Penulis: Timothy Darmanto Wijaya (Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Padjadjaran)
Spirulina platensis merupakan mikroalga yang termasuk dalam cyanobacteria atau alga hijau-biru. Pada tahun 1974, spirulina dinyatakan oleh Konferensi Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai “super food”, makanan terbaik demi masa depan.
Spirulina dikenal karena kandungan nutrisinya yang luar biasa, diantaranya tinggi kandungan protein (sekitar 55-70%) dengan semua jenis asam amino esensial, asam lemak esensial, tinggi vitamin B, zat besi, magnesium, kalium dan banyak vitamin dan mineral lainnya, klorofil, fikosianin dan antioksidan. Hal ini membuat Spirulina diyakini bisa bertindak sebagai produk makanan penyembuh atau obat. Selain itu, meninjau kandungan proteinnya yang tergolong sangat tinggi, spirulina berpotensi menjadi komoditas pangan yang mampu menanggulangi kasus kekurangan gizi seperti stunting. Spirulina sudah cukup banyak dibudidayakan di Indonesia. Tidak seperti negara produsen spirulina lainnya seperti Amerika Serikat, Taiwan, dan Cina yang hanya dapat memproduksi spirulina dimusim panas, Indonesia yang beriklim tropis berpotensi untuk memproduksi spirulina sepanjang tahun.
Spirulina dipasaran lebih banyak dikenal dalam bentuk suplemen dan bubuk saja sehingga pengenalan masyarakat Indonesia terhadap spirulina tergolong rendah, padahal sudah banyak penelitian untuk menggunakan spirulina dalam berbagai jenis produk pangan, salah satunya roti. Produk roti sudah tidak asing di Indonesia. Rata-rata konsumsi roti di Indonesia sendiri terus bertambah setiap tahun, berdasarkan data dari Kementrian Pertanian, pada tahun 2014 konsumsi mencapai 3.244 bungkus kecil dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 19.085 bungkus kecil. Sayangnya, produk olahan roti yang digemari banyak orang ini cenderung rendah nilai gizi, oleh karena itu penambahan spirulina menjadi ide menarik dalam rangka meningkatkan kandungan nutrisinya.
Kandungan nutrisi atau nutrien dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni makronutrien dan mikronutrien.
Makronutrien adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tubuh karena mereka menyediakan energi dan berfungsi sebagai bahan bangunan untuk sel dan jaringan, meliputi karbohidrat, protein dan lemak. Mikronutrien adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh tubuh, tetapi peran mereka sama pentingnya dengan makronutrien, meliputi vitamin dan mineral. Berdasarkan berbagai penelitian selama 10 tahun terakhir, penambahan spirulina pada produk roti terbukti meningkatkan beberapa kandungan nutrien, diantaranya :
1. Protein
Kandungan protein terbukti meningkat secara signifikan. Kenaikan kandungannya berbanding lurus dengan persentase jumlah spirulina yang ditambahkan kedalam roti. Sebagai contoh, roti dengan penambahan spirulina sebanyak 2%, 4%, dan 6% mengandung 10,4%, 14,3%, dan 16,4% protein secara berurutan. Selain itu, daya cerna protein yang terkandung tergolong tinggi dengan bioavailibilitas 63-69%.
2. Vitamin
Vitamin yang telah terbukti terkandung adalah, vitamin B1, B2, dan β-karoten. Sebagian besar kandungan vitamin lainnya mengalami degradasi selama proses pemanggangan roti. Vitamin B1, dan B2 memiliki peran dalam menjaga kesehatan jantung, metabolisme tubuh, saraf, dan sebagai antioksidan. β-karoten, bail untuk menjaga kesehatan mata, kulit, dan juga sebagai antioksidan.
3. Mineral
Kandungan mineral secara keseluruhan terbukti meningkat secara signifikan bahkan dengan penambahan spirulina yang sedikit. Kenaikan paling signifikan tampak pada mineral kalsium, fosfor, zat besi, dan magnesium. Mineral-mineral ini penting untuk menjaga kesehatan tulang, pembentukan darah, produksi energi, memelihara fungsi otot dan saraf, serta menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Diharapkan melalui inovasi terhadap komoditas spirulina pengenalan masyarakat pun dapat meningkat yang kemudian meningkatkan juga konsumsinya sehingga manfaat gizi dari spirulina bisa dirasakan secara nyata.***
Daftar pustaka :
Al-Kanhal, I. S., Al-Mohizea, A. I., Al-Othaimeen, M., & Akmal Khan, M. A. (1999). Nutritive value of various breads in Saudi Arabia. International Journal of Food Sciences and Nutrition, 50(5), 345–349. https://doi.org/10.1080/096374899101076
Belay A. (2000). Vonshak, A. (Ed.): Spirulina platensis (Arthrospira). Physiology, Cell Biology and Biotechnology. Photosynthetica, 38(4), 149–149. https://doi.org/10.1023/A:1012498515734
Soni AFM, Gunawan A, & Munandar DS. (2010). Budidaya Masal Spirulina Platensis di Perairan Laut Jepara. Prosiding Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur III, IPB International Convention Center, Bogor 7 Oktober 2010.