Oleh : Hely Oliyah, S.Pd (Guru Kelas 1 SDN 3 Cibunigeulis)
Seni teater adalah suatu keahlian mengekspresikan gerak, ide dan pemikiran estetika, termasuk mewujudkan kemampuan imajinasi dalam penciptaan suatu benda, suasana, atau karya yang mampu menimbulkan rasa indah sehingga menciptakan kenikmatan bagi apresiator tentang apa yang dipertontonkan.
Berdasarkan buku penunjang guru dalam implementasi kurikulum merdeka, seni teater yang diajarkan di SD kelas I merupakan bentuk pengenalan, pemahaman, pengolahan, peniruan (mimesis), dan pengekspresian emosi melalui tubuh siswa dalam dimensi ruang dan waktu. Dengan bermain teater, siswa dapat mengasah daya pikir (imajinasi), mengenali, dan mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan cita rasa yang tinggi. Teater juga dapat mengajarkan cara berkomunikasi kepada siswa, baik secara verbal maupun nonverbal, sehingga siswa dapat berinteraksi dan bergaul lebih baik dengan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan kajian, kita mengenal adanya Taksonomi Blooms. Maka dalam latihan-latihan dasar keteateran juga berkenaan dengan tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Maka dapat kita kembangkan melalui pembelajaran seni teater di sekolah. Yakni, teater memngembangkan ranah Kognitif peserta didik, mulai dari reading (membaca naskah), menghafal naskah, dan lain sebagainya sampai kepada kemampuan membedah naskah dan menganalisis pemeranan. Berkenaan dengan ranah Afektif, meliputi olah rasa, olah sukma, observasi dan lain sebagainya sampai dengan menghayati tokoh cerita dalam naskah. Demikian juga dalam ranah Psikomotorik, peserta didik melalui olah pemanasan, olah tubuh, napas, vokal, mimik, pose, gesture, pantomim, moving, dan lain sebagainya sampai mengetahui blocking di dalam sebuah pertunjukan.
Sedangkan, dalam pembelajaran seni teater untuk kelas rendah di sekolah dasar tidak perlu melakukan hal yang rumit atau merasa takut salah untuk menyampaikan materi seni teater dalam proses pembelajaran tetapi kita sebagai pendidik harus berusaha mencari solusi yang tepat untuk mengembangkan peserta didik dalam mempelajari seni teater selain berpusat pada buku sumber, maka penulis menyarankan alternatif pembelajaran.
Alternatif yang pertama, merencanakan pembelajaran seni teater dapat menghubungkan antara sekolah dengan komunitas teater di daerah masing-masing. Karena, pemberdayaan komunitas-komunitas yang ada di daerah sangat memungkinkan jika dilakukannya kolaborasi apalagi ikut andil berkecimpung di dunia pendidikan, sehingga kompetensi yang diberikan kepada peserta didik lebih terarah dari segi kualitasnya.
Selain itu, tidak hanya pembelajaran teater saja yang dilakukan sekolah untuk berkolaborasi, melainkan banyak komunitas-komunitas lain yang bisa diajak kerjasama, terutama dalam pengembangan di dunia pendidikan sekaligus sebagai pengabdian kepada masyarakat di bidang pendidikan. Pendidik sebagai fasilitator cukup mendampingi peserta didiknya ketika pembelajaran berlangsung, supaya dalam proses penilaian terasa lebih ringan dan fokus untuk melakukan observasi terhadap peserta didik.
Alternatif kedua, pembelajaran seni teater dapat kita lakukan dengan cara melihat tayangan video dari internet. Banyak sekali video-video yang bisa kita temukan dan dipelajari sesuai kebutuhan yang akan kita ajarkan tentang seni teater. Peserta didik diarahkan untuk menonton pertunjukan di layar laptop, kemudian mereka menganalisis peran yang ada didalamnya. Untuk penerapan di kelas rendah materi peserta didik disarankan jangan terlalu sulit, cukup dengan mencermati atau menelaah peran baik dan buruk. Karena pada hakikatnya anak se-usia ini masih berada pada tahap stimulus, mengetahui hal baik dan buruk, benar dan salah, dan lain-lain yang bersifat sederhana.
Alternatif ketiga, teater adalah tubuh. Segala aktivitas yang dilakukan manusia merupakan sebuah proses teater. Hal ini dapat kita lakukan dengan cara observasi, peserta didik diarahkan mengobservasi lingkungannya untuk mencari objek yang akan dijadikan sebagai figur/tokoh. Proses pembelajaran ini lebih natural, misal peserta didik mencari seorang pedagang, ia menganalisa pedagang itu, baik ekspresinya, umur, pakaian, perilakunya, cara makan, minum, duduk, dan lain sebagainya. Kemudian peserta didik diarahkan untuk meniru beberapa gaya seorang pedagang tersebut. Hal yang sederhana ini merupakan sebuah arah hadap penyadaran diri bagi peserta didik, maka teater merupakan jalan mengenal diri serta sebagai pengetuk pintu hati untuk menumbuhkan rasa empati, solidaritas, sosial, tanggung jawab yang dapat membentuk jatidirinya sendiri.
Begitu pun, banyak sekali cara untuk melatih peserta didik untuk mengenal teknik dasar teater, diantaranya :
1. Menirukan binatang
Siswa mencoba menirukan gerakan khas macam-macam binatang dan suaranya. Contohnya menirukan seekor kera, maka peserta didik menirukan gerak anggota tubuhnya, ekspresi wajahnya, serta suaranya harus seperti kera. Dengan cara ini, peserta didik mencoba memerankan tokoh meskipun tokoh yang diperankan itu seekor binatang.
2. Menirukan orang
Peserta didik mencoba menirukan orang yang telah dikenalnya. Lebih baik lagi jika teman-temannya sudah mengenal orang yang ditirukan tersebut. Dengan demikian, teman-temannya dapat menebak orang yang ditirukannya itu. Jika dapat ditebak, berarti cara menirukannya sudah baik. Sebaliknya, jika belum atau tidak bisa ditebak, upaya menirukan itu harus diulang-ulang.
3. Belajar tertawa dan menangis
Pada pola pelatihan ini, peserta didik mengarahkan untuk mencoba tertawa lepas terus-menerus sampai benar-benar tertawa. Peserta didik perlu mencoba menangis, seolah-olah ia sedang mengalami hal yang menyedihkan. Begitu pun peserta didik perlu mencoba seolah-olah sedang marah, putus asa, menyerah, atau yang lainnya. Dengan pola latihan seperti ini, diharapkan kelak dapat mengimplementasikannya untuk pemeranan tokoh yang sedang senang, sedih, marah, dan lain-lain.
4. Berlatih dialog
Peserta didik dapat mencoba berdialog. Pendidik memberikan arahan untuk mencoba memilih berdialog/menyampaikan ekspresinya. Misal dalam keadaan senang, sedih, marah dan lain-lain. Terkait dialog, tentunya diserahkan kepada peserta didik secara eksplorasi yang meraka alami masing-masing.
5. Gerak Panggung
Peserta didik berlatih melakukan gerak panggung, yaitu gerakan atau perbuatan yang mungkin akan dilakukan di panggung kelak melakukan pementasan. Misalnya, berjalan picang karena kakinya sakit, berjalan bungkuk karena sudah tua, dan berjalan mengendap-endap karena merasa takut, dan lain sebagainya.
Maka dengan adanya alternatif pembelajaran seni teater di sekolah terutama di kelas rendah dapat kita rancang dengan sedemikian rupa. Harapannya siswa tetap memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait pembelajaran seni teater secara profesional dan teruji secara kompetensinya. Sehingga tercapainya kompetensi terkait kognitif, afektif, dan psikomotorik tersebut akan berguna dan diaplikasikan dalam kehidupan maupun menjadi acuan hidup untuk mendorong pribadi yang lebih unggul kelak di masa yang akan dilaluinya.