Ketua DPRD Garut Minta Maaf setelah Ejek Guru Honorer: Reaksi dan Dampaknya

Garut – RA | Pernyataan kontroversial Ketua DPRD Garut, Euis Ida, yang dianggap mengejek guru honorer telah memicu kemarahan dan kekecewaan di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan tenaga pendidik.

Dalam sebuah video viral yang diunggah netizen, Euis Ida menyampaikan komentar yang dianggap merendahkan perjuangan para guru honorer yang melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor DPRD Garut pada Jumat (14/6/2024) sore.

Euis yang bergegas untuk masuk ruangan sempat bernarasi di hadapan sejumlah perempuan berpakaian guru. “Sok narangis didinya nya. Sing sae (Silakan menangis di situ. Yang bagus),” ucap Euis dalam bahasa Sunda.

Sebuah pernyataan itu dianggap oleh banyak pihak sebagai bentuk ketidakpedulian terhadap kondisi sulit yang dialami oleh para guru honorer.

Reaksi Publik dan Tenaga Pendidik

Reaksi keras datang dari berbagai pihak. Banyak guru honorer yang menyuarakan kekecewaan mereka melalui komentar media sosial. Mereka merasa pernyataan tersebut tidak menghargai dedikasi dan pengorbanan mereka dalam dunia pendidikan.

“Kami bekerja keras dengan gaji yang sangat minim, dan kami merasa tidak dihargai dengan komentar seperti itu,” ujar seorang guru honorer yang tidak ingin disebutkan namanya. “Kami berharap ada perhatian yang lebih serius terhadap kesejahteraan kami, bukan justru ejekan.”

Euis Ida Sampaikan Permohonan Maaf atas Pernyataannya yang Kontroversial

Setelah pernyataannya yang kontroversial viral, Ketua DPRD Garut, Euis Ida, menyampaikan permohonan maaf.

“Atas nama pribadi, saya menyampaikan permohonan maaf atas perkataan yang dirasakan menyinggung para peserta unjuk rasa dari kalangan guru honorer,” kata Euis kepada wartawan, Sabtu malam.

Euis menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud merendahkan. Namun, situasi unjuk rasa pada Jumat sore membuatnya spontan mengeluarkan pernyataan tersebut.

“Kami sangat menghargai aspirasi dan perjuangan kalangan guru-guru honorer untuk menjadi guru PPPK. Kami terus berkonsultasi dan menyampaikan usulan tersebut kepada pemerintah pusat melalui berbagai kesempatan,” ucap Euis.

Dampak Jangka Panjang

Kontroversi ini telah membuka diskusi lebih luas tentang kesejahteraan guru honorer di Garut dan mungkin di Indonesia pada umumnya. Diharapkan bahwa insiden ini akan mendorong para pembuat kebijakan untuk lebih memperhatikan kondisi para tenaga pendidik, yang memainkan peran penting dalam membangun masa depan bangsa.

Situasi ini juga menjadi pengingat bagi para pejabat publik untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan yang dapat berdampak negatif terhadap kelompok masyarakat tertentu. Ke depannya, diharapkan akan ada dialog yang lebih konstruktif antara pemerintah dan para guru honorer untuk mencapai solusi yang adil dan bermartabat. ***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *