Menciptakan Pengalaman Belajar yang Bermakna melalui Pendekatan PMR

Judul artikel : Menciptakan Pengalaman Belajar yang Bermakna melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) bagi Siswa Kelas I Sekolah Dasar
Oleh : Nilam Puspa, S.Pd (Guru Kelas 1 SD Negeri 2 Tulung Selapan – Kab. Ogan Kemering Ilir – Sumatra Selatan)

Matematika merupakan salah satu fondasi utama dari ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Bidang ilmu yang berkembang pesat dan sangat penting dalam banyak disiplin ilmu, seperti fisika, kimia, biologi, teknik, ekonomi, dan komputer. Tanpa matematika, tidak akan mungkin terjadi banyak kemajuan besar dalam teknologi dan penemuan ilmiah. Matematika juga memberikan dasar untuk pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk pemrograman komputer. Dengan demikian, matematika memainkan peran penting dalam memperluas pengetahuan manusia dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Berbagai bentuk upaya dan kepedulian dilakukan manusia untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam pendidikan matematika di sekolah khususnya di Indonesia.

Bacaan Lainnya

Laurens et al. (2018) menyatakan bahwa pengajaran matematika di sekolah dasar memiliki peran yang krusial dalam membentuk dasar pemahaman matematika yang kokoh pada anak-anak. Mereka mungkin menyoroti pentingnya pendekatan yang interaktif dan terlibat secara aktif dalam pengajaran, yang memungkinkan siswa untuk memahami konsep-konsep matematika dengan lebih baik. Selain itu, mereka mungkin membahas strategi pengajaran yang mendukung perkembangan pemikiran matematis yang kritis dan kreatif pada anak-anak, serta pentingnya penilaian yang holistik untuk memahami kemajuan mereka. Penelitian semacam itu dapat memberikan wawasan berharga bagi pendidik dan pembuat kebijakan dalam merancang kurikulum dan metode pengajaran yang efektif di tingkat sekolah dasar.

Saat ini, pembelajaran matematika cenderung mengutamakan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Namun, pada kenyataannya di lapangan, kita sering menemukan bahwa pembelajaran matematika di sekolah, terutama di tingkat sekolah dasar masih menggunakan pendekatan konvensional. Sehingga pada kenyataannya aktivitas siswa cenderung kurang. Menurut Pirdaus (2008:4), orientasi pendidikan kita masih menganggap siswa sebagai objek, dengan peran guru yang lebih sebagai pemegang otoritas keilmuan dan indoktriner. Dampaknya jelas terlihat pada pencapaian hasil belajar siswa.

Seperti yang ditemukan penulis di kelas 1 SD Negeri 2 Tulung Selapan, kesulitan yang muncul dalam pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan disebabkan oleh kurangnya penggunaan metode yang mendorong siswa untuk aktif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah. Guru hanya mengandalkan metode ceramah yang menyebabkan pembelajaran terasa monoton dan tidak menarik, sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah.

Maka dari itu, penulis mencoba untuk mencoba berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran yakni melalui pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Menurut Gravemeijer (1994:186) menjelaskan bahwa salah satu program pembelajaran matematika yang mengadopsi pendekatan kontekstual adalah program pembelajaran matematika yang terintegrasi dalam kerangka pendidikan matematika realistic atau dikenal sebagai Realistic Mathematics Education (RME). Pendekatan ini, dikenal dengan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR), telah dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970 oleh Hans Freudenthal. PMR adalah pendekatan yang menekankan pada penggunaan konteks kehidupan nyata dalam proses pembelajaran matematika. Dalam PMR, matematika tidak dipelajari secara terisolasi, tetapi diintegrasikan ke dalam situasi yang relevan dan bermakna bagi siswa.

Berikut adalah beberapa langkah dalam menerapkan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dalam pembelajaran matematika:
1. Identifikasi Konteks Nyata
Guru memilih atau merancang situasi atau masalah matematika yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa.

2. Pengenalan Masalah
Guru memperkenalkan masalah atau situasi tersebut kepada siswa, mendorong mereka untuk memahami konteksnya dan merasakan relevansinya dengan kehidupan mereka.

3. Eksplorasi Konsep
Siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi konsep matematika yang terlibat dalam situasi tersebut. Mereka mungkin menggunakan manipulatif, berkolaborasi dengan teman sekelas, atau melakukan investigasi untuk memahami konsep tersebut.

4. Modeling
Guru dapat memodelkan bagaimana menerapkan konsep matematika untuk memecahkan masalah yang diberikan. Ini membantu siswa melihat hubungan antara matematika dan dunia nyata.

5. Pemecahan Masalah
Siswa diberi kesempatan untuk mencoba memecahkan masalah tersebut dengan menggunakan konsep matematika yang telah mereka pelajari. Mereka didorong untuk menggunakan pemikiran kritis dan strategi pemecahan masalah.

