Lokalisasi Sampah

Penulis: TITIN SUPRIATIN, S. Pd.
(Kepala SDN Saripin Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya)

Masalah sampah seakan tidak ada habisnya, selama ada manusia sampah pasti ada, manusia bertambah, bertambah pula sampah, sedangkan tempat penampungan sampah cenderung tidak bertambah, bahkan mungkin berkurang karena banyaknya penolakan dari warga sekitar, fenomena lain karena kurangnya TPS, maka bermunculan “TPS” liar di lahan kosong, pojokan kampung, bahkan tidak jarang di pinggir-pinggir jalan sepi dijadikan tempat membuang sampah oleh orang-orang tidak bertanggujng jawab.

Bacaan Lainnya

Permasalahan sampah adalah masalah disiplin dan kesadaran. Dua hal yang celakanya menjadi kelemahan masyarakat kita, lihat saja tulisan-tulisan di TPS-TPS liar yang dipasang oleh orang, RT, RW, peragkat desa sampai satpol PP, tulisan yang mengingatkan para pembuang sampah sembarangan, dari tulisan yang bernada himbauan halus, sampai makian kasar, tidak mereka hiraukan, begitu juga dengan PERDA yang diberlakukan seakan tidak membuat mereka “goyah” untuk tetap eksis membuang sampah sembarangan.

Permasalah sampah juga menjadi permasalahan di sekolah, seperti yang terjadi di SDN Saripin, meskipun sudah tempat sampah sudah mencukupi tetapi masih terlihat berceceran, dan yang menjadi keprihatinan, tempat sampah cepat sekali penuh, rata-rata isinya adalah jajanan siswa, yang lebih membuat jorok adalah bekas-bekas makanan berkuah seperti seblak, cilok goang, sosis bakar dan lain-lain, yang bersisa dengan wadah berupa styrofoam gabus, menumpuk di tempat sampah, ukurannya yang cukup besar membuat tempat sampah mudah sekali penuh tidak jarang makanan-makanan sisanya meluber dan berceceran di tempat sampah.

Melarang siswa jajan makanan-makanan tersebut jelas tidak mungkin, hal tersebut akan menimbulkan gesekan dengan pedagang di sekitar sekolah, yang diantaranya merupakan warga sekitar sekolah, tetapi apabila dibiarkan, masalah ini akan menimbulkan keresahan, tempat sampah yang cepat sekali penuh, sedangkan pengangkutan kadang terlambat membuat kondisi sekolah terlihat tidak asri lagi.

Penulis sebagai kepala sekolah melakukan diskusi dengan guru-guru mencari solusi permasalahan di atas, penulis menyampaikan ide, untuk memberlakukan kebijakan “Lokalisasi Sampah”, siswa yang jajan di kantin, atau di pedagan sekitar sekolah terutama makanan saji dan basah, harus menghabiskan makanannya di tempat dia membeli, tidak boleh membawa ke sekolah apalagi ke kelas. Sehingga mau tidak mau pedanga tersebut tidak hanya menerima uang dari pembelian siswa, tetapi juga sampahnya. Penulis juga akan menyampaikan bahwa setiap pedagang diwajibkan bertanggung jawab terhadap sampahnya.

Setelah ide penulis disetujui oleh seluruh guru, maka penulis mengundang semua pedagang untuk melakukan musyawarah terhadap permasalahan sampah di sekolah, dengan pendekatan dan penyampaian kebijakan sekolah yang persuasif, penulis sebagai kepala sekolah menyampaikan permasalahan dan keterbatasan sekolah dalam menangani masalah sampah tersebut. Rasa tanggug jawab dan peduli mereka diketuk sehingga mereka ikut memikirkan penanganan permaslaahan sampah yang diajukan penulis. Penyampaian yang runtut dan masuk akal, dapat disetujui oleh para pedagang dan mereka pun menyetujui kebijakan sekolah mengenai lokalisasi sampah tersebut.

Lokalisasi yang menjadi kebijakan, dipatuhi oleh siswa dan para pedagang sekitar sekolah, berhasil mengurangi dengan signifikan jumlah sampah di sekolah, tempat sampah tidak lagi selalu penuh dengan bekas makanan-makanan basah, memang masih ada sampah, tetapi penulis anggap wajar, karena siswa juga masih tetap jajan makanan-makanan kering dan terbungkus, selain itu tidak ada lagi siswa yang makan di kelas saat istirahat, sampah sebagian besar dapat dilokalisir di tempat-tempat mereka jajan. Program lokalisasi sampah berhasil mengatasi permasalahan sampah di SDN Saripin.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *