereka, bahkan mugkin kita perlu merenungkan, jangan-jangan perilaku, anak-anak kita adalah cerminan dari perilaku kita, yang seara tidak sadar ditiru oleh mereka.

Ketauladanan guru dan kepala satuan pendidikan, bisa menjadi dasar perumusan visi-misi sekolah, visi misi dirumuskan hasil refleksi untuk mnggapai cita-cita luhur warga sekolah, siswa memang subjek tetapi mereka adalah penerima dampak dari refleksi guru dan kepala sekolah yang dituangkan pada visi misi sekolah.

Visi misi sekolah juga selalu mencantumkan cita-cita dalam keunggulan prestasi. Tetapi juga keunggulan prestasi akademik dan keluhuran akhlak siswa harus dijadikan seolah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. keunggulan prestasi diharapkan selalau melekat dengan kemulian akhaknya, sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal dengan benar. Dengan begitu diharapkan tidak ada lagi generasi mendatang yang pintar secara akademik tetapi bobrok akhlaknya. Tidak ada lagi manusia-manusia cerdas dalam mengakali keuangan negara melalui korupsi dan kolusi, tidak ada lagi genarasi mumpuni secara akademik tetapi tidak peduli pada situasi sekalilingnya.

Visi misi sekolah adalah upaya dekat, cepat dan tepat yang dapat dilakukan sekolah dalam upaya membangun generasi masa depan. Generasi yang dapat mengendalikan jaman, buka saja hebat dalam teknologi tetapi luhur dalam budi pekerti.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *