Artikel Pendidikan – RA | Indonesia memiliki anugrah besar dengan Filosofi pendidikannya yang dicetuskan Oleh Ki Hajar Dewantara. Layaknya gadis desa yang memiliki kecantikan natural dengan ciri khas yang tidak dimiliki negara lain. Finlandia misalnya, negara yang dikenal dengan sistem pendidikan terbaiknya, menggunakan Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara lebih dari 20 tahun silam. Filosofis Pendidikan Ki Hajar adalah resep bagi setiap warga negara agar menjadi manusia seutuhnya sebagai garis pembeda dengan makhluk tuhan lainnya. Manusia mampu menjadi apapun dan merubah apapun dengan pendidikan. Tergantung kearah mana manivestitasi itu bermuara.
Kita berusaha terbangun dari mimpi buruk yang sedang dialami dunia pendidikan saat ini. Sekolah seakan menjadi sebuah pabrik yang mencetak siswa menjadi produk yang harus melalui seleksi Quality Control dengan standard-standard pendidikannya. Tanpa kita sadari bahwa siswa adalah sumber lahirnya ilmu-ilmu pendidikan sejak dulu hingga masa yang akan datang. Selain itu proses pendidikan harus ditempuh sepanjang hayat “minal Mahdi ilall lahdi” dari buaian hingga sampai di titik kematian, sehingga keberhasilan proses pendidikan tidak bisa diukur dengan pencapaian sebuah angka.
Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita belum mampu menyehatkan mental siswa. Arah hadap pendidikan belum sepenuhnya tertuju pada kebutuhan belajar siswa. Digitalisasi pembelajaran yang digaungkan, nyatanya hanya baru sebatas branding supaya terkesan tidak ketinggalan jaman. Esensi dari sebuah proses pembelajaran kian dikesampingkan demi mencapai tujuan pembelajaran serta target angka dan data yang bersifat administratif.
Selain itu pergantian kurikulum setiap dasawarsa seharusnya bisa menghantarkan siswa menjadi manusia yang merdeka. Bukan menjadikan manusia yang terjajah jiwa dan pemikirannya.
Lahirnya Kurikulum Merdeka dengan ruh Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, saat ini dipandang sebagai formula untuk meluruskan kekeliruan tersebut. Guru-guru menaruh besar harapan dengan lahirnya istilah Merdeka, untuk menghilangkan kesan kaku dan instruksional pada kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Pola gerak dari hulu ke hilir pun sebaliknya, perlu dilakukan agar kita sampai pada titik temu arah hadap pendidikan. Tugas kita bersama adalah bagaimana agar konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara harus disuarakan kemudian diimplementasikan oleh semua warga negara. Selain itu ketulusan serta hati nurani harus menjadi pedoman dalam melangkah, sehingga pendidikan kita betul-betul melahirkan siswa-siswi yang merdeka. (*)