6. Refleksi dan Koneksi
Setelah menyelesaikan masalah, siswa diminta untuk merefleksikan pengalaman mereka, mengidentifikasi konsep matematika yang mereka pelajari, dan membuat koneksi antara konsep tersebut dan situasi kehidupan nyata.

7. Evaluasi
Guru mengevaluasi pemahaman siswa tidak hanya tentang konsep matematika, tetapi juga kemampuan mereka untuk menerapkan konsep tersebut dalam konteks nyata.

Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) menekankan pada pengalaman belajar yang bermakna dan relevan bagi siswa, membantu mereka melihat nilai matematika dalam kehidupan sehari-hari mereka. Untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar, materi yang diajarkan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka dan lingkungan sekitar yang dapat diidentifikasi dengan pengalaman mereka sehari-hari.

Berikut adalah beberapa contoh materi yang dapat diajarkan kepada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Tulung Selapan menggunakan pendekatan PMR:
1. Menghitung Benda di Sekitar
– Guru dapat mengajak siswa untuk mengamati dan menghitung jumlah benda di sekitar mereka, seperti jumlah buku di rak, jumlah siswa di kelas, atau jumlah mainan di kotak mainan.
– Siswa dapat diajak berdiskusi tentang bagaimana mereka menghitung benda-benda tersebut dan bagaimana mereka dapat mewakili jumlah tersebut menggunakan angka dan lambang matematika.

2. Menyusun dan Mengklasifikasi Benda
– Guru memberikan benda-benda kecil seperti koin, pensil, atau mainan yang berbeda bentuk dan warna kepada siswa.
– Siswa diminta untuk menyusun benda-benda tersebut ke dalam kelompok berdasarkan atribut tertentu, misalnya, warna, bentuk, atau ukuran.
– Mereka kemudian dapat menghitung jumlah benda dalam setiap kelompok dan membuat perbandingan antara kelompok-kelompok tersebut.

3. Menggunakan Matematika dalam Permainan
– Guru dapat memperkenalkan permainan sederhana seperti permainan ular tangga atau permainan dadu.
– Siswa diminta untuk menggunakan keterampilan matematika dasar seperti menghitung jumlah mata dadu atau langkah yang mereka ambil dalam permainan.
– Mereka juga dapat membandingkan hasil permainan dengan teman-teman mereka dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil tersebut.

4. Menemukan Pola
– Guru memberikan serangkaian objek atau gambar yang membentuk pola sederhana, misalnya, warna-warna yang berulang atau bentuk-bentuk yang berurutan.
– Siswa diminta untuk menemukan pola-pola tersebut dan melanjutkan pola yang ada.
– Mereka juga dapat menciptakan pola mereka sendiri dan berbagi dengan teman-teman mereka.

5. Menggunakan Kartu Angka atau Kartu Bilangan
– Guru memberikan kartu angka atau kartu bilangan kepada siswa dengan angka-angka dari 1 hingga 10 atau lebih.
– Siswa diminta untuk mengurutkan kartu-kartu tersebut, mengidentifikasi jumlah angka yang terdapat pada setiap kartu, atau melakukan operasi sederhana seperti penjumlahan atau pengurangan menggunakan kartu-kartu tersebut.

Maka dapat kita simpulkan, secara pengalaman penulis dalam menggunakan pendekatan PMR, pembelajaran matematika untuk siswa kelas 1 khususnya di SD Negeri 2 Tulung Selapan, dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang konsep-konsep matematika dasar melalui pengalaman langsung dan kontekstual yang relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Dalam pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan, siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, baik melalui eksplorasi, diskusi, atau pemecahan masalah. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap konsep matematika.

Dengan menekankan pada pemecahan masalah dalam konteks nyata, PMR membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Mereka diajak untuk merumuskan pertanyaan, mencari pola, dan menguji berbagai strategi pemecahan masalah baik dalam kerja kelompok maupun dalam diskusi kelas. Pendekatan ini membantu siswa untuk belajar dari satu sama lain dan mengembangkan keterampilan sosial bagi siswa.

Maka dari itu, saran penulis kepada pembaca, dalam menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka dan lingkungan sekitar yang dapat diidentifikasi dengan pengalaman mereka sehari-hari. Ketahui juga, PMR tidak hanya membantu siswa dalam memahami matematika, tetapi juga membantu mereka untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif yang penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam konteks pembelajaran, melalui pendekatan PMR dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Daftar Pustaka :
– Gravemeijer, K. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht Freudenthal Institute.
– Laurens, T., Batlolona, F. A., Batlolona, J. R., & Leasa, M. (2018). How Does Realistic Mathematics Education ( RME ) Improve Students’ Mathematics Cognitive Achievement ? EURASIA Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 14(2), 569–578. https://doi.org/10.12973/ ejmste/76959
– Pirdaus, 2008. PMRI sebuah inovasi dalam pendidikan matematika di Indonesia. Widyaiswara LPMP Sumatera Utara.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *