Dua Musim dalam Refleksi Tanya

Prosa; Lintang Ismaya | Ruangatas.com

 Apanya yang salah dari redaksi Bani Israil Adalah Kita yang jadi sebuah judul prosa? Mayor komentar beterbangan. Secara simpulan isi komentarnya adalah tentang pendeskriditan genetika kaum tersebut yang disamakan dengan genetika kita (para pembaca). Padahal, tulisan itu bukan tengah menerangkan atawa mengkritisi kaum Bani Israil secara genetika, melainkan sedang menerangkan atawa mengkritisi secara karakter mayor dari kaum tersebut yang tidak jauh dengan sikon di zaman sekarang.

Bacaan Lainnya

Sebelum membahas lebih jauh ke arah sana, mari kita renungkan terlebih dahulu dengan beberap kalimat; kita adalah Fira’un. Kita adalah Namrud. Kita adalah Korun. Atau kalimat yang secara spesifik; si a itu Fir’aun. Si b itu Korun. Si c itu Namrud. Ungkapan seperti ini adalah ungkapan obrolan atau bisa dikata sebagai kalimat pemapar pada pokok bahasan.

Secara maknawi toh kita atawa si a itu tidak mungkin bisa jadi Fir’aun sementra negara atau kerajaan pun tak punya. Jangankan negara, rumah pun tak punya, misalkan. Hanya punya jabatan saja, misalkan. Maka turunan maknanya seperti ini; artinya, hanya bicara pada pokok koridor karakter kepemimpinannya saja. Atau jabatan pun tak punya, misalkan. Maka turunan maknanya seperti ini; artinya hanya bicara pada koridor karakter dari laku dirinya di keseharian yang seperti Fir’aun.

Benar. Bahwasannya gen memiliki pengaruh besar pada karakter seseorang, mulai dari sifat tempramen, kecenderungan emosional, hingga perkembangan fisik dan intelektual. Namun faktor lingkungan juga berperan lebih besar dalam pembentukan karakter seseorang. Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial (masyarakat) dapat mempengaruhi pola asuh, hubungan antar sesama, pendidikan dan kesehatan seseorang. Misalkan ketika kita menengok pada al kisah seorang mantan pelacur yang melahirkan 12 nabi, jelas sudah bahwa peran genetika menjadi berimbang dari pengaruh lingkungan.

Kembali ke pokok bahasan. Kaum Bani Israil sendiri merupakan keturunan dari nabi Ya’qub as., yang mempunyai 12 orang anak. Nabi Ya’qub as., dan keturunannya pernah tinggal di Haran selama 20 tahun. Dari ke 12 anaknya itu semua keturunannya dikatakan kaum Bani Israil sehingga menjadi 12 suku, sebagai periode pertama. Singkat al kisahnya sampai ke zaman nabi Musa as., dan nabi Isa as., menjadi banyak suku Bani Israil dan penduduk suku tidak harus mutlak dari keturunan nabi Ya’qub dan tidak harus mutlak menganut agama Yahudi, yang terpenting berkegiatan dan bermukim di daerah yang mereka tempati, khususnya dari keturunan Yehuda (asal kata dari Yahudi) putra ke empat nabi Ya’qub as., kemudian melebar dan merujuk pada kaum Bani Israil yang tinggal di Kerajaan Yehuda.

Ada pun asal gelar Israil disandang oleh nabi Ya’qub kala rombongannya (istri, budak dan sebelas keturunannya) yang hendak menemui kakaknya yang bernama Aish’ (Esau) sejauh perjalanan dua malam, setelah berada di dekat tanah Seir, para malaikat menyambut kedatangannya. Singkat al kisahnya, karena ketakutannya nabi Ya’qub as., atas ancaman Esau dengan membawa 400 tentara untuk balik menemuinya, berdoalah nabi Ya’qub as., pada Allah, minta perlindungan dengan segenap hatinya supaya menangkal keburukan kakaknya, memohon juga perihal janji yang ia sampaikan segera ia tunaikan.

Singkatnya lagi, pada waktu fajar malam kedua, seorang malaikat dalam wujud seorang lelaki muncul di hadapan Ya’qub as., beliau mengira bahwa ia orang biasa, ia lalu menghampirinya untuk diajak bergulat dan ia kalahkan. Kelihatannya nabi Ya’qub as., berhasil mengalahkannya, hanya saja, malaikat tersebut jatuh menimpa bagian atas pantat nabi Ya’qub as., hingga beliau pincang. Setelah fajar terang, malaikat bertanya padanya. “siapa namamu?” “Yaqub” jawab nabi ya’qub as.,. Malaikat itu kemudian mengatakan, “setelah hari ini kau tidak patut dipanggil dengan nama siapa pun selain Israil.” Yaqub as., kemudian bertanya balik, “kamu sendiri siapa? Siapa namamu?” tapi malaikat itu tidak menjawab dan langsung pergi. Nabi Ya’qub as., akhirnya tahu bahwa orang tersebut adalah malaikat. Pada pagi harinya, Ya’qub as., Berjalan dengan kaki pincang.

Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi] dan Alkitab (kitab suci Kristen), istilah Israil pertama kali digunakan dalam Kitab Kejadian. Disebutkan bahwa Ya’qub bergelut dengan lelaki asing. Setelahnya lelaki tersebut berkata, “Namamu tidak akan disebutkan lagi Ya’qub, tetapi Israil, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” Setelah lelaki itu pergi, barulah Ya’qub sadar bahwa dia adalah malaikat. Dalam makna arab, Israil dari kata Isro dan Iil, jadilah Isroil. Isro artinya perjalanan dan Iil artinya Tuhan. Artinya bisa bermakna perjalanan malam menuju Cahaya Tuhan atau perjalanan gelap menjemput cahaya.

Musbab itulah kaum Bani Israil diberikan keunggulan atau keutamaan atas seluruh alam. Hal ini tertulis tegas dalam Qs. 2:47 yang artinya; “Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu daripada semua umat di alam ini (pada masa itu).” Perbandingan ayat tersebut ada kemiripan dengan yang menegaskan atau menyatakan keutamaan seluruh manusia atas makluk lainnya, seperti dalam Qs. 17:70 yang artinya “Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”

Dalam dua ayat tersebut tentu saja kita pun bisa menemukan kesamaan antara kaum Bani Israil dan seluruh umat Manusia. Kalau umat Bani israil diberi keunggulan atau keutamaan atas seluruh alam. Begitu pula dengan dengan umat Manusia secara umum yang merupakan keturunan nabi Adam as,. (Bani Adam) itu yang diberikan keunggulan atau keutamaan atas makhluk lainnya. Jadi, sebenarnya; ketika Al Qur’an membicarakan tentang kaum Bani Israil, pesan secara umumnya itu untuk semua umat manusia, sebab ada persamaan karakter dengan keunggulan yang diceritakan dalam Al Qur’an, antara kaum Bani Israil dan kaum Bani Adam (manusia secara keseluruhan), saitu sama-sama diberikan keunggulan atas seluruh alam dan makhluk lainnya.

Ada pun perintah Allah kepada kaum Bani israil dengan perintah Allah kepada umumnya umat manusia itu sama di dalam ayat-ayat Al Qur’an. Mari kita coba bandingkan antara perintah Qs. 2:47 khusus untuk kaum bani Israil; “Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu daripada semua umat di alam ini (pada masa itu).” dengan QS 35:3 untuk umumnya manusia; “Wahai manusia, ingatlah nikmat Allah kepadamu! Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia. Lalu, bagaimana kamu dapat dipalingkan (dari ketauhidan)?” yang mana secara gambaran umum dalam perintah-Nya itu sama, guna eling pada nikmat Allah. Hal ini baru dari segi arti ayat, belum dari segi tafsir.

Pada akhirnya dari setiap kisah apa pun kisah yang tengah dibacanya pastilah mengandung ibroh, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Artinya ketika judul sebuah tulisan prosa menggunakan runtuyan diksi Bani Israil Adalah Kita, toh sejatinya keutamaan perintah-Nya itu sama, guna eling pada nikmat Allah yang sudah diberikan. Demikian juga dengan karakter manusia secara keseluruhan yang memiliki kodrati pembangkang. Dan yang mana ketika kita mengamati situasi dan kondisi di ini zaman, dengan penuh keseriusan, maka karaker yang tengah terjadi tidak jauh beda dari yang sudah dikalamkan dalam Al Quran. Artinya gunanya memehami ayat a dalam Al Quran itu untuk memahami kejadian b yang tengah mengatmosfir.

Pada akhirnya, tulisan ini bukan untuk mencari titik benar dan salah, melainkan bagaimana kita untuk lebih bisa mentadabburi dari setiap aspek kisah yang tengah terjadi dan terlakoni dalam alur perjalanan hidup dan kehidupan kita. Pada akhirnya sebuah simpulan, apa pun itu objek kritisnya, harus berpijak dari alur tabayun, muhasabah dan fakta sebagai sumber inti. [Li]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *