Mengenalkan Chanel-chanel Edukatif Kepada Siswa dalam Upaya Membendung Pengaruh Negatif Media Sosial 

Penulis: Undang, S. Pd (Guru SDN 3 Picungremuk Kecamatan Kawalu-Kota Tasikmalaya)

Di dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 diuraikan bahwa pendidikan harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik sehingga peserta didik cerdas dan berkarakter. Singkatnya pendidikan memungkinkan menjadikan manusia seutuhnya baik secara lahiriah maupun batiniah. Proses pendidikan terjadi pada jenjang jenjang pendidikan dan mengacu pada kurikulum sesuai dengan jenjang jenjang pendidikan.

Bacaan Lainnya

Dua kurikulum terakhir, yaitu kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka yang segera diberlakukan, lebih tajam dalam penekanan pembentukan karakter siswa, Kuriklum 2013 dengan Penguatan Pendidikan Karakternya, dan kuriklum Merdeka dengan Profil Pelajar Pancasila, keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu membentuk peserta didik yang selain memiliki kemampuan akademis mumpuni juga memiliki karakter yang kuat baik secara pesonil maupun kebangsaan.

Sekolah merupakan salah satu di antara sarana yang cukup efektif untuk melaksanakan, mengembangkan sekaligus mensukseskan agenda pendidikan karakter secara nasional karena dunia sekolah merupakan tempat bagi siswa menghabiskan waktu setelah di rumah. Artinya, perencanaan pelaksanaan pendidikan karakter yang dilaksanakan sebuah sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan karakter (Murniyetti, Engkizar, and Anwar 2016).

Tetapi penerapan pendidilan atau penguatan karakter peserta didik bukanlah hal yang mudah dan isntan, terlebih pengaruh perubahan tata nilai masyarakat akibat pesatnya perkembangan teknologi memberi dampak yang signifikan pada perkembangan peserta didik. Pesatnya teknologi memebri dampak positif dan negatif bagi anak, bahkan kalau mau jujur diakui, dampak negatif lebih terasa, paling tidak idola anak saat ini bersumber dari media sosial, dan yang cukup menyedihkan, idola bukan lagi kana perbuatan postifinya, tetapi karena “viral”, yang tidak jarang justru yang viral tersebut adalah perilaku-perilaku buruk dan menjadi perhatian banyak orang.

Tidak ada satupun saat ini, orang, lembaga maupun pemerintah mampu menghentikan laju teknologi, khsususnya media sosial, semuanya seakan diserahkan kepada orang tua untuk megawasi dan mendidik anaknya supaya bisa memiliah konten-konten media sosial.

Fenomena saat ini, tentu saja tidak boleh luput dari perhatian guru, tetapi guru pun tidak dapat menghindar atau melarang anak untuk mengakses media sosial. Pada situasi inilah inovasi, kraetfitias dan ide-ide guru dibutuhkan untuk menandingi pengaruh-pengaruh buruk medsos kepada siswa, paling tidak selama 5 jam anak berada di sekolah, guru memiliki kesempatan untuk secara intens memberikan “konten-konten” baik melalui kegiatan belajar.

Salah satu upaya guru dalam memberikan konten-konten baik pada siswa adalah dengan memanfaatkan bantuan pemerintah berupa chromebook yang diterima oleh sekolah. Guru meyakini, bahwa tidak semua anak menyukai konten-konten buruk, tetapi banyak juga anak yang menyukai konten-konten yang berisi pembelajaran, pengetahuan umum, peristiwa-peristiwa penting dan lain-lain, dan karena mereka kurang mampu memaknainya, sehingga konten-konten tersebut tidak diakses oleh siswa. Oleh karena itulah, dengan memanfaatkan fasilitas IT yang tersedia di sekolah, guru mengajak ssiwa untuk melakukan surfing” terhadap konten-konten baik dan berharga bagi peserta didik. Anak dikenalkan dengan laman-laman dari youtube misalnya, national geografic kids, yang berisi konten-konten terkait pengetahuan alam semesta, flora dan fauna, konten ini akses, selanjutnya konten “Kok bisa“ yang sangat bermanfaat untuk mengeduikasi anak dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak diduga oleh anak, misalnya “Mengapa Kucung bisa selamat jatuh dari ketinggian ?”, mengapa suara bisa habis?” dan lain-lain. Sebenarnya cukup banyak chanel-chanel edukasi yang bisa diberikan referensi kepada anak untuk ditonton, Blippi, make me genius, 5-inute crfats play dan lain-lain.

Pengalaman penulis sekaligus guru, mengajak siswa untuk mengakses chanel-chanel tersebut, mendapat respon yang sangat mengembirakan dari siswa, mereka terlihat sangat senang menonton chanel-chanel tersebut. Hal tersebut dimanfaatkan oleh guru untuk “menjejali” rasa senang mereka terhadap gadget dengan tugas-tugas yang berhubungan dengan chanel atau konten yang mereka tonton, tugasnya tidak berat, bahkan menyenangkan, guru hanya memberi tugas mereka “memimpin” teman-temannya menonton chanel yang mereka tonton, hal yang menggembirakan lainnya, beberapa praktik sebuah fenomena pengetahuan yang ditampilkan pada chanel tersebut, diitiru oleh mereka, itupun apabila alatnya tersedia dan tidak berbahaya.

Pengalaman penulis tersebut, membuka pikiran penulis bahwa kuatnya pengaruh medsos atau konten-konten buruk bagi anak, salah satunya disebabkan karena minimnya pengetahuan mereka terhadap konten-konten positif dan mendidik yang ada pada medsos, terbukti ketika mereka mengetahui chanel-chanel positif, mendidik dan tentu saja menyenangkan, mampu mengimbangi kebiasaan mereka untuk mengakses konten-konten yang “tidak berguna” di media sosial.

Keberhasilan guru dalam membendung pengaruh negatif dari dampak buruk media sosial, memudahkan bagi guru untuk mengarahkan siswa lebih jauh pada konten-konten positif lainnya yang berada di internet, perkembangan teknologi memang tidak bisa dihindari, tetapi kita bisa mengambil peluang dari perkembangan IT dan dampaknya tersebut, seperti yang disungkapkan oleh Sun Tzu, “Kemanangan datang dari peluang yang ditemukan dalam masalah”.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *