Oleh : Hely Oliyah, S.Pd (Guru Kelas 1 SDN 3 Cibunigeulis)
Melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan potensi diri, salah satunya adalah pengembangan kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik halus anak yang belum berkembang, dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pendidikan baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Motorik halus menurut (Bambang Sujiono, 2008: 1.14) adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dengan tangan sehingga seorang anak mencapai kemampuan sesuai dengan perkembangannya. Sedangkan menurut Richard Decaprio (2013: 41) unsur-unsur motorik meliputi kekuatan, kecepatan, power, ketahanan, kelincahan, keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi. Akan tetapi dalam motorik halus hanya diperlukan pada penguatan jari-jari tangan, koordinasi antara mata dengan tangan, dan fleksibilitas atau kelenturan jari-jari tangan serta telapak tangan.
Pengembangan keterampilan motorik halus pada anak harus tetap dilakukan karena hal tersebut sangat diperlukan, agar mereka mampu melakukan aktivitas sehari-hari dalam menggunakan motorik halus secara mandiri, serta dalam bidang akademik anak mampu mengikuti pembelajaran dikelas yang berkaitan dengan kemampuan menulis anak. Hal ini dilakukan karena menulis adalah salah satu cara untuk memperoleh informasi akademiknya.
Selain itu berkembangnya keterampilan motorik halus dan motorik kasar yang berfungsi dan mendasari semua aspek kegiatan dalam kehidupan sehari-harinya, meliputi keterampilan, pengembangan bahasa dan bicara, serta kemampuan kognitif dan tugas akademik lainnya. Hambatan belajar yang sering dijumpai pada anak dalam proses pembelajaran sering kali terkait dengan masalah-masalah yakni pemusatan perhatian, menyelesaikan tugas-tugas, mengatur tindakan (perilaku), kesulitan dalam mengikuti perintah, mengajukan pertanyaan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas 1 SDN 3 Cibunigeulis tentang kemampuan motorik halus anak. Motorik halus anak yang belum dikembangkan dengan optimal akan terlihat saat anak belum bisa membuat garis dengan benar, tangan anak masih terlihat kaku dalam membuat garis yang berkaitan dengan pembelajaran motorik halusnya. Koordinasi mata dengan tangan belum bagus, hal tersebut terlihat ketika anak sedang belajar, pandangan anak tidak tertuju pada kegiatan yang sedang dilakukan tetapi anak sering melihat disekelilingnya. Selain itu pembelajaran yang diberikan baru sebatas mencoret-coret semaunya sendiri tanpa diberikan arahan. Anak juga terlihat tidak tertarik dengan pembelajaran yang sedang berlangsung, hal ini terlihat ketika anak tidak fokus dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung, fokus anak dalam pembelajaran yang sedang berlangsung hanya mampu fokus beberapa detik saja. Apabila hal ini tidak ditingkatkan maka siswa akan mengalami beberapa kesulitan, bahkan bisa saja berdampak pada prestasi belajar siswa khususnya pada aspek menulis dan mengikuti pembelajaran selanjutnya. Selain itu kemampuan motorik halus kepada siswa jika tidak ditingkatkan maka akan berdampak pada kemandirian siswa.
Dengan adanya permasalahan di atas, dalam fenomena seperti ini seorang guru harus menggunakan teknik yang cocok untuk memecahkan hambatan pada siswa tersebut. Seperti yang dilakukan penulis, dalam proses pembelajaran melalui teknik finger painting sebagai upaya membantu siswa dalam meningkatkan motorik halusnya. Menurut Sumanto (2005:53) Finger painting adalah jenis kegiatan membuat gambar yang dilakukan dengan cara menggoreskan adonan warna (bubur warna) secara langsung dengan jari tangan secara bebas di atas kertas gambar. Jari di sini adalah semua jari tangan, telapak tangan, bahkan sampai pergelangan tangan. Teknik ini cocok untuk diterapkan di sekolah dasar, tidak hanya merangsang dalam peningkatan motorik halus saja, melainkan banyak sekali manfaatnya dalam penggunaan teknik finger painting bagi siswa.
Tindakan dalam pelaksanaan pembelajaran ini berupa penggunaan teknik finger painting untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada siswa kelas 1 SDN 3 Cibunigeulis. Tindakan tersebut dilaksanakan dalam tiga siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus III. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil yang diperoleh dari siklus ini didapat dari yang dilakukan siswa ketika membuat suatu karya dengan menggunakan finger painting dan post test sebagai alat ukur keberhasilannya.
Dalam penggunaan teknik fingger painting guru mempersiapkan alat dan bahan yang tidak terlalu susah, guru hanya mempersiapkan tepung kanji atau tepung lainnya, perekat/lem dan pewarna makanan. Cara membuatnya, larutkan tepung dengan air secukupnya lalu beri perekat sedikit serta campurkan pewarna makanan sesuai keinginan. Namun, dalam pembelajaran pada teknik ini disarankan melakukannya tidak hanya satu kali, karena pemberian rangsangan yang dilakukan hanya satu kali dalam perkembangannya tidak akan terlihat secara signifikan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 92) penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen pokok yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan tindakan dilakukan observasi dengan pengamatan yang akan berlangsung sebanyak 3 pertemuan dengan 2 kali tindakan dan 1 kali evaluasi (post test). Satu kali pertemuan sama dengan 1 jam pelajaran. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam implementasi tindakan adalah sebagai berikut:
1) Tahap persiapan
a) Menjelaskan gambaran dan prosedur permainan
Guru menjelaskan prosedur teknik finger painting kepada subyek sebelum pembelajaran dimulai.
b) Menyiapkan peralatan yang digunakan
Guru menyiapkan alat dan bahan yang digunakan, yaitu menyiapkan kertas dan cat warna serta melindungi anak supaya baju yang anak kenakan tidak kotor.
2) Tahap pelaksanaan
a) Subyek melakukan permainan dengan menggunakan metode finger painting
Pelaksanaan ini telah dijelaskan bahwa siswa melaksanakan praktik secara langsung. Melakukan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan motorik halus tangan. Anak harus membuat suatu karya sesuai dengan contoh yang diberikan guru.
b) Pengamatan terhadap jalannya permainan
Saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan seksama.
c) Menghentikan pembelajaran
Guru menghentikan pembelajaran yaitu ketika anak sudah selesai membuat sebuah karya seperti yang diajarkan atau dicontohkan guru.
3) Tahap penutup
a) Evaluasi terhadap siswa
Guru memberikan pertanyaan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan terhadap siswa.
b) Evaluasi terhadap perlakuan
Dari perlakuan yang sudah terlaksana, hal apa saja yang perlu diperbaiki. Apakah metode sudah cukup menyenangkan bagi anak. bagaimana peningkatan keterampilan motorik halus siswa. Evaluasi ini dilihat dari keseluruhan proses pelaksanaan metode finger painting, dari persiapan awal sampai dengan akhir pelaksanaan dan evaluasi.
c. Tahap observasi
Pengamatan/observasi dilakukan dengan menggunakan panduan observasi yang telah dibuat guru dengan sederhana. Pengamatan tersebut dilakukan dengan fokus pengamatan selama pelaksanaan pembelajaran terhadap anak, yakni sebagai berikut:
1) Pengamatan tentang partisipasi siswa dalam pembelajaran
2) Pengamatan tentang ketertarikan siswa dengan teknik yang digunakan
3) Pengamatan tentang cara melakukan / tindakan anak ketika proses pembelajaran
d. Tahap refleksi dan kriteria keberhasilan
1) Refleksi
Kegitan refleksi merupakan kegiatan untuk melihat dampak dari tindakan yang telah diberikan. Refleksi dilakukan jika guru telah memberikan tindakan kepada siswa. Hal ini dapat membantu guru mengetahui seberapa besar peningkatan dari rancangan tindakan yang telah ditetapkan, serta mengetahui permasalahan yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Permasalahan yang muncul di kelas dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan perencanaan ulang untuk penyempurnaan, merevisi rancangan yang akan dilaksanakan pada tindakan selanjutnya yakni rancangan perbaikan pada siklus II. Apabila pencapaian yang diperoleh subjek pada tindakan siklus I belum memenuhi keberhasilan minimal, maka perlu dilakukan perbaikan tindakan siklus II. Perbaikan tindakan siklus II dilakukan agar diperoleh hasil yang optimal dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Lalu, siklus III penggunaan (post test), anak diberi tantangan salah satunya adalah anak mencoba membuat suatu garis dan menghubungkannya dengan garis lainnya, hal ini merupakan upaya untuk mengukur kemampuan motorik halusnya.
Maka, dapat kita tarik kesimpulannya bahwa kegiatan finger painting cocok diterapkan kepada siswa, terutama seperti yang dilakukan uji coba oleh penulis di kelas 1 SDN 3 Cibunigeulis. Selain itu, terdapat manfaat fingger painting dalam proses pembelajaran secara garis pandang penulis.
1. Finger painting dapat meningkatkan motorik halus secara signifikan.
2. Memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran sebab kegiatan ini termasuk kreatif dan menarik.
3. Hasil kreativitas siswa yang menggunakan teknik finger painting menghasilkan karya lukisan yang unik.
4. Kegiatan finger painting merupakan kegiatan yang menggunakan jari tangan yang membantu siswa untuk mengeksplor kreativitasnya dan memberikan kebebasan untuk berkreasi sehingga siswa mampu menyalurkan keinginannya untuk menggambar apa saja yang ada dalam pikirannya.
5. Kegiatan finger painting dapat menarik minat siswa tingkat sekolah dasar dalam pembelajaran, sebab anak senang bermain dengan warna yang disukainya sehingga meningkatkan perkembangan kreativitas seni siswa.
6. Mengembangkan kreativitas dan imajinasi serta siswa dapat merasakan langsung proses membuat campuran dan memadukan warna, terutama pembelajaran melalui teknik fingger painting ini dapat memberikan manfaat bagi siswa serta pembelajaran ini bersifat menyenangkan.
Daftar Pustaka:
Bambang Sujiono. (2008). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Richard Decaprio. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press.
Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumanto. (2005) . Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.