Oleh : Husnataria, S.Pd (Guru Kelas 4 SDN 1 Muara Burnai 2 Kab. Ogan Komering Ilir Prov. Sumatera Selatan)
Pendidikan sekolah dasar merupakan tahap pendidikan formal pertama di Indonesia. Pendidikan ini diberikan kepada anak-anak usia 6-12 tahun yang belum mencapai tingkat pendidikan menengah pertama. Tujuan pendidikan sekolah dasar adalah memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan kepada anak-anak sehingga mereka siap melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan sekolah dasar mencakup pembelajaran mata pelajaran seperti matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, serta pendidikan jasmani dan kesehatan, dan lain-lain. Siswa-siswi di sekolah dasar juga diajarkan nilai-nilai moral dan etika, serta keterampilan sosial. Pendidikan sekolah dasar juga memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan sosial, kognitif, motorik, dan bahasa.
Menurut pemahaman penulis, dalam konteks Kurikulum Merdeka yang diakses dari ditpsd.kemdikbud.go.id bahwa, sekolah diharapkan dapat mengembangkan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi siswa setempat. Sekolah diberikan kebebasan untuk menentukan materi pelajaran, metode pengajaran, dan penilaian yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pendidikan sekolah dasar menurut Kurikulum Merdeka mendukung pendekatan pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, inovatif, dan kolaboratif serta memilih dan menyesuaikan kurikulum dengan lingkungan dan karakter siswa, dan kebutuhan lokal. Hal ini dilakukan agar pendidikan dapat diarahkan sesuai dengan kebutuhan siswa dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna.
Pendidikan sekolah dasar menurut Kurikulum Merdeka juga mendorong penggunaan metode pembelajaran yang lebih interaktif, misalnya pengajaran berbasis proyek, kolaborasi antar siswa, dan penerapan teknologi dalam pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan sosial, keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan problem solving siswa.
Selain itu, penilaian dalam Kurikulum Merdeka juga berfokus pada pengembangan sikap dan kemampuan siswa secara holistik. Selain penilaian akademik, aspek-aspek seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang relevan untuk kehidupan sehari-hari juga diukur dan dinilai. Dengan Kurikulum Merdeka, diharapkan pendidikan sekolah dasar dapat lebih relevan, efektif, dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Berdasarkan hasil observasi di kelas IV SDN 1 Muara Burnai 2 terdapat masalah yang sering muncul dalam pembelajaran IPA. Masalah tersebut diantaranya kurangnya ketersediaan media pembelajaran sehingga perhatian siswa tidak terpusat pada pemberian materi yang dilakukan oleh guru. Maka dari itu, sebagai guru yang merupakan pasilitator bagi siswa, mencoba untuk uji coba mengampaikan materi IPA di kelas IV sebelum dan sesudah melalui media audio visual pada materi siklus air. Harapannya, melalui media tersebut, siswa-siswi dapat tergambarkan secara konkret dan mudah untuk dipahami serta hasil belajar siswa dapat berkembang secara optimal. Sejalan dengan pendapat Sajidan (2017:71) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku. Dalam pengertian yang lebih luas, hasil belajar meliputi bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sederhananya, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa ialah kemampuan yang dimiliki anak setelah melalui kegiatan belajar.
Penggunaan media dalam pelaksanaan proses pembelajaran sangatlah penting. Karena dengan adanya media siswa dapat belajar secara konkret, apalagi dengan penggunaan media audio visual, siswa bukan hanya mendengarkan apa yang di jelaskan oleh guru. Sebab media yang berbasis tehnlogi ini sesuai dengan zaman sekarang dimana hal ini sangat dibutuhkan. Selaras dengan pendapat Ahmad Rohani dalam jurnal “Media Pembelajaran Berbasis Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Terpadu di MTS Negeri 1 Pasuruan” karya Rifandi (2018) menyatakan bahwa media audio visual merupakan kemajuan ilmu dan teknologi dapat dikatakan media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam menggunakan media audio visual, yakni :
1. Persiapan
Dalam tahap persiapan, Guru membuat (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang di dalamnya terdapat materi siklus air serta menyiapkan video mengenai siklus air yang dapat dicari di platform_flatform atau aplikasi lainnya. Kemudian, peralatan yang perlu dipersiapkan adalah laptop, projector dan sound system.
2. Pelaksanaan/penyajian
a. Pada tahap penyajian, Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat. Pembelajaran melalui metode konvensional, kemudian lakukan tindak lanjut.
b. Pada tahap ini juga, Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat. Pembelajaran melalui ausio visual, kemudian lakukan tindak lanjut.
3. Tindak lanjut
Di tahap ini, guru melakukan observasi, tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan. Berikan soal pre test sebelum dan sesudah menggunakan media. Sehingga guru dapat membandingkan, apakah dengan penggunaan media dapat menambah motivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajarnya ataukah sebaliknya.
Hasil belajar siswa sebelum dan setelah menggunakan media audio visual pada mata pelajaran IPA materi siklus air di kelas IV SDN 1 Muara Burnai 2
Hasil belajar siswa kelas IV di SDN 1 Muara Burnai 2 pada mata pelajaran IPA materi siklus air dapat dilihat dari hasil pre test yang diberikan sebelum menggunakan media audio visual dapat dikatakan rendah serta banyak yang tidak mencapai KKM. Siswa yang mendapat nilai tuntas belajar atau mencapai KKM sekitar 30 % dan motivasi belajar siswa cukup rendah. Selanjutnya, guru membandingkan menggunakan media audio visual. Guru bertindak sebagai observer, melihat banyak anak yang antusias untuk memperhatikan tayangan video sehingga terlihat dari segi keaktifan, kedisiplinan, dan motivasi siswa cukup meningkat. Dilihat dari hasil pre test yang diberikan setelah menggunakan media audio visual dapat dikatakan signifikan atau meningkat serta banyak yang mencapai diatas KKM. Siswa yang mendapat nilai tuntas atau mencapai KKM sekitar 80 %.
Maka dari itu, hasil dari perbandingan di atas sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Oka (2017), bahwa manfaat media pembelajaran dapat membangkitkan keingintahuan dan minat baru, membangkitkan dan merangsang motivasi untuk belajar, serta memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak manusia.
Dapat kita simpulkan, bahwa penggunaan media pembelajaran sangat berperan penting dalam menyampaikan materi pembelajaran bagi siswa. Penggunaan media pembelajaran dapat memberikan berbagai manfaat bagi proses pembelajaran. Pembelajaran yang menarik dan interaktif dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran seperti gambar, video, dan animasi dapat membuat materi pembelajaran menjadi lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa.
Media pembelajaran dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang kompleks dengan cara yang lebih visual dan konkret. Gambar, diagram, dan simulasi dapat membantu siswa untuk memvisualisasikan konsep-konsep abstrak menjadi lebih nyata.
Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran melalui audio visual khususnya di SDN 1 Muara Burnai 2 terbukti dapat menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar, motivasi, dan kualitas pembelajaran dibandingkan melalui pembelajaran berbasis konvensional. Selain itu, penggunaan media berbasis digital mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan global saat ini.
Daftar Pustaka
– Direktorat Sekolah Dasar (2023), Kurikulum Merdeka. (Diakses pada 1 Februari 2024).
https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/kurikulum-merdeka
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-merdeka/
– Oka, G.P.A. (2017). Media dan Multimedia Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Rifandi, Muhammad Sofi (2018). Media Pembelajaran Berbasis Audio Visual Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Terpadu Di MTs Negeri Pasuruan. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, 4, 98.
– Sajidan (2017). Jurnal Dwija Utama. Surakarta: Forum Komunitas Guru Pengawas Surakarta.