“Early Detection dan Early Intervension” Bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang Termasuk pada Kesulitan Belajar dan Kesulitan Belajar Spesifik

Artikel Pendidikan – RA | Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya. Menurut Heward dan Orlansky (1992:8) yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki atribut fisik atau kemampuan belajar yang berbeda dari anak normal, baik di atas atau di bawah, yang tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan fisik, mental, atau emosi. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia 2013, menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah: “Anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan,baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya”. Banyak kasus yang terjadi, minimnya kesadaran akan kondisi dan karakteristik anak. Sehingga banyak dijumpai anak berkebutuhan khusus yang telat di berikan intervensi dikarenakan telat mendapatkan diagnosa yang tepat, atau memang intervensi yang dilakukan tidak tepat sasaran karena tidak mendapatkan diagnosa yang tepat.

Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik khas yang berbeda-beda. Anak berkebutuhan khusus dapat dibedakan berdasarkan kesulitan belajar yang dihadapinya ; ada yang disebut anak berkebutuhan khusus dengan kesulitan belajar saja (learning disability) dan anak berkebutuhan khusus dengan kesulitan belajar spesifik (specific learning disability). Anak berkebutuhan khusus memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum, penegakkan diagnosa sangat penting dilakukan, selain untuk mengetahui apakah anak berkebutuhan khusus tersebut termasuk pada kesulitan belajar atau kesulitan belajar spesifik, hal ini dilakukan untuk memberikan intervensi yang tepat sasaran bertujuan untuk implikasi kehidupan pada masa depan anak berkebutuhan khusus.

Early detection dan Early intervention sangat diperlukan dalam penanganan pada anak berkebutuhan khusus, lebih awal kita mengetahui bahwa seseorang didiagnosa berkebutuhan khusus, maka harus ada action langsung, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memberikan dampak optimal terhadap anak yang memiliki kebutuhan khusus. Kemudian menjadi hal yang penting untuk mengklasifikasikan anak berkebutuhan khusus, apakah termasuk pada kesulitan belajar atau kesulitan belajar spesifik. Secara awam seringkali menggunakan istilah ‘kesulitan belajar’ pada semua kasus dimana ditemukan anak mengalami hambatan dalam proses pembelajaran. Secara awam pula, seringkali melabel itu semua dengan satu terminologi misalnya : “disleksia”,atau “kurang motivasi” atau “gak fokus” atau “hiperaktif”, atau “nakal”, dsb. Padahal, seyogyanya setiap kasus kesulitan belajar dapat dipetakan profilnya dengan seksama, mengarah pada satu diagnosis tertentu. Kesulitan belajar dapat terjadi karena faktor perilaku, atau karena faktor akademis, bisa juga karena faktor kesehatan, dan bisa saja terjadi karena gabungan faktor perilaku, akademis dan kesehatan dalam waktu yang bersamaan.

Istilah “KESULITAN BELAJAR” adalah kesulitan yang ditemui pada individu yang memang mengalami gangguan neurologis seperti tuna grahita, Autism Spectrum Disorder (Autis, Asperger Syndrome, PDD-NOS), Down Syndrome, Rett Syndrome, Childhood Disintegrative Disorder, Gangguan Dengar dan Gangguan Lihat berat, Cerebral Palsy, dan sindrom- sindrom lainnya. “Kesulitan Belajar” ini ditemukan pada kondisi dimana individu tersebut memiliki potensi kecerdasan/tingkat intelegensi yang di bawah rata-rata (Skor IQ <90). Karena potensinya yang berada di bawah rata-rata, tentu saja sudah dapat diduga bahwa individu tersebut kesulitan untuk menerima dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang seharusnya. Bahkan individu tersebut bukan hanya kesulitan mencerna materi pelajaran, namun materi keterampilan kehidupan dasar pun mungkin kesulitan.

Dalam klinisnya, kita akan temukan individu yang serba terlambat dalam perkembangannya, misalnya terlambat jalan, terlambat bicara, sulit memahami konsep bentuk dasar, sulit menguasai warna –warna dasar, berkomunikasinya ‘tidak nyambung’, sulit baca tulis dan hitung juga tentunya. Jadi, kesulitan belajar yang dialaminya bersifat umum, mengenai perkembangannya baik motorik kasar, motorik halus, berbahasa, kognisi, dan abstraksi, serta akademis. Kebutuhan kasus ini untuk belajar tentu saja sangat tergantung kepada kelainan yang mendasarinya. Seperti yang telah disebutkan di atas, kasus ‘kesulitan belajar’ bisa terjadi pada kasus autis, down syndrome, intellectual disability, dan lain sebagainya. Maka program ‘pembelajaran’ yang akan diterapkan sangat tergantung pada kasus apa yang sedang kita hadapi. Istilah “KESULITAN BELAJAR SPESIFIK” menunjukkan suatu kondisi dimana anak/individu yang diyakini mempunyai tingkat kecerdasan normal (bahkan tidak sedikit yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata), ternyata mengalami kesulitan yang signifikan dalam beberapa area perkembangan tertentu dalam kehidupannya.

Area perkembangan yang mengalami kesulitan itu ternyata SPESIFIK meliputi bidang-bidang akademis seperti (utamanya) kemampuan baca, tulis dan hitung.“Kesulitan Belajar Spesifik” inilah yang disebut sebagai DISLEKSIA (kesulitan belajar terutama di area berbahasa tulisan, bahasa lisan, dan bahasa sosial), DISKALKULIA (kesulitan belajar terutama di area berhitung), dan DISGRAFIA (Kesulitan belajar terutama di area menulis). Kenyataannya, dalam setting klinis, seringkali orang mengenali disleksia sebagai hal yang sederhana saja yakni ‘anak yang susah baca’, ‘anak yang kalau menulis maka tulisannya berantakan, banyak huruf hilang’, dsb. Padahal ‘kesulitan belajar spesifik’ tidak sesederhana itu, karena selain meliputi kesulitan di bidang akademis, KBS juga menunjukkan kesulitan dalam menumpukan perhatian, kesulitan untuk mengingat sesuatu, kesulitan dalam mengingat dan menjalankan instruksi yang panjang, kesulitan dalam pengorganisasian, kesulitan dalam pengelolaan waktu, kesulitan dalam pengelolaan uang, bingung arah dan preposisi, dan lain sebagainya.

Selain itu, tidak jarang ‘Kesulitan Belajar Spesifik’ ditemukan bersamaan dengan gangguan perilaku tertentu, semisal: Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Oppositional Defiant Disorder (ODD) dan Conduct Disorder (CD). Pada kasus yang ditemukan bersamaan, misalnya : “DISLEKSIA +ADHD”, seringkali kita luput mencermati kondisi kasus dengan seksama dan komprehensif, yang sering terjadi adalah kita hanya terfokus pada satu keluhan yang dominan/menyolok saja. Misalnya kita hanya terpaku pada perilakunya saja yang sangat tidak bisa diam atau membangkang (seringkali dianggap anak nakal) namun luput memperhatikan bahwa anak tersebut juga mengalami kesulitan belajar spesifik di area baca tulis dan hitung. Atau terjadi sebaliknya, orangtua/guru hanya terpaku dengan kesulitannya membaca saja, tapi luput memperhatikan perilakunya yang tidak bisa diam, impulsif dan sulit sekali menumpukan perhatian. Akibatnya, anak tidak dikelola secara komprehensif, dan tentu saja tidak menunjukkan perbaikan yang bermakna.

Dengan kompleksnya karakteristik khas anak berkebutuhan khusus, maka early detection dan early intervention sangat diperlukan dalam kaitannya dengan penanganan anak berkebutuhan khusus, karena intervensi yang akan dilakukan tentunya dilandaskan pada apa yang menjadi diagnosanya. Berbeda diagnosa tentunya akan berbeda cara penanganannya, karena pada masing-masing anak berkebutuhan khusus memiliki kesulitan yang berbeda-beda, ada kalanya memiliki diagnosa yang sama namun cara penanganannya berbeda karena masing-masing memiliki karakteristik khasnya. Jadi dengan adanya kompleksitas pada anak berkebutuhan khusus, apakah anak berkebutuhan khusus tetap bisa dapat akses pendidikan untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya? Apakah Pendidikan tersebut harus disamakan dengan anak-anak pada umumnya? Apakah anak berkebutuhan khusus dapat berada di lingkungan yang mempunyai iklim akademik yang sama?

 

 

 

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *