Gerakan Literasi, Antara Pemahaman dan Tujuan

Menyiasati gerakan literasi yang bergandengan dengan pelancaran anggaran selalu memiliki sudut pandang menarik. Apalagi jika dilihat dari kacamata budaya, literasi saat ini masih sebatas euforia dan belum menjadi sebuah hebit. Banyak gerakan yang tiba-tiba muncul dan terkesan serba instan. Bukan dalam arti tidak mengedepankan proses melainkan lebih pada hilangnya penanaman sifat dan sikap terhadap literasi itu sendiri yang itu merupakan sebuah pondasi awal.

Visi misi komunitas literasi saat ini masih mengedepankan perayaan-perayaan ketimbang proses intim pada masyarakat terutama anak-anak yang perlu diberi banyak asupan berliterasi itu sendiri. Perhelatan atau semacam perlombaan misalnya, banyak yang terkesan dipaksakan karena tuntutan waktu sebuah program sehingga anak-anak yang ikut menjadi peserta seolah dikejar waktu, menjalankan proses karena sebuah tuntutan.

Bacaan Lainnya

Jika berbicara lebih jauh, bahkan pemahaman akan definisi literasi itu sendiri terkadang tersampingkan, terlepas dari sebuah gerakan yang memang sangat sah untuk dilakukan. Syahdan, sampai kapan literasi hanya terpampang sebagai etalase semata saja? Perlu perenungan panjang memang, karena sikap idealisme dalam hal ini sangat dibutuhkan. Bagaimana tidak selalu berbicara tentang suntikan anggaran atau dukungan dari intansi terkait dan perwujudan literasi itu sendiri pada kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan pucuknya adalah persoalan pemahaman, dari mana motivasi dan kemauan itu lahir. Ketika semua sudah juntrung dan masuk pada wilayah proses inti akan lahir berbagai pertanyaan besar, perihal prosedur yang baik dan benar, teknik operasional, grafik pasang surut, tentang adeg-adeg konsitensi dan lain-lainnya. Jelas ini mesti didasari latar belakang yang kuat atau paling tidak dari pengalaman yang cukup.

Hal ini mesti menjadi perenungan serius, karena sejatinya sebuah gerakan memerlukan input yang jelas. Literasi sudah harus berlari lebih jauh, bukan lagi sebatas kampanye simbol-simbol tangan literasi itu sendiri. Salam iqro! (Cevi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *