Bandung – RA | Pada usia yang ke-77 tahun, Suplan Azhari merilis buku keduanya yang berjudul “Senja Yang Tersisa”, judul tersebut dibuat karena mengingat usianya yang nyaris 80 tahun dan memanfaatkan waktu untuk menulis melalui kekuatan ingatannya.
Penulis Buku, Suplan Azhari menyampaikan bahwa, “Penyusunan memoar ini memang ditujukan untuk terapi demensia dengan menulis bagi lansia. Dalam proses penulisannya sendiri mulai Oktober 2019 s.d. Februari 2023 dan sisanya proses penyuntingan hingga januari 2024,” ungkapnya dalam diskusi di Kedai Jante – Bandung, Jumat, (01/03/24).
Dalam diskusi tersebut, ia kerap berkisah tentang perjalanan semasa aktif bekerja, antara lain: perjalanan tugas negara ke daerah-daerah di Indonesia hingga luar negeri. Ada juga patahan cerita pertemuan dengan Mohamad Hatta dan Hamengkubuwono IX saat masih aktif sebagai mahasiswa dalam rangka konsultasi dan mendorong pemisahan provinsi Bangka.
Selain itu, Vudu Abdul Rahman sebagai pengantar kisah perjalanan Suplan Azhari menyampaikan bahwa terapi demensia melalui tulisan telah menemukan wujudnya. Ia berharap, kelak memoar tersebut menjadi literatur terkait generasi tua mendominasi sebuah negara.
Vudu mengulas, “Waktu itu, pemaparan dengan Shiho Sawai, Dosen dari Kyoto Sangyo University bahwasanya ia tertarik dengan konsep Menulis sebagai Terapi Demensia. Shiho merasa Jepang sudah mulai kekurangan generasi muda,” ujarnya.
“Saat Indonesia menuju masa emas yang disebut bonus demografi justru Jepang mengalami fenomena sebaliknya. Bahwa, Jepang bakal didominasi oleh masyarakat yang berusia tua (tidak produktif). Sehingga, Shiho merasa harus mengadopsi metode tersebut agar para lansia yang akan mendominasi Jepang tetap produktif dalam keadaan terbatas,” ungkap Vudu kepada ruangatas.com.“ ***