Arti curang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tidak jujur; tidak lurus hati; tidak adil.Wailul lil mutaffifiin. “Celakalah bagi orang-orang yang curang,”
Curang bisa disebut juga sebagai tindakan tidak mematuhi aturan yang telah dibuat dan disepakati bersama. Tindakan melawan hukum. Tindakan melanggar komitmen etik. Tindakan melawan kesepakan budaya di mana tanggung jawab pelanggarnya dihadapkan pada rasa malu.
Dalam sebuah permainan, curang menjadi keniscayaan. Curang menjadi aksesoris pelengkap sekaligus noda hitam, terutama bagi para kontestan yang memungkinkan akan menjadi juara.
Curang pun tidak mutlak harus terdominasi calon pemenang. Kontestan yang berpeluang kalah pun tidak terjamin untuk bersih dari langkah curang. Curang menjadi milik siapa pun. Tidak ada rumus bahwa yang punya peluang kalah harus bersih.
Perbedaannya, pemenang akan mudah ditemukan curang karena ia ditempatkan dalam posisi yang disorot. Konsekuensinya pun lebih besar, berpeluang didiskuakifikasi dari posisinya sebagai pemenang. Itu termungkinkan jika curangnya masif dan terbukti secara hukum.
Sedangkan pihak yang kalah, orang kerap mengabaikannya, karena tidak relevan dengan juara di mana berpotensi pada tindakan diskualifikasi.
Curang sendiri dimungkinkan berasal dari keinginan yang kuat, semacam ambisius. Keinginan yang tidak terkendali. Keinginan yang terlampau kuat sering kali mendorong seseorang untuk bertindak di luar batas.
Curang pun bisa diakibatkan, karena tidak punya pegangan keyakinan, atau iman. Curang pun dianggap suatu hal yang lumrah dan biasa, tidak memiliki konsekuensi hukum yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan alam, di hadapan Sang Pencipta.
Curang menjadi noda hitam yang akan membayangi kesucian martabat seorang juara. Seorang juara menjadi tidak terhormat. Seorang juara menjadi tidak utuh, sejarah kelak akan mencatat sebagai catatan kelam.
Sebagai catatan busuk. Bau busuk yang akan melekat cukup lama, publik akan mengingatnya tidak sebentar. Sejarah akan mencatatnya dengan tinta “emas” sebagai prestasi busuk. Kelak para generasi pewarisnya akan menanggung malu. Mungkin akan kehilangan rasa bangga terhadap leluhurnya.
Ya, perlombaan memang suatu permainan hidup yang sangat menarik. Tapi kita tidak harus lupa, perlombaan bukan sekedar menarik, karena di samping menjadi hiburan, sebuah tontonan mesti punya manfaat lain, yaitu sebuah tuntunan, makna serta pesan moral bagi masyarakat serta keteladanan bagi generasi yang akan datang.
Selamat menempuh “pertarungan” para kandidat Wali Kota Tasikmalaya. Semoga bertarung secara sportif.
Penulis,
Yusran Arifin, Tasikmalaya