Artikel Pendidikan – RA | Sekolah Dasar pada hakikatnya merupakan tingkat pendidikan awal yang ditempuh oleh anak-anak di Indonesia. Sekolah Dasar (SD) merupakan lembaga pendidikan formal yang dikelola baik oleh pemerintah maupun swasta. Wajib belajar di SD adalah enam tahun, dimulai pada usia enam tahun sampai usia dua belas tahun. Pada tingkat Sekolah Dasar, anak-anak diajarkan tentang banyak hal yang mendasar seperti membaca, menghitung, menulis, sains, sejarah budaya dan bahkan olahraga. Pendidikan yang diberikan pada tingkat SD dimaksudkan untuk membangun dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan anak-anak dalam rangka menghadapi pendidikan yang lebih tinggi. SD juga memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
Pendidikan masa kini merupakan sebuah tantangan besar bagi para siswa dan guru karena ada banyak perubahan dalam pendekatan, teknologi, dan tren di dunia pendidikan. Pendidikan masa kini cenderung lebih terfokus pada pengembangan keterampilan soft skills seperti kreativitas, kolaborasi, pemecahan masalah, dan komunikasi. Teknologi juga memainkan peran penting dalam pendidikan saat ini, dengan penggunaan perangkat mobile, platform pembelajaran online, dan aplikasi pendidikan yang memudahkan siswa dan guru dalam mengakses dan berbagi informasi. Pendidikan masa kini juga lebih menekankan pada pembelajaran sepanjang hayat, di mana siswa dan guru harus terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti perkembangan dunia.
Pengembangan kurikulum Indonesia diharapkan menghasilkan insan yang produktif, kreatif dan inovatif melalui penerapan pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dalam mengeksplorasi, menemukan, dan menerapkan ide-ide, penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi (Mulyasa, 2016).
Selain itu, kurikulum diharapkan dapat memberikan penekanan pada peningkatan kualitas pembelajaran dengan menghadirkan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja dan kehidupan sosial. Selain itu, melalui pengembangan kurikulum yang tepat, diharapkan siswa dapat mengembangkan sikap positif, etika kerja, tanggung jawab sosial, dan kemampuan kepemimpinan, sehingga dapat memperkuat karakter dan kepribadian siswa. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mengakomodasi perubahan dan kebutuhan perkembangan zaman, sejalan dengan kemajuan teknologi dan globalisasi.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan terdapat masalah yang sering muncul dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Kuripan 01. Masalah tersebut diantaranya kurangnya ketersediaan media pembelajaran yang mendukung materi pembelajaran IPA, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih banyak menggunakan metode lama yang berpengaruh terhadap perhatian siswa tidak terpusat pada pemberian materi yang dilakukan oleh guru.
Oleh sebab itu, sebagai guru kelas kita bersepakat bersama-sama untuk membuat media yang akan digunakan dalam pembelajaran IPA di kelas IV pada materi siklus air. Selain menambah wawasan dan pengetahuan, siswa juga dapat mengembangkan keterampilan dalam pembuatan media pembelajaran. Sekaligus media yang dikembangkan ini akan membantu siswa dalam memahami proses pembelajarannya.
Pembuatan Media dan Pengaplikasiannya
Dalam proses pembelajaran penggunaan media di sekolah merupakan hal yang sangat penting, kedudukan media tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Menurut Setyosari dan Sihkabuden, (2005) mengungkapkan bahwa media merupakan saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan tertentu. Proses pembelajaran dikatakan berjalan jika ada fungsi sebuah media. Media dalam proses pembelajaran bisa berupa guru atau sumber pesan lainnya. Sedangkan kata pembelajaran merupakan padanan kata dari bahasa Inggris (instruction) yang berarti menekankan pada proses belajar. Media pembelajaran berupa suatu (alat, bahan dan keadaan) yang digunakan sebagai perantara komunikasi pada proses pembelajaran.
Pada pembuatan media diorama siklus air ini siswa ditugaskan membawa dua set wadah bening, yang mana set wadah pertama digunakan untuk mengetahui proses terjadinya penguapan dan pengembunan. Pada set wadah yang kedua digunakan untuk menjelaskan dampak yang disebabkan oleh air.
Berdasarkan pengaplikasiannya, dapat diilustrasikan sebagai lautan yang nantinya air laut tersebut akan disimbolkan dengan menggunakan air panas, kemudian air laut tersebut akan mengalami penguapan. Pada atap wadah terdapat es batu yang disimbolkan untuk mengetahui proses pengembunan. Setelah atap tersebut mengalami pengembunan dan membentuk titik-titik air selanjutnya embun tersebut menetes ke permukaan tanah yang disebut sebagai hujan.
Pada set kedua terdapat atap yang berisi air, yang mana di permukaan bawah atap tersebut terdapat lubang-lubang kecil. Karena terdapat lubang-lubang kecil, selanjutnya air dari atas tersebut akan jatuh ke permukaan tanah. Pada permukaan tanah terdapat dua jenis tanah yang disediakan,yang pertama tanah di pedesaan dan yang kedua tanah di perkotaan. Dapat kita ketahui bahwa tanah pedesaan belum tertutup oleh aspal dan beton, akan tetapi pada tanah perkotaan umumnya sudah tertutupi oleh aspal dan beton. Sehingga siswa dapat mengidentifikasi bagaimana dampak yang dihasilkan oleh air yang menetes ke permukaan tersebut.
Berdasarkan praktik di lapangan, media diorama siklus air dapat membantu siswa dalam melakukan aktivitas saintifik yaitu kegiatan yang terdapat pada lembar kerja siswa dalam media diorama siklus air membantu siswa melakukan aktivitas saintifik, diantaranya mengamati, menalar, melakukan percobaan, dan mengkomunikasikan.
Dengan adanya pembuatan dan penggunaan media diorama siklus air ini maka siswa terlihat lebih aktif, senang dalam mengikuti pembelajaran, serta membuat siswa lebih mandiri dalam menemukan konsep materi yang sedang dipelajari. Hasil yang diharapkan dari pembelajaran tersebut adalah terciptanya media diorama siklus air yang layak digunakan untuk mempelajari materi proses siklus air pada pembelajaran IPA untuk kelas IV sekolah dasar. Guru dan siswa tidak perlu menyediakan alat dan bahan yang mahal, melainkan dapat menggunakan barang-barang yang bekas namun layak untuk dipakai dan mendukung untuk pembuatan media pembelajaran.
Maka dari itu, dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran IPA dalam penggunaan media sangat membantu siswa untuk memahami tentang apa yang ia pelajari. Tindakan tersebut tentunya tidak berpusat kepada guru atau siswa saja, melainkan lebih saling bersinergi untuk menciptakan suasana belajar yang aktif serta efektif dalam proses pembelajaran, khususnya peningkatan pemahaman siswa pada materi siklus air. Tidak hanya pengetahuan saja yang siswa dapatkan tetapi siswa dapat terampil dalam membuat media dan berkreasi sesuai keinginannya masing-masing. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran apapun ketika media pembelajaran di sekolah terbatas maka hal yang dapat kita lakukan adalah mencari cara atau solusi agar pembelajaran dapat teratasi sehingga siswa mampu memahami materi yang kita sampaikan.
Daftar Pustaka:
Mulyasa, E. (2016). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Setyosari, P., & Sihkabuden. (2005). Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas.